Menuju konten utama
27 April 1521

Kematian Ferdinand Magellan Membuka Jalan Kolonialisme Eropa

Lautan entah.
Perjalanan berdarah
ke pulau rempah.

Kematian Ferdinand Magellan Membuka Jalan Kolonialisme Eropa
Ilustrasi Ferdinand Magellan (1480-1521). tirto.id/Sabit

tirto.id - “Kami makan roti busuk yang telah menjadi remah-remah, penuh belatung, busuk akibat kotoran tikus di atasnya. Kami minum air berwarna kuning dan berbau busuk pula,” catat Antonio Pigafetta, penulis asal Italia yang turut dalam armada laut pimpinan Ferdinand Magellan.

Pigafetta, seperti dikutip dari The Discovery and Conquest of the Philippines (1521-1581) karya Martin J. Noone (1986: 58), menambahkan, “Kami juga memakan kulit sapi—digunakan untuk mengikat ujung-ujung kayu utama penyangga kapal—yang telah mengeras karena terkena panas matahari dan angin. Kami merebusnya agar lunak.”

“Kami bahkan makan serbuk gergaji dari papan. Sementara tikus-tikus yang masing-masing berharga setengah keping emas, tidak banyak yang dapat kami tangkap,” imbuhnya.

Catatan ini ditulis Pigafetta saat rombongan kapal berbendera Spanyol itu mulai merapat ke Filipina. Sungguh penjelajahan yang penuh penderitaan demi menemukan surga rempah-rempah di belahan dunia yang paling jauh, Kepulauan Maluku, sekaligus untuk memenuhi hasrat Magellan mengelilingi bumi.

Ambisi itu ternyata tidak pernah mampu diwujudkan Magellan. Akibat pertikaian dengan suku-suku lokal di Filipina, ia tewas pada 27 April 1521, tepat hari ini 497 tahun lalu. Hanya Pigafetta dan 17 orang lainnya yang selamat dan berhasil pulang ke Spanyol. Padahal, tujuan utama pelayaran itu, yakni Kepulauan Maluku, belum tercapai.

Tak Dihargai di Negeri Sendiri

Menurut catatan Lynn Hoogenboom dalam Ferdinand Magellan: A Primary Source Biography (2006), Ferdinand Magellan (Fernando de Magelhaens) lahir pada 1480 di Sabrosa, Portugal bagian utara. Sejak remaja, ia sudah mengabdi untuk Kerajaan Portugis (hlm. 4).

Magellan muda mengagumi Christopher Columbus, pelaut legendaris yang mampu mencapai benua Amerika pada 1492. Magellan pun berniat mengikuti jejak idolanya itu

Tanggal 25 Oktober 1495, Raja Portugis, Joao II (John II), wafat, digantikan oleh Manuel I. Penguasa baru ini awalnya tidak antusias dengan misi mencari pusat rempah-rempah. Magellan beberapa kali telah mengajukan permohonan dan meminta dukungan kepada rajanya itu, namun selalu ditolak.

Raja Manuel I rupanya lebih tertarik mengumpulkan harta tanpa harus bersusah-payah menjelajah. Lagipula, sebelumnya ia telah menugaskan Vasco da Gama untuk melakukan misi serupa dan belum terdengar hasilnya.

Permintaan Magellan akhirnya dipenuhi sang raja setelah kembalinya Vasco da Gama. Da Gama pulang pada 1503 dari India dan Timur Tengah dengan membawa muatan berisi rempah-rempah serta berbagai barang sitaan yang sangat berharga.

Berkaca dari kegemilangan da Gama, Manuel I mengizinkan Magellan untuk berlayar kendati hanya sebagai awak kapal. David Aretha dalam Magellan: First to Circle the Globe (2009) menuliskan, pada 1505, Magellan ikut armada Portugis pimpinan Francisco de Almeida menuju Afrika Timur sebelum bertolak ke India (hlm. 29).

Magellan selanjutnya turut pula mengarungi Samudera Hindia, bahkan sempat mencapai Malaka. Namun, saat pulang dan singgah di Maroko pada 1513, ia terlibat perkelahian yang mengakibatkan kakinya pincang seumur hidup. Dari pengalaman ini, Magellan menyadari bahwa pekerjaannya itu berbahaya dan berisiko tinggi.

Maka, setelah tiba di Portugis pada 1515, Magellan memohon kepada Raja Manuel I agar upahnya dinaikkan. Namun, seperti diungkap Rachel A. Koestler-Grack dalam Ferdinand Magellan (2009), sang raja menolak mentah-mentah permintaan tersebut. Penolakan itu membuat Magellan kecewa, merasa tidak dihargai di negerinya sendiri (hlm. 99).

Rute Baru Menuju Maluku

Hati Magellan amat kacau dan sempat terpuruk setelah permohonannya ditolak Raja Manuel I. Hingga datanglah kawan lamanya bernama Joao de Lisboa. Orang ini adalah seorang navigator ulung yang sudah cukup sering mengarungi samudera.

De Lisboa mengungkapkan bahwa ada jalan lain untuk mencapai kepulauan rempah-rempah di Timur Jauh. Bukan lewat Afrika Timur, lalu ke India, lantas menuju Malaka seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, melainkan dengan melewati benua Amerika, melanjutkan rute Columbus.

Meskipun berjarak lebih jauh dan pastinya memakan waktu lama, rute baru ini dianggap minim risiko, terutama potensi konflik dengan armada lain atau ketika singgah di suatu tempat. Rute lama sudah terlalu ramai dan menjadi salah satu jalur perdagangan utama.

Dengan menapaki jalur baru, dari barat menuju ke timur, Magellan berpeluang menjadi orang pertama yang mengelilingi dunia. Sebagai gambaran dengan memakai tiruan bola bumi (globe), jika misi itu terwujud dan berhasil, maka dapat ditarik garis yang menghubungkan titik berangkat dan titik pulang di tempat yang sama.

Magellan sangat antusias. Namun, yang menjadi masalah, Raja Manuel I—penguasa Portugis yang ditengarai sudah lama tidak menyukainya—dapat dipastikan akan menolak lagi jika ia mengajukan rencana ini.

Maka, dengan penuh kesadaran kendati menanggung cap sebagai pengkhianat, Magellan membelot ke Spanyol yang merupakan pesaing Portugis kala itu. Ia menghadap Raja Charles I pada 1516. Raja muda Spanyol yang belum lama naik takhta tersebut langsung tertarik dengan gagasan Magellan.