Menuju konten utama

Kemunculan dan Bahaya Omicron, Varian Baru Covid-19

Setelah dua tahun kedatangan SARS-CoV-2, kini varian baru muncul: omicron. Dianggap sangat berbahaya karena mengubah 30 protein S.

Kemunculan dan Bahaya Omicron, Varian Baru Covid-19
Ilustrasi Omicron. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Hampir dua tahun lalu, tatkala masyarakat dunia bersiap menyambut pergantian tahun, virus SARS-CoV-2 mengemuka untuk pertama kalinya di Wuhan, Cina. Seketika, usai berhasil "hijrah" dari kelelewar ke tubuh manusia sebagai inangnya, versi original SARS-CoV-2 melakukan mutasi D614G--RNA yang terkandung dalam SARS-CoV-2 melakukan pergantian asam aspartat, kode D, dengan glisin, kode G, pada protein yang dimilikinya. Membuat virus ini dapat menyebar lebih mudah dan lebih cepat ke tubuh manusia.

Davide Zella dalam studinya berjudul "The Variants Question: What is the Problem" (Journal of Medical Virology Juli 2021), menyebut bahwa SARS-CoV-2 versi D614G inilah yang menyebar secara masif pada awal 2020 yang alasan utama pemberlakukan lockdown atau sejenisnya di pelbagai penjuru dunia.

Berstatus sebagai makhluk hidup yang disusun oleh untai RNA atau ribonucleic acid (asam ribonukleat)--versi mungil dari DNA (deoxyribonucleic acid/asam deoksiribonukleat)--SARS-CoV-2 tidak memiliki enzim yang bertugas melakukan proofreading (pengoreksi) dalam tubuhnya apabila proses reproduksi dilakukan. Tanpa enzim pengoreksi, sukar bagi SARS-CoV-2 memastikan keturunannya memiliki kode genetik yang serupa dengan leluhurnya.

Didukung oleh fitrah SARS-CoV-2 yang harus "membajak" sel inangnya untuk bereproduksi, campur baur antara kode genetik miliknya sendiri dengan sel inang sangat mungkin terjadi dalam tubuh keturunan SARS-CoV-2. Menciptakan versi/varian/mutasi lain virus ini, sebagaimana dituturkan Igra Bano dalam "Genetic Drift in the Genome of SARS-CoV-2 and Its Global Health Concern" (Journal of Medical Virology September 2021), rasio kemungkinan SARS-CoV-2 melahirkan versi baru berada di titik 8×10^(-4) atau melahirkan 1 keturunan SARS-CoV-2 yang berbeda dengan leluhurnya pada setiap 1.250 kelahiran. Rasio mutasi yang termasuk paling tinggi dibandingkan pelbagai makhluk hidup RNA lain.

Maka, usai bermutasi D614G, dunia kemudian kedatangan empat varian berbahaya (variant of concern) dari SARS-CoV-2, yakni B.1.1.7 atau Alpha, B.1.351 atau Beta, P.1 atau Gamma, dan B.1.617.2 atau Delta.

Kelahiran varian baru SARS-CoV-2 tak bisa dibendung. Mula-mula teridentifikasi di Botswana untuk kemudian menggeliat di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan, varian B.1.1.529 alias Omicron mengemuka. Sebuah varian, sebagaimana dilaporkan Lynsey Chutel untuk The New York Times, "lompatan besar dalam evolusi SARS-CoV-2" yang sangat berbahaya.

Meskipun belum diketahui secara menyeluruh apa itu Omicron, dari genom (informasi genetik dalam sel) yang dikandung, Omicron merupakan mutasi SARS-CoV-2 yang tercipta atas perubahan lebih dari 30 protein spike (S) yang dimiliki. Dipaparkan Katharina Muller dalam "Sensitivity of Two SARS-CoV-2 Variants with Spike Protein Mutations to Neutralising Antibodies" (Journal of Virus Genes 2021), protein S merupakan modul dalam tubuh SARS-CoV-2 yang paling bertanggung jawab untuk meloloskan virus masuk ke tubuh manusia dengan membajak reseptor ACE2 (angiotensin-converting enzyme 2 atau enzim dalam tubuh yang berperan melepaskan asam amino).

Infografik Karakteristik varian baru virus corona

Infografik Karakteristik varian baru virus corona. tirto.id/Rangga

Mutasi protein S dalam diri SARS-CoV-2 tak hanya terjadi pada Omicron. Varian Beta, yang mulai mencuat pada Mei 2020 lalu di Afrika Selatan, misalnya, juga melakukan langkah yang sama untuk membedakan diri dari leluhurnya. Namun, alih-alih melakukan perubahan hingga lebih dari 30 protein S, Beta terlahir dari delapan perubahan protein S--dan didukung oleh tiga perubahan nukleotida (molekul yang tersusun dari gugus basa heterosiklik, gula, dan satu atau lebih gugus fosfat).

Sementara varian Gamma, yang mulai terdeteksi pada awal 2021 di Brazil, hanya mengubah satu protein S dalam dirinya. Dan varian Delta, yang berhasil memorakporandakan India pada awal tahun lalu, hanya mengubah 10 protein S.

Memiliki fungsi krusial, pelbagai vaksin COVID-19 yang tersedia di pasaran saat ini umumnya bekerja dengan melemahkan kemampuan protein S. Misalnya, dengan menginjeksi antibodi penetral (NAbs) pada reseptor ACE2 guna menghalau protein S bekerja. Maka, dengan keberhasilan varian Omicron melakukan perubahan lebih dari 30 protein S, varian ini sangat mungkin memiliki kekebalan yang lebih tinggi dibandingkan varian-varian SARS-CoV-2 lain terhadap vaksin. Musababnya, melihat efektivitas vaksin bekerja melawan pelbagai varian, terjadi penurunan kemampuan vaksin yang searah dengan jumlah perubahan protein S dalam diri virus.

Pada varian Alpha, misalnya, rata-rata efektivitas pelbagai vaksin yang tersedia di pasaran berada di titik 87,5 persen. Namun, ketika dihadapkan dengan varian Beta (perubahan delapan protein S), efektivitas vaksin menurun, menjadi 86 persen. Dan, tatkala Delta coba untuk dilawan, rata-rata vaksin hanya memiliki kemampuan melakukan perlawanan di titik 79,6 persen.

Dengan memiliki lebih dari 30 perubahan protein S, Omicron tentu semakin sukar dilawan vaksin. Terlebih, kembali merujuk apa yang dilaporkan Lynsey Chutel, Omicron justru teridentifikasi pada orang-orang yang telah diberi vaksin, yakni buatan Johnson & Johnson, Pfizer-BioNTech, dan Oxford-AstraZeneca--tiga vaksin COVID-19 yang justru dianggap paling ampuh.

Baca juga artikel terkait VARIAN OMICRON atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Irfan Teguh Pribadi