Menuju konten utama

Kebijakan Soal Pencemaran Udara Belum Perhatikan Dampak pada Anak

Menurut WHO, anak-anak menanggung 40 persen beban penyakit yang disebabkan dari pencemaran lingkungan.

Kebijakan Soal Pencemaran Udara Belum Perhatikan Dampak pada Anak
Ilustrasi polusi udara. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Studi yang dilakukan Frederica Perera dan koleganya menunjukkan dampak kesehatan bagi anak-anak belum sepenuhnya menjadi pertimbangan dalam pembuatan kebijakan pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran kualitas udara.

Sepuluh persen dari populasi dunia adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun. Namun, menurut World Health Organization (WHO) anak-anak menanggung 40 persen beban penyakit yang disebabkan dari pencemaran lingkungan.

Polutan udara seperti PM 2,5, PAH, nitrogen dioksida, dan karbon dioksida merupakan ancaman yang berbahaya bagi anak-anak. Namun, para pembuat kebijakan tidak pernah memberikan perhatian terhadap efek yang didapat anak-anak saat mengevaluasi pengurangan bahan bakar fosil yang menyebabkan pencemaran lingkungan.

“Hal ini berpengaruh kepada anak-anak bahkan sebelum mereka dilahirkan,” ucap Frederica Perera dari Universitas Kolombia seperti dilansir Popular Science.

Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerikas Serikat dan institusi-instusi pemerintah pembuat kebijakan lingkungan seperti WHO dan Institut Pengawasan Kesehatan Publik Prancis, hanya menggunakan parameter kesehatan dan ekonomi terhadap kebijakan dari pencemaran kualitas udara.

Padahal menurut Perera, kebijakan tersebut hanya langkah kecil untuk melindungi anak-anak dari pencemaran udara. Misalnya, angka kematian bayi dan gejala asma yang memburuk.

Para pembuat kebijakan tidak memasukkan misalnya hasil perkembangan saraf atau kelahiran yang merugikan, seperti kelahiran prematur.

“Dampak dan efek dari kebijakan pencemaran polusi udara kemudian terlalu diremehkan,” ucap Perera.

Efek dari polutan udara dari pembakaran bahan bakar fosil berpengaruh terhadap kesehatan anak-anak seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, autisme, dan asma. Penelitian selengkapnya telah diunggah di Jurnal Environmental Research.

Perera mengatakan sudah banyak data tersedia untuk memasukkannya dalam pertimbangan kebijakan untuk pencemaran polusi udara. Misalnya, 18 persen kelahiran prematur disebabkan karena polutan udara di rahim dan di Amerika Serikat 70 ribu bayi lahir prematur.

Karena anak-anak, menurut Perera, misalnya bayi yang lahir prematur atau dengan berat yang lebih rendah akibat paparan polusi udara, tidak hanya berisiko pada kesehatan di bulan-bulan awal kelahiran mereka tetapi sepanjang hidupnya.

Pada kesimpulannya, Perera dan ketiga koleganya dalam penelitian ini, mengatakan, memasukkan pertimbangan dampak kesehatan terhadap anak-anak terhadap kebijakan pencemaran lingkungan menjadi penting untuk pencegahan pencemaran lingkungan, khususnya untuk mencapai kualitas udara bersih.

Baca juga artikel terkait PENCEMARAN UDARA atau tulisan lainnya dari Nurcholis Maarif

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nurcholis Maarif
Editor: Dipna Videlia Putsanra