Menuju konten utama

Kenaikan Harga Minyak Membuat Laba Pertamina Turun 25 Persen

Laba bersih Pertamina Kuartal I turun 25 persen dibanding tahun lalu. Pertamina mengklaim turunnya keuntungan karena tak ingin membebankan harga minyak kepada konsumen.

Kenaikan Harga Minyak Membuat Laba Pertamina Turun 25 Persen
Aktivitas di Sumur Parang-1 yang dioperasikan oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) Nunukan Company yang berada sekitar enam kilometer dari Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara , Senin (20/3). Pencarian migas di Nunukan telah menemukan hidrokarbon dimana dari kobaran api yang dihasilkan menunjukkan indikasi minyak yang kuat dari sumur ini. Capaian ini membuktikan bahwa PHE mampu melakukan eksplorasi secara organik dengan baik untuk meningkatkan reserves replacement ratio perusahaan. ANTARA FOTO/HO/Pertamina/ama.

tirto.id - PT Pertamina (Persero) mencatatkan perolehan laba bersih mereka pada kuartal I 2017 adalah sebesar 760 juta dolar Amerika. Adapun pencapaian tersebut turun sekitar 25 persen apabila dibandingkan dengan laba bersih yang diperoleh pada periode yang sama di 2016 lalu. Saat itu, Pertamina berhasil meraup laba bersih sebanyak 1,01 miliar dolar Amerika.

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengungkapkan turunnya perolehan laba bersih di kuartal I 2017 merupakan dampak dari naiknya harga minyak mentah (Indonesia Crude Price/ICP).

“Di kuartal I 2016, harga minyak mentah itu 30,20 dolar Amerika per barelnya, sementara di kuartal I 2017, harganya naik jadi 51,03 dolar Amerika per barelnya. Kenaikannya mencapai 69 persen,” ujar Elia Massa saat menggelar jumpa pers di kantornya, Rabu, (24/5/2017).

Lebih lanjut, Elia Massa mengklaim turunnya keuntungan karena perusahaan pelat merah tersebut tidak ingin membebankan kenaikan harga kepada konsumen.

Meskipun membuat perolehan laba bersih menurun, pendapatan Pertamina sebetulnya malah naik akibat meningkatnya ICP. Seperti masih diungkapkan Elia Massa, total pendapatan yang diterima di kuartal I 2017 adalah sebesar 10,15 miliar dolar Amerika, dan itu diklaim banyak yang datang dari nonsubsidi.

“(Pendapatan) naik sekitar 19 persen, dari 8,55 miliar dolar Amerika pada kuartal I 2016,” ungkap Elia Massa.

Sementara itu, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tercatat menurun dari yang tadinya 2,18 miliar dolar Amerika di kuartal I 2016 menjadi 1,89 miliar dolar Amerika di kuartal I 2017.

“Lalu untuk realisasi capex (belanja modal), naik dari 0,36 miliar dolar Amerika di kuartal I 2016 menjadi 1,11 miliar dolar Amerika di kuartal I 2017. Itu karena sebagian investasi yang kita lakukan di tahun-tahun sebelumnya terealisasi pada kuartal I 2017,” jelas Elia Massa.

Masih dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengungkapkan pendapatan terbesar di kuartal I 2017 setengahnya berasal dari kegiatan di hulu. “Proporsi di hulu meningkat. Seiring dengan naiknya harga minyak, kontribusi hulu terhadap EBITDA meningkat. Setengahnya dari hulu, dan setengahnya lagi dari bisnis lain,” ujar Arief.

Adapun saat dikonfirmasi terkait proyeksi bisnis dari Pertamina ke depannya, Arief menyebutkan Pertamina akan mencoba fokus untuk kegiatan di hulu dan di hilir. “Ya, dua-duanya, mau nggak mau,” jawabnya singkat kepada Tirto seusai jumpa pers.

Arief mengatakan, tidak tertutup kemungkinan bagi Pertamina untuk membidik kilang-kilang minyak di luar negeri. “Ya, ada beberapa (yang dibidik),” kata Arief lagi tanpa merinci lebih lanjut kilang-kilang minyak mana yang dimaksud.

Baca juga artikel terkait PERTAMINA atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Agung DH