Menuju konten utama

Kemenkes Siagakan 1.521 Tim Kesehatan Untuk Jemaah Haji Indonesia

Menurut Menkes, aspek kesehatan menjadi hal yang perlu diperhatikan sebab kondisi Arab Saudi yang tidak sama dengan Indonesia.

Kemenkes Siagakan 1.521 Tim Kesehatan Untuk Jemaah Haji Indonesia
Seorang peserta ibadah haji asal Majalengka sedang diperiksa kesehatannya oleh di pos kesehatan Kloter 76 JKS, di Mekkah. Antara/Ajat Sudrajat

tirto.id - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyiagakan 1.521 orang Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan 306 Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan.

Pada pelaksanaan haji tahun ini akan ada penambahan kuota jemaah haji sebanyak 10 ribu menjadi 231.000 jemaah.

"Mereka diharapkan dapat melakukan sosialisasi dalam bentuk promotif dan preventif kepada jemaah di tingkat kabupaten/kota pada tahap awal dan selama masa tunggu. Diharapkan jemaah mendapatkan konseling kesehatan untuk mengendalikan faktor risiko kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan di tanah air maupun di tanah suci," ujar Menteri Kesehatan, Nila Moeloek di kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Rabu (12/6/2019).

Menurut Nila, aspek kesehatan menjadi hal yang perlu diperhatikan sebab kondisi Arab Saudi yang tidak sama dengan Indonesia.

"Seperti perbedaan musim, kelembapan udara yang rendah, perbedaan lingkungan sosial budaya, keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji dan kepadatan populasi jemaah haji pada saat wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di Mina, dapat berdampak terhadap kesehatan jemaah haji," ujarnya.

Ia merujuk data Kemenkes pada tahun 2018, yang menyatakan sebanyak 2.366 jemaah haji mengalami sakit saat tiba di Arab Saudi dan beberapa di antaranya dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi.

Demikian pula pada masa pemulangan, faktor kondisi lingkungan di pesawat menjadi pertimbangan pemulangan jemaah haji sakit. Hal ini terlihat pada tahun 2018 sebanyak 54 jemaah haji masih tertinggal di Rumah Sakit Arab Saudi usai operasional karena kondisi kesehatan yang belum laik terbang.

Belum lagi para jemaah harus menempuh waktu penerbangan yang tidak sebentar, yakni bisa selama sembilan hingga 12 jam dari embarkasi sampai ke Madinah atau Jeddah. Kondisi tersebut, menurutnya, bisa menjadi faktor sakit terlebih jemaah yang sebelumnya memiliki keluhan penyakit.

"Selama penerbangan kondisi lingkungan udara berbeda dengan kondisi lingkungan daratan. Bertambahnya ketinggian dan berkurangnya kadar oksigen dan dapat menyebabkan sakit atau rasa tidak nyaman pada tubuh jemaah selama perjalanan seperti gangguan pernapasan, Deep Vein Thrombosis, dehidrasi, jet lag, dan mabuk udara," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait HAJI atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari