Menuju konten utama

Kemenangan Biden Disebut Bawa Rupiah Menguat

Risiko pasar diproyeksikan menurun dan cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap USD termasuk Yuan, Euro, dan Rupiah.

Kemenangan Biden Disebut Bawa Rupiah Menguat
Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberikan pidato di Gala Los Angeles Kampanye Hak Asasi Manusia pada hari Sabtu, 22 Maret 2014. Josh Edelson / AP Images for HRC

tirto.id - Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan dampak kemenangan Joe Biden, kandidat Partai Demokrat dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020.

Analis ekonomi ini menyebut, perang dagang AS dengan Cina diproyeksikan terhenti atau setidaknya tensinya menurun. Dampaknya, risiko pasar turun dan cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap USD termasuk Yuan, Euro, dan Rupiah.

“Rupiah tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market,” kata dia, Minggu (8/11/2020).

Hal ini menjadi keuntungan bagi Pasar Negara berkembang yang sudah mulai mengambil kesempatan saat trade war AS vs China, sebut saja Vietnam, Filipina dan Indonesia.

Meski Indonesia pada kuartal ke 3 2020 resmi mengalami resesi dengan tumbuh negative -3,49 peren pertumbuhan ini lebih baik dari negative -5,32 persen pada kuartal ke dua dan lebih baik dari banyak Negara lain di dunia.

“Obligasi Pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatkan sentiment positif karena nilai tukar Rupiah yang dianggap undervalued, biaya lindung nilai yang relatif rendah dan Yield US Treasury masih akan tetap rendah,” jelas dia.

Hans menjelaskan, dampak di dalam negeri AS terhadap kemenangan Biden yakni stimulus fiskal AS yang besar bakal berkurang menyusul potensi gagalnya reformasi birokrasi.

Partai Republik, kendaraan politik Donald Trump yang kalan dalam Pilpres AS, diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan DPR. Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat untuk meloloskan kebijakan stimulus fiskal dalam jumlah besar.

Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Bank Sentral AS mengeluarkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.

Tambahan stimulus moneter, suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi Amerika Serikat sulit cepat pulih. Kekuasaan Partai Republik di Senat AS juga diprediksi akan menghalangi perubahan kebijakan radikal di AS.

Hal ini akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan individu, pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluas healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan energi ramah lingkungan.

Baca juga artikel terkait PILPRES AS 2020 atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali