Menuju konten utama

Kemenkes Bantah Tutupi Data Jumlah Kasus COVID-19

Kemenkes menyatakan perbedaan data bisa terjadi karena waktu penutupan perhitungan instansi atau kementerian/lembaga tidak sama.

Kemenkes Bantah Tutupi Data Jumlah Kasus COVID-19
Dokter Relawan RSD COVID-19 Wisma Atlet Vina Manasye Handoyo tengah melakukan swab untuk tes Corona terhadap pasien.Vina Manasye Handoyo/Dokter Relawan RSD COVID-19 Wisma Atlet.

tirto.id - Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Didik Budijanto membantah pemerintah sedang menutupi data terkait kasus Covid-19 di Indonesia. Didik menjawab perbedaan data terjadi karena pusat dan daerah memiliki perbedaan waktu pembatasan data (cut off time date).

"Tidak ada data yang ditutupi. Terkait dengan tadi misalnya ada kok berbeda berarti ada yang ditutupi misalnya, ndak. Perbedaan itu terjadi ketika ada pengiriman-pengiriman pada saat ketika cut off point of timenya berbeda sehingga ketika pak Jubir menyampaikan pada jam data yang ditayangkan," kata Didik dalam konferensi pers bersama pihak Gugus Tugas dari Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (28/4/2020).

Didik menjelaskan sejak data pertama muncul 2 Maret 2020, pengumpulan data diawali dari hasil tes laboratorium yang berhubungan dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan. Laboratorium menguji spesimen kemudian melaporkan hasil tes ke Balitbangkes.

Balitbangkes melakukan proses penelaahan meski tidak melakukan validasi dan verifikasi secara utuh. Balitbangkes setidaknya memeriksa agar data spesimen tidak ganda.

"Di badan litbangkes ada satu proses walau tidak keseluruhan proses validasi proses bagaimana supaya betul-betul data ini pas karena ada beberapa orang satu orang bisa jadi pemeriksaannya ada dua sampai empat kali," kata Didik.

Kemudian, data tersebut dikirim ke Pusat Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (PHOEC) milik Kementerian Kesehatan. Tim PHOEC memeriksa, memvalidasi dan memverifikasi data yang diterima.

Tim PHOEC juga menerima data di luar data laboratorium. Ia mengatakan data dari dinas kesehatan daerah terkait data pemantauan secara epidemiologi serta data spesimen ditelaah di PHOEC. Data tersebut kemudian menghasilkan data pasien positif, pasien negatif, pasien dalam pengawasan, orang dalam pengawasan, hingga data orang sembuh.

Setelah diverifikasi tim PHOEC, data dikirim ke Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Pusat data pun memvalidasi kembali data sebelum disampaikan kepada publik lewat Juru Bicara Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto.

Selain disampaikan ke publik, Didik mengatakan data juga dikirim ke gugus tugas secara langsung.

"Setiap dua belas menit data di warehouse Kemenkes ditarik gugus tugas," kata Didik.

Oleh karena itu, Didik menegaskan tidak ada data yang ditutup-tutupi. Ia menerangkan data selalu berubah sehingga tim harus menentukan batas data sehingga data daerah dan pusat bisa berbeda.

"Data dinamik, terus berproses tapi teman-teman di PHEOC, teman-teman di Badan Litbang harus memberikan satu batasan waktu sehingga ketika cut off point kemarin ini per itu sebabnya kenapa pak jubir sering menyampaikan bahwa [data terakhir] jam 12," kata Didik.

Didik berharap data-data kasus COVID-19 dari Kementerian Kesehatan dapat dimanfaatkan pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan strategis mengenai penanganan COVID-19 dan juga disampaikan ke masyarakat di daerah.

Baca juga artikel terkait PANDEMI CORONA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto