Menuju konten utama

Kelebihan-Kekurangan Vetiver & Tanaman Alternatif Pencegah Longsor

Vetiver dinilai sebagai salah satu jenis tanaman yang berguna untuk mencegah longsor. Selain itu, tanaman ini pun bisa mereduksi dampak pencemaran limbah berbahaya. 

Kelebihan-Kekurangan Vetiver & Tanaman Alternatif Pencegah Longsor
Anggota tim SAR gabungan disela-sela istirahat melakukan pencarian korban tanah longsor di Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1/2020). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pd

tirto.id - Presiden Joko Widodo telah meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) beserta sejumlah pemerintah daerah untuk segera mereboisasi perbukitan di kawasan hulu sungai. Reboisasi itu perlu segera dilakukan, terutama di hulu sungai di Kabupaten Bogor (Jabar) dan Lebak (Banten).

Menurut Jokowi, tanaman vetiver dapat menjadi salah satu jenis vegetasi utama untuk menutup lahan perbukitan di kawasan hulu sungai, sekaligus mencegah banjir dan tanah longsor.

"Tidak hanya pohon-pohon keras, tapi kami lihat pentingnya tanaman pencegah longsor dan bisa menghambat banjir bandang. Saya kira tanaman vetiver, akar wangi, nanti akan saya cari sebanyak-banyaknya bibit dan benih," kata Jokowi dalam sambutannya saat menerima sejumlah kepala daerah terdampak banjir di Istana Merdeka, Jakarta pada 8 Januari 2020 lalu.

Jokowi mengaku sudah memerintahkan KLHK untuk menyiapkan bibit tanaman vetiver dan sejumlah jenis pohon lainnya untuk program penghijauan pada Januari-Februari 2020, di Bogor dan Lebak yang sempat dilanda banjir dan longsor awal tahun ini.

Kelebihan dan Kekurangan Tanaman Vetiver

Rumput vetiver (Chrysopogon Zizanioides) memang bisa bermanfaat untuk mencegah longsor. Namun, menurut peneliti tumbuhan Southeast Asian Region Centre for Tropical Biology (Seameo Biotrop), Supriyanto, kegunaan vetiver sebagai pencegah longsor tidak untuk jangka panjang.

"Ya mungkin untuk jangka pendek bisa. Tetapi tetap untuk pencegah longsor yang bagus untuk jangka panjang ya pohon," kata dia seperti dilansir Antara.

Supriyanto menjelaskan akar vetiver bisa mencapai kedalaman 6 meter di media tanam bebas hambatan, seperti sungai atau kolam. Sedangkan di tanah, akar vetiver dapat mencapai kedalaman satu sampai 1,5 meter. "Untuk menghasilkan panjang (akar) 1,5 meter saja harus di polybag," ujar dia.

Meskipun demikian, dia menambahkan, vetiver system memiliki akar serabut yang bisa menahan erosi pada tanah sekuat seperenam kawat baja. Sayangnya, tanaman itu hanya hidup selama sekitar sembilan bulan.

Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah menanam jenis pepohonan yang memiliki akar lebih kuat dan lebih dalam guna mencegah longsor.

Supriyanto mencatat tanaman petai selong atau petai cina (Leucaena leucocephala), pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) dan jengkol (Archidendron pauciflorum) punya kekuatan akar yang lebih besar untuk menahan longsor karena bisa menembus kedalaman tanah dan bebatuan.

Di sisi lain, tanaman vetiver memiliki kegunaan lainnya, yakni mereduksi pencemaran limbah kimia, mercuri dan limbah medis. Dr Jossep Frederick William dari Medicuss Group Bandung menjelaskan akar vetiver bisa mengikat racun yang ada di lingkungan pertanian dan DAS atau pertambangan emas rakyat, yang tercemar limbah.

"Jika ditanam di kawasan yang mengandung limbah, setelah 3-6 bulan, vetiver berubah jadi golongan B3. Oleh karenanya jangan diambil serta dimanfaatkan buat diambil extract-nya oleh masyarakat, juga jangan dibakar," ujar Jossep, sebagaimana dilansir laman resmi BNPB.

Sementara pegiat komunitas vetiver, Irma Hutabarat menjelaskan, untuk pencegahan longsor, penanaman vetiver system yang dibutuhkan.

"Di Garut dan beberapa tempat, yang ditanam adalah akar wangi, yang diambil akarnya untuk bahan baku perfume Vetiveria Zizaionides. Yang kami tanam adalah bibit yang berbeda, pencegah longsor, Chrysophogon Zizaionides, dengan daun yang keras dan tegak lurus," kata Irma.

Menurut dia, Chrysophogon Zizaionides memiliki fungsi pencegah longsor atau banjir dan menjernihkan air. “Satu-satunya tanaman yang akarnya serabut, namun berkekuatan 1/6 kawat baja adalah vetiver System," ujarnya.

Sementara itu, sesuai dengan keterangan BNPB, terdapat tiga kelompok jenis tanaman yang akan ditanam untuk memulihkan ekosistem kawasan hulu sungai. Pertama adalah pepohonan jenis tanaman keras yang punya nilai ekonomis dan ekologis.

Pohon-pohon itu adalah Alpukat, Nangka, Cempedak, Matoa, Sukun, Aren, Rasamala, Puspa, cempaka,

Mindi, Ketapang, Jabon Putih, Beringin, Sempur, Mahoni, Gandaria dan Kayu Putih. Selain itu, Kenanga, Sagu, Sereh Wangi, Kopi, Bambu, Kenari, Kemiri, Pala, Manggis dan sejumlah tanaman endemik lainnya.

Sedangkan kelompok kedua adalah vetiver system sebagai pengikat tanah jangka pendek. Vetiver yang akarnya kuat dinilai mampu mencengkram tanah.

Kemudian yang ketiga adalah tanaman Porang. Jenis umbi umbian ini memiliki nilai ekonomis untuk masyarakat. Porang antara lain digunakan sebagai bahan baku untuk mie shirataki, rendah karbohidrat dan gula serta sangat baik untuk menjaga kesehatan penderita diabetes dan orang orang yang sedang melakukan diet.

Baca juga artikel terkait BENCANA LONGSOR atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Addi M Idhom