Menuju konten utama

KBRI Vatikan Adakan Dialog Antar-Agama Demi Kedamaian Dunia

Kedutaan Besar Indonesia di Vatikan mengelar seminar sekaligus dialog antaragama dalam rangka mempromosikan nilai-nilai keberagaman dan berbagai pengalaman Indonesia.

KBRI Vatikan Adakan Dialog Antar-Agama Demi Kedamaian Dunia
Duta Besar Indonesia Agus Sriyono disambut Paus Fransiskus di Vatikan. Foto/L’Osservatore Romano.

tirto.id - Sejumlah tokoh agama berkumpul di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Vatikan pada Rabu (24/5/2017) dalam rangka melaksanakan dialog antar-agama. Temanya Managing Religious Plurality in Indonesia during the Reform Era dan bertempat di Aula Komunitas Sant Egidio, Roma, Italia, demikian laporan Antara.

Hadir juga dalam acara ini Duta Besar Indonesia untuk Italia, Esti Andayani, anggota korps diplomatik, media massa setempat, serta perwakilan organisasi kemasyarakatan di Italia lainnya. Pejabat Fungsi Penerangan dan Sosial Kedutaan Besar Indonesia di Vatikan, Wanry Wabang, juga bertindak sebagai pembicara di samping ada Direktur Wahid Institute, Yenny Wahid, Sekjen Muhammadiyah Dr Abdul Mukti, dan aktivis asal Maluku yang tengah melanjutkan studinya di Roma, Johana Irma Betaubun.

Acara ini digelar dalam rangka mempromosikan nilai-nilai keberagaman ala Indonesia dan berbagai pengalaman selama ini Indonesia mengelola keberagaman yang amat tinggi di dalam kedaulatan negaranya. Apalagi dalam keadaan dunia masa kini di mana intoleransi dan tensi hubungan antaragama kian meningkat.

Dalam sambutannya, Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan A. Sriyono menyampaikan tujuan seminar sebagai forum bertukar pandangan dan memperluas perspektif pengalaman Indonesia berkontribusi kepada pengelolaan keberagaman agama dalam konteks internasional.

Sementara itu Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Vatikan, Kardinal Jean-Louis Tauran, mengatakan berdasarkan pengalamannya berkunjung ke Indonesia awal 2000-an, Indonesia merupakan negara yang cinta damai meskipun masyarakatnya datang dari latar belakang yang berbeda. Selain itu, Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar dan inspirasi negara untuk hidup dalam damai dan harmoni.

Sejalan dengan Kardinal Tauran, Presiden Komunitas Sant Egidio, Prof Marco Impagliazzo, menambahkan, melihat perkembangan dunia saat ini, sepertinya sudah semakin sulit untuk mencari solusi mengatasi ketegangan yang muncul akibat perbedaan agama. Namun demikian, agama justru dapat memainkan peran yang sangat penting untuk meredam tensi yang kerap muncul.

Dikatakannya Indonesia negara yang cukup dikenal terutama terkait dengan kebebasan beragama karena dijamin peraturan pemerintah. Untuk itu, dasar negara Pancasila harus dipertahankan.

Dalam sesi diskusi Yenny Wahid menyebutkan dalam mengelola keberagaman agama, Indonesia memiliki tantangan sekaligus solusi untuk meredam konflik antar agama, yakni Pancasila sebagai dasar negara yang menyatukan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan TLC (tolerance, leadership, constitution).

Turut menambahkan pengalaman Indonesia setelah era reformasi, Mukti berpendapat terdapat lima hal yang dapat memainkan peran vital dalam keberagaman agama, yakni penerimaan, saling menghargai, kebebasan menjalankan ritual agama, keadilan yang dijamin oleh pemerintah, dan membangun pemahaman antar agama melalui dialog.

Baca juga artikel terkait KBRI atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan