Menuju konten utama

Gede Widiade Mundur: Indikasikan Keretakan & Bikin Jakmania Kecewa

Suporter Persija mulai menyoroti petinggi dan pemegang saham yang justru tidak memperpanjang kerja sama dengan Gede Widiade dan Muhammad Rafil.

Gede Widiade Mundur: Indikasikan Keretakan & Bikin Jakmania Kecewa
Suporter Persija Jakarta memberikan dukungan saat menghadapi Mitra Kukar dalam laga terakhir Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (9/12/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - "Gue Diky Budi Ramadhan (Diky Soemarno), nomor anggota JS.04.000104.04.98, berasal dari wilayah Manggarai dan sekarang jadi Sekretaris Umum the Jakmania, secara pribadi menolak pengunduran diri Gede Widiade dari Persija Jakarta," tulis Diky Soemarno di akun Twitter pada Kamis (7/1/2019) siang.

Diky, begitu sapaannya, berpendapat pengunduran diri Gede Widiade dari posisi Direktur Utama Persija tadi malam (6/2/2019) adalah hal yang patut disayangkan. Soalnya, Gede adalah sosok penting di balik keberhasilan Persija meraih tiga trofi pada 2018.

"Yang jelas kecewa pasti ada, karena di bawah GW [Gede Widiade] Persija berhasil ada di top level lagi. Berharap segera ada informasi yang jelas baik itu dari direktur yang baru atau pemegang saham mengenai nasib Persija ke depannya," kata Diky saat diwawancarai reporter Tirto, Kamis (7/2/2019) sore.

Pada masa kepemimpinan Gede, Persija selalu melampaui target dalam dua musim terakhir. Pada Liga 1 2017, Macan Kemayoran cuma menargetkan finis di posisi tujuh besar, tapi ternyata mampu bertengger di urutan keempat. Semusim berselang, mereka sebenarnya hanya dibebani target lima besar. Hasil akhirnya lebih memuaskan: menjadi juara plus merengkuh dua trofi kompetisi pramusim.

Menurut Diky, dengan sederet riwayat di atas, patut dipertanyakan apa sebetulnya alasan di balik mundurnya Gede. Ia meminta petinggi Persija segera mengumumkannya.

"Dia mundur pasti ada alasan yang kuat, dan kami menghargai itu. Tapi sebaiknya memang Direktur Utama yang baru segera take over semuanya dengan jelas dan arahnya Persija ke mana," sambung Diky.

Apa yang dikatakan Diky sebenarnya persis dengan pernyataan Ketua Umum PP Persija, Ferry Indrasjarief, saat diwawancarai reporter Tirto usai pengunduran diri Gede Widiade di kantor lama Persija.

Menurut Ferry, gerak cepat untuk mengumumkan siapa pengganti Gede wajib dilakukan agar performa tim tidak terganggu.

"Harus secepatnya diambil tindakan. Karena tim sedang persiapan ACL di Australia, kalau lolos main lagi ke Jepang, kalau enggak main di Piala AFC. Belum lagi ada Piala Indonesia dan Piala Presiden. Itu semuanya butuh persiapan, jangan sampai konsentrasi terganggu dan akhirnya prestasi yang diharapkan tidak tercapai," katanya.

Indikasi Keretakan

Mantan Ketua Umum the Jakmania, Richard Achmad menilai ada dua hal penting yang wajib dikonfirmasi oleh pihak klub sesegera mungkin, guna meminimalisir simpang siur yang ada.

"Terkait pengunduran diri Pak Gede dan Rafil itu [harus diperjelas] apakah karena komposisi kepemilikan saham itu bergeser. Ada sangkut pautnya atau tidak, itu yang pertama," ucapnya.

Yang kedua, harus diperjelas pula bagaimana posisi aset yang dimiliki Persija. Pasalnya, diketahui bahwa sejumlah fasilitas dan infrastruktur Macan Kemayoran dibeli sendiri oleh Gede Widiade.

Gede sebenarnya sempat menyinggung aspek kedua. Namun, ia lebih menekankan agar konfirmasi dilakukan kepada direksi baru yang sampai detik ini belum diumumkan secara resmi.

"Jadi kalau Anda mau tanya, apakah tetap, apakah ada, apakah bertambah, apakah hilang, itu tanya kepada direksi yang baru. Yang pasti, kalau itu bukan miliknya PT Persija, pasti akan diambil oleh pemiliknya," ungkap Gede.

Saat mengumumkan pengunduran diri, Gede memang cenderung menghindari kalimat yang memicu konflik. Namun, kalimat-kalimat yang memunculkan kesan ketidakpuasan sempat keluar dari mulutnya.

Salah satunya adalah perkara perpindahan kantor Persija dari rumah yang dibeli Gede di kawasan Duren Tiga ke Kuningan, Januari lalu. Dia tidak tahu ada pemindahan. Persija bahkan pindah tanpa sepengetahuan Chief Operating Officer (COO) Muhammad Rafil Perdana.

"Jadi, secara formal memang kami tidak diajak bicara untuk pindahan kantor. Pemindahan dokumen-dokumen semua kami juga tidak dilibatkan, tidak diberi tahu. Positifnya, karena kami sudah bukan pemegang kewenangan lagi. Mungkin itu positifnya, supaya lebih efektif, efisien," ujarnya.

Tapi pernyataan ini terkesan janggal. Soalnya, Gede bersama Muhammad Rafil menyatakan sudah mundur per 1 Februari lalu. Artinya, andai perpindahan kantor dilakukan pada bulan Januari, seharusnya saat itu Gede dan Rafil masih punya kewenangan.

Yang lucu lagi, sebelum Gede mengundurkan diri, pemegang saham Persija disebut-sebut sudah membentuk direksi baru yang nantinya menggantikan tugas Direktur Utama dan COO. Akan tetapi, direksi baru ini hingga kini belum diumumkan ke publik.

Jangankan soal susunan direksi baru, suporter Persija bahkan tidak diberi pengumuman resmi dari pihak klub soal perpindahan kantor.

"Enggak [diumumkan manajemen] juga sih. Tahu dari omongan orang aja, enggak ada pengumuman, kan. GW aja enggak tahu," kata Diky.

Hingga kini, seperti halnya sebagian besar suporter, Gede memang tidak tahu lokasi kantor baru Persija. Ia cuma sempat menyinggung perihal sponsor yang jadi penyedia tempat.

"Itu [kantor baru] merupakan kompensasi dari sponsorship, karena juara waktu kompetisi 2018," kata Gede.

Imbauan Rafil dan Gede

Eks COO Persija, Rafil Perdana, enggan berkomentar terkait situasi internal Persija. Namun, ia bisa memaklumi kekecewaan para suporter. Namun Rafil mengimbau suporter tidak larut. Ia ingin the Jakmania tetap fokus mendukung Persija, terlepas dari siapa pun direksi baru nanti.

"Saya harapkan teman-teman the Jakmania tetap fokus mendukung Persija siapa pun manajemennya. Karena mereka [direksi baru] ada buat Persija, dan Persija tidak ada apa-apanya tanpa mereka [suporter]," kata Rafil kepada Tirto, Kamis (7/2/2019) sore..

Hal serupa diungkapkan Gede Widiade. Ia berkata, "tanpa the Jakmania, Persija enggak ada apa-apanya. Untuk itu, the Jakmania harus merasa saling memiliki."

"Dan kepada manajemen [baru] harus memanusiakan the Jakmania menjadi pemain ke-12. Jangan memperlakukan the Jakmania itu hanya suporter saja. Perlakukan secara setara."

Baca juga artikel terkait LIGA 1 atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Herdanang Ahmad Fauzan
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino