Menuju konten utama

Kementan Sebut Harga Ayam Jatuh karena Kelebihan Pasokan

Kementan menyebutkan, harga ayam yang jatuh di tingkat peternak usai Idulfitri terjadi karena kelebihan produksi daging ayam.

Kementan Sebut Harga Ayam Jatuh karena Kelebihan Pasokan
Seorang anak melintas dekat mobil yang mengangkut ayam potong di terminal Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur, NTB, beberapa waktu lalu. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi.

tirto.id - Kementerian Pertanian (Kementan) menilai, jatuhnya harga ayam di tingkat peternak disebakan karena banyaknya produksi daging ayam yang tidak terserap di pasar tradisional.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan (PPHNaK) Kementan Fini Murfiani memperkirakan, hal ini merupakan imbas dari adanya kelebihan pasokan ayam hidup yang tak terserap selama lebaran 2019 lalu.

“Awalnya peternak memprediksi terjadi peningkatan permintaan usai Idulfitri. Tapi ternyata kondisi tidak terjadi sehingga produksi melimpah,” ucap Fini saat dihubungi reporter Tirto pada Selasa (25/6/2019).

Berdasarkan keterangan sejumlah asosiasi peternak ayam ras, harga ayam potong saat ini berada di kisaran Rp 7.000-10.000 per kg. Angka ini dianggap merugikan karena paling tidak biaya yang dibutuhkan peternak sehari-hari mencapai Rp18.000 per kg. Sementara itu, ternyata di tingkat konsumen harga ayam dijual pada harga Rp30.000-an per kg.

Fini mengatakan, salah satu sebab dari persoalan harga ini adalah metode distribusinya. Menurutnya, para pelaku usaha ayam ras masih bergantung pada pasar tradisional semata dalam bentuk hot karkas dan ayam hidup.

Padahal, katanya, produksi ayam tidak harus selalu berakhir di pasar tradisional, tetapi juga dapat disimpan terlebih dahulu pada lemari pendingin. Dengan demikian, tidak semua ayam dilepas ke pasar sehingga harganya tetap terjaga.

Belum lagi, tambah Fini, bila metode distribusi ayam yang digunakan saat ini rentan terhadap kelebihan pasokan. Di samping itu, ia juga menilai adanya kerentanan sehingga harganya dapat dipermainkan oleh pihak tertentu.

“Para pelaku penjual daging ayam ras boiler juga masih bermuara di pasar tradisional dalam bentuk hot karkas dan ayam hidup. Idealnya peredarannya melalui rantai dingin,” pungkas Fini.

Baca juga artikel terkait HARGA BAHAN PANGAN atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno