Menuju konten utama

Kemensos Evakuasi 20 Korban Kekerasan Panti Asuhan di Palembang

Anak-anak panti asuhan korban kekerasan tersebut saat ini sudah dievakuasi ke Sentra Budi Perkasa di Palembang.

Kemensos Evakuasi 20 Korban Kekerasan Panti Asuhan di Palembang
Ilustrasi kekerasan anak. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kementerian Sosial merespons kasus kekerasan terhadap 20 anak di sebuah panti asuhan yatim piatu dan dhuafa di Palembang. Menteri Sosial Tri Rismaharini telah mengevakuasi anak-anak tersebut di Sentra Budi Perkasa di Palembang.

“Atas arahan Ibu Menteri, 18 anak telah mendapatkan perlindungan dan pendampingan di Sentra Budi Perkasa di Palembang. Dua anak kembar, kembali ke pengasuhan orang tuanya. Untuk proses hukum terhadap pelaku, sedang berlangsung di penyidik Polresta Palembang,” kata Kepala Sentra Budi Perkasa di Palembang Wahyu Dewanto dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto, Senin (27/2/2022).

Respons Mensos ini dilakukan usai viral di media sosial aksi kekerasan yang dilakukan seorang pengasuh panti asuhan terhadap anak asuhnya. Panti asuhan yang diketahui bernama panti Asuhan Fisabilillahi Al-Amin Palembang ini dikelola oleh H (40), yang juga merupakan pelaku kekerasan dalam video tersebut.

Dari total 20 anak korban kekerasan, sebanyak 18 anak telah dievakuasi ke Sentra Budi Perkasa. Ada 2 anak usia 5,5 tahun (anak kembar) tidak menetap di panti, tetapi tinggal dengan orangtuanya. Usia anak-anak tersebut bervariasi antara 5,5 tahun hingga 18 tahun.

Diduga kekerasan ini dipicu akibat salah satu anak panti asuhan yang juga merupakan penyandang disabilitas, buang air besar (BAB) di celana dan langsung sholat. Sontak hal ini memicu kemarahan H hingga berbuat kekerasan.

“Kekerasan diduga dilakukan oleh H. Kekerasan dipicu salah satunya oleh D anak penyandang disabilitas yang Buang Air Besar (BAB) di celana lalu langsung sholat. Ini memicu kemarahan H,” kata Wahyu.

Selain itu, diduga himpitan ekonomi dan kondisi kesehatan H juga menjadi pemicu gelagat H yang jadi tempramental kepada anak-anak panti asuhan.

“Anak-anak di panti mengalami pemukulan dan kekerasan verbal termasuk D anak penyandang disabilitas. Kekerasan diduga dipicu oleh himpitan ekonomi dan kondisi sakit pada setahun terakhir berupa gangguan kecemasan (dalam proses pemeriksaan lebih lanjut). H menjadi cepat pemarah,” tambahnya.

Dari hasil asesmen, anak-anak asuh mengaku, kekerasan fisik paling sering dialami oleh anak-anak perempuan. Bentuk kekerasan ini beragam, mulai dari kekerasan verbal berupa hinaan dan cacian, juga kekerasan fisik berupa pemukulan dan benturan ke dinding.

Untuk mengatasi trauma, Sentra Budi Perkasa memberikan layanan pemulihan psikis dan trauma pasca kejadian kepada para korban.

“Petugas Sentra telah memberikan pemulihan psikis berupa trauma healing dan hipnoterapi,” sebut Wahyu.

“Kami juga memastikan anak-anak tetap sekolah dengan fasilitas transportasi mobil pengantaran anak ke sekolah oleh Sentra Budi Perkasa,” sambungnya.

Kemensos juga melakukan asesmen terhadap keluarga korban terkait dengan kondisi sosial ekonomi untuk perencanaan nasib anak-anak tersebut selanjutnya. Selanjutnya, Sentra Budi Perkasa akan berkoordinasi dengan kepolisian dan Dinsos Kota Palembang terkait perkembangan kasus dan status operasional panti asuhan.

Baca juga artikel terkait KEKERASAN ANAK atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri