Menuju konten utama

Keluar dari Bayang-bayang Gangguan Kecemasan

Rasa cemas, gelisah, takut adalah manusiawi dan bagian dari emosi. Namun saat seseorang terlalu sering merasa cemas, takut, panik atas hal-hal yang tampak biasa saja, bisa jadi orang itu mengalami gangguan kecemasan atau anxiety disorder.

Keluar dari Bayang-bayang Gangguan Kecemasan
Ilustrasi. FOTO/Shutterstock

tirto.id - Pradewi Tri Chatami—seorang peneliti muda—kerap merasa cemas, panik, dan takut melakukan kesalahan setiap kali ia sedang menyelesaikan pekerjaannya. Ia menyadari memiliki rasa cemas yang berlebihan ketika masih mengerjakan skripsi, tiga tahun lalu.

Seringkali, Pradewi mengerjakan skripsi sambil menangis dan dengan perasaan tidak yakin lulus. “Bangun tidur cuma bengong, seharian baring-baringan, akhirnya cuma tiduran, kecapean padahal enggak ngapa-ngapain,” ujar Pradewi.

Pada 2014 itu, Pradewi berasumsi ia memiliki gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Ia sebenarnya belum begitu yakin, kesimpulan itu hanya diambilnya dari mencocokkan gejala gangguan kecemasan yang ia ketahui dengan apa yang ia alami dan rasakan.

Pradewi kemudian menghadapi beberapa situasi yang sulit, yang tidak bisa ia jelaskan ke banyak orang. Bukan hanya cemas, takut, gelisah dan panik yang dirasakannya, tetapi juga rasa sakit pada fisiknya.

Di bagian pinggang dan pinggulnya sering sakit. Ia juga mendadak keputihan yang berlebihan selama masa penelitian, padahal ia sudah mengobatinya ke dokter dan menjaga kebersihan vagina dengan baik.

Insomnia Pradewi juga semakin menjadi-jadi, seringkali dia tak bisa tidur hingga pagi.

Jauh sebelum dia menyadari tentang gangguan kecemasan, Pradewi pernah mengalami pelecehan seksual. Menurutnya, kejadian itu menjadi pemicu akan apa yang dialami dan dirasakannya. Ia sempat mengalami hal serupa saat melakukan proyek pekerjaannya yang sekarang.

Pradewi akhirnya menemui konselor, seorang psikolog. Saat ini, ia sedang dalam masa observasi. Sang psikolog yang mendampingi masih melihat gejala yang timbul dan belum memberikan diagnosis apa-apa. Diagnosis gangguan kecemasan memang tak bisa dikeluarkan sembarangan, harus ada observasi atas pasien.

Infografik Gangguan Kecemasan

Anxiety.org, sebuah lembaga non-profit di Amerika Serikat, menjelaskan bahwa pada intinya, kecemasan hanyalah suatu reaksi tubuh terhadap stres, kondisi yang berbahaya, atau hal yang asing. Ia adalah rasa gelisah, tertekan, atau takut yang menimpa seseorang sebelum suatu peristiwa penting seperti wawancara pekerjaan, pernikahan, atau sesederhana presentasi di depan kelas. Kecemasan adalah hal yang normal terjadi pada manusia.

Namun, bagi penderita anxiety disorder kecemasan terasa jauh dari normal. Kecemasan yang mereka alami benar-benar membuat mereka merasa lemah. Mereka akan kesulitan tidur, berkonsentrasi, berbicara pada orang lain, atau bahkan keluar rumah.

Kecemasan yang membutuhkan perawatan dan penanganan khusus biasanya tidak rasional, berlebihan, dan tidak proporsional dengan situasi yang dialami. Hal itu membuat mereka yang menderita gangguan kecemasan seolah-olah tidak memiliki kontrol atas perasaan mereka. Selain itu, ada pula gejala fisik yang serius, seperti sakit kepala, mual, atau gemetaran.

“Ketika kecemasan normal menjadi tidak rasional dan mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, itu diklasifikasikan sebagai gangguan,” demikian tertulis dalam situs resmi Anxiety.org.

Barbara Streisand, penyanyi sekaligus aktris Hollywood adalah salah satu dari sederetan orang terkenal yang menderita gangguan kecemasan. Jauh sebelum ia berada di puncak karier—memenangkan dua Academy Award dan delapan Grammy—Streisand berjuang melawan gangguan kecemasan sosial selama 27 tahun.

Dia hanya berani bernyanyi di bilik rekaman, dan terus menghindar menyanyi di depan umum sebisanya. Gangguan kecemasan Streisand ada pemicunya, yakni konser di New York pada 1967. Saat itu, dia melupakan lirik dari lagu yang dinyanyikannya. Setelah kejadian itu, Streisand memiliki ketakutan hal yang sama akan terulang. Ia berhasil mengatasi gangguan kecemasan sosialnya saat tur 1994.

Selain Streisand, deretan nama seperti Johny Depp, Adele Laurie Blue Adkins, dan Emma Stone juga tercatat pernah menderita gangguan kecemasan.

Dalam Anxiety.org dijelaskan bahwa gangguan kecemasan memiliki beberapa tipe, di antaranya, tipe gangguan kecemasan sosial seperti yang dirasakan Barbara Streisand. Selain itu ada juga tipe gangguan kecemasan umum (generalized anxiety disorder). Ia adalah sebuah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan rasa khawatir dan takut berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Ada juga tipe panic attacks, ini biasanya berlangsung kurang dari 15 menit. Panic attacks adalah episode ketakutan yang intens, sering disertai dengan gejala fisik yang serius dan perasaan ketakutan tak terkendali.

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) juga merupakan salah satu tipe gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan jenis ini terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa yang sangat mengganggu dan membuat trauma. PTSD juga bisa disebabkan oleh percobaan pembunuhan, atau kecelakaan hebat.

Ketakutan akan objek tertentu karena alasan yang tidak rasional atau yang disebut phobia pun merupakan salah satu tipe gangguan kecemasan. Orang-orang dengan phobia tidak bisa menjalani hidup dengan normal ketika dihadapkan dengan benda atau hal yang ditakutinya. Phobia tak melulu tentang hal-hal menakutkan seperti ketinggian, gelap, atau ruang sempit. Beberapa orang phobia akan pisang atau bahkan sisir.

Gangguan kecemasan bisa diatasi. Jika seseorang memiliki beberapa ciri-ciri atau gejala gangguan kecemasan seperti kesulitan tidur, sakit kepala, mulut kering, tidak rasional, panik tanpa alasan yang jelas, sulit berkonsentrasi, takut, gelisah, cemas, sakit perut, gampang gemetaran, sulit untuk tenang, hingga mudah berkeringat di bagian tangan, segeralah cari seorang psikolog atau psikiater seperti yang dilakukan Pradewi.

Hal-hal lain yang bisa dilakukan untuk meredam gangguan kecemasan adalah yoga dan meditasi. Yang paling penting adalah jangan abai pada gejala-gejala yang ada rasakan.

Baca juga artikel terkait PSIKOLOGI atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Suhendra