Menuju konten utama

Kemenkeu Tak Risau Meski Penjualan ORI014 Jauh dari Target

Pemerintah tidak terlalu khawatir dengan hasil penjualan ORI seri 014 yang jauh dari target karena masih ada pilihan sumber pembiayaan lain.

Kemenkeu Tak Risau Meski Penjualan ORI014 Jauh dari Target
(Ilustrasi) Direktur Utama BEI Tito Sulistio (kanan) bersama Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi (ketiga kiri), Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan (kedua kiri) dan Direktur Utama KPEI Hasan Fawzi (kiri) saat Peluncuran Perdagangan Surat Utang Negara Melalui Electronic Trading Platform (ETP) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/4/2017). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Robert Pakpahan menyatakan kementeriannya tak risau meski hasil penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 014 (ORI014) jauh dari target.

Hasil penjualan ORI014 hanya Rp8,94 triliun, dengan total pemesanan yang masuk mencapai Rp8,97 triliun. Capaian ini jauh dari target indikatif yang ditetapkan semula, yakni Rp13 triliun.

"Dari segi pembiayaan, kami tidak khawatir karena masih banyak opsi," ujar Robert di Jakarta, pada Selasa (24/10/2017) seperti dikutip Antara.

Dia menjelaskan salah satu alasan ORI014 kurang diminati oleh investor adalah tingkat kupon yang cenderung rendah yaitu 5,85 persen, atau mengikuti perkembangan tingkat bunga saat ini. Tingkat kupon ini lebih rendah dibandingkan saat penerbitan ORI seri-seri sebelumnya.

"Sekarang ini di Indonesia kecenderungannya tingkat bunga turun, sehingga kupon 5,85 persen tergolong rendah selama ini. Ini mencerminkan secondary market di pasar Surat Berharga Negara," kata Robert.

Meski tidak memenuhi target dalam penerbitan ORI, Robert meyakini penerbitan lelang rutin Surat Berharga Negara, seperti Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), bisa membantu pencapaian target pembiayaan.

"Di lelang-lelang kami, bahkan dua lelang terakhir, realisasi sudah melampaui target. Misalnya, lelang minggu lalu, targetnya Rp17 triliun, kami ambil Rp22 triliun. Sebelumnya juga lebih tinggi," ujar dia.

Karena itu, Robert optimistis, target penerbitan SBN Neto maupun defisit anggaran yang telah ditetapkan pada akhir 2017 masih bisa tercapai dan mampu ditutup dari lelang rutin yang terjadwal.

"Realisasi penerbitan Surat Berharga Negara 91 persen dari target gross, jadi tinggal sedikit, sembilan persen dari kebutuhan seluruhnya, yang akan dipenuhi dengan tujuh kali lelang lagi sampai Desember," kata Robert.

Pada Senin kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga masih menilai positif hasil penjualan ORI014 dari segi kualitas investor. Dia menilai basis investor Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang diluncurkan pemerintah mulai meluas kepada masyarakat dan tidak lagi terbatas pada golongan tertentu.

Sri Mulyani mengungkapkan hal itu sebab jumlah pembeli terbanyak dari penjualan ORI014 berasal dari rentang Rp5 juta hingga Rp100 juta, yaitu sekitar 44,73 persen. Sebelumnya, pemesanan terbesar pada penerbitan ORI dalam delapan tahun terakhir berada pada kisaran Rp100 juta sampai Rp500 juta.

Penjualan ORI014, yang mempunyai tanggal jatuh tempo pada 15 Oktober 2020, ini menjangkau 22.882 pemesan di seluruh provinsi di Indonesia. Data pemerintah menyebutkan jumlah investor baru untuk obligasi ritel ini sebesar 11.182.

"Saya rasa itu indikasi yang baik meluasnya apa yang disebut ritel atau jangkauan kepada masyarakat secara individu, dan itu bagus karena kami inginkan dengan ritel memperluas basis individual," kata Sri di Gedung DPR RI, Jakarta, kemarin.

Sri Mulyani juga menyakini penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) selanjutnya bisa menutup target SBN Neto maupun defisit anggaran di akhir 2017, meski penjualan ORI014 lebih rendah dibandingkan hasil penjatahan ORI seri sebelumnya.

Dengan hasil penjualan ORI014 sebesar Rp8,94 triliun, maka realisasi SBN Neto telah mencapai Rp407,41 triliun. Pencapaian itu setara 94,1 persen dari target SBN Neto sebesar Rp432,96 triliun.

Baca juga artikel terkait OBLIGASI RITEL NEGARA

tirto.id - Ekonomi
Sumber: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom