Menuju konten utama

Kemendag Tindaklanjuti Perjanjian Perdagangan Indonesia-Palestina

Dalam perjanjian tahap pertama baru disebutkan kebutuhan impor Indonesia dari Palestina berupa kurma dan minyak zaitun.

Kemendag Tindaklanjuti Perjanjian Perdagangan Indonesia-Palestina
Ilustrasi bendera Palestina. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

tirto.id - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan menindaklanjuti komitmen kerja sama dagang dengan Pemerintah Palestina. Ini dilakukan setelah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mendatangani nota kesepahaman dengan Menteri Ekonomi Nasional Palestina, Abeer Odeh dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO) di Buenos Aires, Argentina pada 13-15 Desember 2017.

Dalam perjanjian 2017 tersebut pemerintah Indonesia dan Palestina sepakat untuk melakukan ekspor-impor dengan zero tariff berbagai komoditas. Namun dalam perjanjian tahap pertama itu baru disebutkan kebutuhan impor Indonesia dari Palestina berupa kurma dan minyak zaitun.

Enggar kemudian mengatakan akan membuat perjanjian lebih mendetail selanjutnya yang akan merinci komoditas-komoditas yang dibutuhkan Indonesia dan Palestina untuk diimpor maupun diekspor. Waktunya antara Juni, Juli, atau Agustus. Tempatnya pun masih tentatif, antara di Palestina atau di Indonesia. Kalau di Indonesia pun ada opsi antar di Jakarta atau di Yogjakarta.

"Kami tunggu jadwal mereka kapan, antara Juni, Juli, atau Agustus mungkin kedua belah pihak dapat duduk melakukan perjanjian kerja sama. Tempatnya bisa di Indonesia atau Palestina. Kalau di Indonesia bisa di Jakarta atau Jogja," ujar Enggar di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta pada Rabu (23/5/2018).

Mengenai nilai potensial kerja sama dagang kedua negara ini, Enggar tidak merincikannya. "Kami enggak peduli potensinya berapa dengan Palestina. Kami enggak pakai hitungan betul, karena itu perintah presiden buka market kepada Palestina. Kepada yang lain kami hitung berapa untung-rugi. Sekarang kami [dengan Palestina] enggak hitung untung rugi," ucapnya.

Menurut data Kementerian Perdagangan, ekspor Indonesia ke Palestina pada 2017 sebesar 2,057 juta dolar AS. Komoditas-komoditasnya meliputi kopi, teh, pasta, roti, parfum, sabun.

Impor dari Palestina ke Indonesia, meliputi komoditas kurma sebesar 341 ribu dolar AS. Jadi, neraca perdagangan Indonesia-Palestina masih surplus sebesar 1,716 juta dolar AS.

Lalu, dia mengatakan bahwa komoditas dagang nantinya tidak langsung masuk dan dikirim ke Palestina, melainkan melalui Lebanon. "Satu hal yang pasti bahwa masuknya enggak bisa langsung karena Palestina adalah land lock," kata dia.

Meski Palestina dengan Israel masih terlibat konflik wilayah, Enggar menegaskan tidak akan memungkinkan barang Israel turut masuk ke dalam negeri. "Sekarang mereka Israel bilang itu tanahnya dia. Kita jangan bicara itu. Sekarang produk yang dikirim oleh Palestina itu lah yang kita terima. Itu aja," tegasnya.

Selain itu, ia juga menegaskan bahwa permintaan Palestina tidak akan mengganggu ketersediaan produksi dalma negeri. "Enggak akan ganggulah emang berapa banyak sih? Dalam dagang itu kadang kala ada yang dihitung, kadang kala tidak. Nilai persahabatan lebih tinggi dari pada hitungan," tukasnya.

Baca juga artikel terkait EKSPOR IMPOR atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yuliana Ratnasari