Menuju konten utama

Kemenkes: Hoaks & Stigma Negatif Vaksin Hambat Capaian Imunisasi

Selain hoaks dan stigma negatif terhadap vaksin, Kemenkes menyebutkan faktor geografis menghambat capaian imunisasi di suatu daerah.

Kemenkes: Hoaks & Stigma Negatif Vaksin Hambat Capaian Imunisasi
Petugas kesehatan Puskesmas Syantalira Bayu memberikan imunisasi polio tetes (Oral Poliomyelitis Vaccine) kepada balita di Desa Langa, Syamtalira Bayu, Aceh, Senin (5/12/2022). ANTARA FOTO/Rahmad/nym.

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan hoaks dan stigma negatif terhadap vaksin menghambat capaian imunisasi di suatu wilayah. Hal ini disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi.

“Banyak yang belum mau datang ke posyandu ataupun divaksin. Bisa karena takut divaksin adanya hoaks, kepercayaan,” kata Nadia dihubungi reporter Tirto, Jumat (26/5/2023).

Nadia mencontohkan semenjak pandemi ada beberapa daerah di Provinsi Aceh yang menolak vaksinasi.

“Ini karena masih adanya kepercayaan tadi bahwa vaksin ada yang membuat sakit, tidak halal dan adanya hoaks,” sambung dia.

Alasan lain, kata Nadia, yang membuat suatu daerah belum mencapai target imunisasi adalah faktor geografis.

“Ada juga daerah yang geografinya sulit, ini harus dilakukan vaksinasi ke rumah-rumah,” ujarnya.

Untuk alasan geografis, Nadia mencontohkan daerah di Papua. Tantangan yang menghambat capaian imunisasi di sana disebabkan karena faktor geografis wilayah yang sulit.

Nadia mengklaim pemerintah telah berupaya menggenjot capaian imunisasi di seluruh daerah di Indonesia agar tidak terjadi kejadian luar biasa (KLB)

“(Kita) Mendorong kader posyandu untuk mengajak warga mau menvaksinasi anaknya . Melakukan vaksinasi melalui sekolah, melakukan kerjasama dengan Kemendagri untuk adanya dana operasional untuk vaksinasi ke rumah-rumah,” kata Nadia.

Pemerintah juga melibatkan organisasi masyarakat dan kelompok ibu-ibu PKK untuk memberikan edukasi dan memberantas hoaks soal vaksin.

“Tambahan lain dengan adanya (platform) SatuSehat bisa menjadi pengingat waktu imunisasi. Selain itu perbaikan data dengan sistem aplikasi ASIK sehingga pencatatan bisa real time,” imbuh Nadia.

Kemenkes melaporkan capaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di 11 provinsi Indonesia pada 2022 masih dibawah target nasional 90 persen.

Demikian pula dengan capaian Imunisasi Baduta Lengkap (IBL) masih terdapat 17 provinsi di Indonesia yang masih di bawah target imunisasi nasional.

Kemudian, cakupan imunisasi lanjutan lengkap usia sekolah dasar pada 2022 menunjukkan delapan provinsi belum mencapai target 70 persen. Bahkan capaian di Aceh masih di bawah 30 persen.

Pada 2023, Kemenkes menargetkan secara nasional 100 persen bayi usia 0-11 bulan mendapatkan imunisasi lengkap. Target capaian pada trimester pertama sebesar 33,3 persen, tetapi hingga April 2023 belum ada provinsi yang mampu mencapai target tersebut.

Kemenkes bahkan mencatat lima provinsi yang capaiannya masih di bawah 1 persen, yaitu Maluku, Sumatera Utara, Papua, DI Yogyakarta, dan Aceh.

Baca juga artikel terkait CAKUPAN IMUNISASI ANAK atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan