Menuju konten utama
Penjaskes

Kegawatdaruratan Korban Tenggelam: Tahapan dan Teknik Pertolongan

Penanganan korban tenggelam dilakukan melalui tiga tahapan penatalaksanaan.

Kegawatdaruratan Korban Tenggelam: Tahapan dan Teknik Pertolongan
Ilustrasi Orang Tenggelam. foto/istockphoto

tirto.id - Situasi darurat bisa terjadi kapan saja, termasuk orang yang sedang berenang di kolam atau bepergian menggunakan transportasi laut.

Risiko kegawatdaruratan yang mungkin terjadi adalah tenggelam di dalam air. Dalam keadaan tenggelam, seseorang secepat mungkin harus ditolong agar tidak sampai kehabisan napas.

Tenggelam diartikan sebagai istilah saat seseorang menghirup air atau cairan ke arah paru-paru sehingga membuat oksigen terhalang untuk sampai ke bagian depan permukaan alveolus di dalam paru-paru.

Alveolus merupakan tempat pertukaran gas. Saat oksigen terhalang, maka proses oksigenisasi darah tidak bisa terjadi dan memicu orang yang tenggelam pingsan.

Kendati demikian, ada beberapa penyebab seseorang tenggelam. Dikutip buku PJOK Kelas XII (2018), penyebabnya antara lain:

  1. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan;
  2. Ketidakmampuan karena hipotermia, syok, cedera, hingga kelelahan;
  3. Ketidakmampuan disebabkan penyakit akut saat berenang.
Sewaktu tenggelam, seseorang akan meneguk air dalam jumlah banyak. Air tersebut masuk ke saluran pernapasan dan saluran napas atas.

Bagian epiglotis lantas mengalami spasme yang memicu tertutupnya saluran napas dan hanya sedikit udara yang bisa lewat.

Namun, jika seseorang ditemukan masih bernapas dan membatukkan air hingga keluar dari mulutnya, maka dia belum sepenuhnya disebut tenggelam. Dia mengalami kondisi yang disebut hampir tenggelam.

Tahapan Penanganan Korban Tenggelam

Saat seseorang ditemukan tenggelam, maka ada tiga tahapan dalam penatalaksanaan penanganannya. Menurut modul PJOK Kelas XII (2020), tahapan ini terdiri dari:

1. Bantuan hidup dasar

Pertolongan pertama pada korban tenggelam di era sebelumnya, dikenal istilah airway, breathing, circulation (chest compression) yaitu buka jalan nafas, bantuan pernafasan, dan kompresi dada.

Setelah ketiganya diterapkan, lalu dilakukan pemeriksaan kesadaran korban. Langkah ini disebut memeriksa/disability.

Namun, menurut pedoman terbaru, penanganan korban tenggelam diprioritaskan pada circulation dan berlanjut ke airway lalu breathing.

Langkah ini tidak berlaku pada bayi baru lahir karena umumnya penyebab pingsan dan tidak bernapas yaitu masalah jalan napas.

2. Membawa korban ke rumah sakit terdekat

Pada tahapan ini, menurut pedoman yang berlaku sebelumnya, ditangani dengan look, listen, dan feel.

Look artinya melihat pergerakan dada, listen yakni mendengarkan jalan napas, dan feel adalah merasakan ada tidaknya hembusan napas.

Namun, seiring perkembangan zaman, pedoman tersebut dikritisi karena kunci utama penyelamatan korban dengan henti jantung adalah bertindak, dan bukan menilai.

Jika terdapat korban tenggelam tidak sadar dan tidak bernapas, segera hubungi ambulans yang umumnya didampingi tenaga paramedis untuk menolong korban.

Pemberian kompresi intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan karena tidak terbukti mengeluarkan cairan dan berisiko muntah serta aspirasi.

3. Bantuan hidup lanjut

Bantuan hidup lanjut untuk korban tenggelam berupa pemberian oksigen bertekanan lebih tinggi. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan Bag Valve mask (BVM) atau tabung oksigen.

Baca juga artikel terkait KORBAN TENGGELAM atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno