Menuju konten utama

KBRI Dukung Kolintang Jadi Warisan Dunia

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Sidney, Australia mendukung upaya penetapan kolintang kayu sebagai warisan dunia yang terdaftar di badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk urusan budaya (UNESCO).

KBRI Dukung Kolintang Jadi Warisan Dunia
Alat Musik Kolintang. [Foto/Wikipedia]

tirto.id - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Sidney, Australia mendukung upaya Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia, Yayasan Purnomo Yusgiantoro Foundation, Pertunjukan Seni Jaya Suprana, dan Yayasan IT dalam mempromosikan kolintang menjadi warisan dunia.

Keterangan KJRI menyebutkan pada Rabu (9/11/2016) konser kolintang dan peragaan busana batik diselenggarakan di Gedung Opera Sidney, Australia, atau yang akrab dengan nama "Sidney Opera House".

Salah satu tujuan dari gelaran tersebut adalah mendukung penetapan kolintang kayu sebagai warisan dunia yang terdaftar di badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk urusan budaya (UNESCO). Konser kolintang dan peragaan busana batik ini dihadiri oleh lebih dari 300 undangan, termasuk warga Australia dan diaspora Indonesia.

"Musik kolintang kayu ini merupakan bukti lain betapa Indonesia memiliki kekayaan seni budaya yang sangat beragam dan bernilai tinggi, selain batik dan musik angklung yang sudah terdaftar di UNESCO sebagai warisan dunia," ujar Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, seperti dilansir Antara.

Menurutnya, salah satu keunikan kolintang kayu yang merupakan alat musik khas dari Minahasa, Sulawesi Utara adalah kemampuannya memproduksi nada rendah hingga tinggi yang khas ketika dipukul.

Dalam gelaran tersebut, tujuh pemusik kolintang yang tergabung dalam PINKAN Indonesia Kolintang Group membawakan lagu-lagu berirama cepat khas daerah-daerah di Indonesia. Beberapa lagu yang dipertunjukkan adalah Selayang Pandang, Sinanggar Tullo, Keroncong Kemayoran, Injit-injit Semut, Tanase, Rame-Rame dan Sajojo.

Di Indonesia sendiri, kolintang sudah diakui pemerintah sebgai warisan budaya sejak 2013 lalu. Penghargaan tersebut bisa dianggap sebagai satu langkah penting dalam memperjuangkan alat musik tradional ini mendapat pengakuan dari UNESCO sekaligus harapan bahwa kolintang akan diakui dunia dalam waktu dekat.

Duta Besar Nadjib beranggapan bahwa musik sebenarnya lebih dari sekadar pengakuan oleh UNESCO. Dalam diplomasi, musik sebagai bahasa universal memainkan peran yang sangat penting guna meningkatkan perasaan saling memahami antar suku bangsa di dunia.

"Ketika kata-kata gagal mengantarkan makna, maka musik berbicara," ucapnya

Nadjib berharap konser kolintang dan peragaan busana batik pada malam itu dapat membuka jendela lain bagi masyarakat Australia untuk mengenal Indonesia lebih dekat. KBRI Dukung Kolintang Jadi Warisan Dunia

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Sidney, Australia mendukung upaya Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) Indonesia, Yayasan Purnomo Yusgiantoro Foundation, Pertunjukan Seni Jaya Suprana, dan Yayasan IT dalam mempromosikan kolintang menjadi warisan dunia.

Keterangan KJRI menyebutkan pada Rabu (9/11/2016) konser kolintang dan peragaan busana batik diselenggarakan di Gedung Opera Sidney, Australia, atau yang akrab dengan nama "Sidney Opera House". Salah satu tujuan dari gelaran tersebut adalah mendukung penetapan kolintang kayu sebagai warisan dunia yang terdaftar di badan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk urusan budaya (UNESCO). Konser kolintang dan peragaan busana batik ini dihadiri oleh lebih dari 300 undangan, termasuk warga Australia dan dispora Indonesia.

"Musik kolintang kayu ini merupakan bukti lain betapa Indonesia memiliki kekayaan seni budaya yang sangat beragam dan bernilai tinggi, selain batik dan musik angklung yang sudah terdaftar di UNESCO sebagai warisan dunia," ujar Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema.

Menurutnya, salah satu keunikan kolintang kayu yang merupakan alat musik khas dari Minahasa, Sulawesi Utara adalah kemampuannya memproduksi nada rendah hingga tinggi yang khas ketika dipukul.

Dalam gelaran tersebut, tujuh pemusik kolintang yang tergabung dalam PINKAN Indonesia Kolintang Group membawakan lagu-lagu berirama cepat khas daerah-daerah di Indonesia. Beberapa lagu yang dipertunjukkan adalah Selayang Pandang, Sinanggar Tullo, Keroncong Kemayoran, Injit-injit Semut, Tanase, Rame-Rame dan Sajojo.

Di Indonesia sendiri, kolintang sudah diakui pemerintah sebgai warisan budaya sejak 2013 lalu. Penghargaan tersebut bisa dianggap sebagai satu langkah penting dalam memperjuangkan alat musik tradisional ini mendapat pengakuan dari UNESCO sekaligus harapan bahwa kolintang akan diakui dunia dalam waktu dekat.

Duta Besar Nadjib beranggapan bahwa musik sebenarnya lebih dari sekadar pengakuan oleh UNESCO. Dalam diplomasi, musik sebagai bahasa universal memainkan peran yang sangat penting guna meningkatkan perasaan saling memahami antar suku bangsa di dunia.

"Ketika kata-kata gagal mengantarkan makna, maka musik berbicara," ucapnya.

Nadjib berharap konser kolintang dan peragaan busana batik pada malam itu dapat membuka jendela lain bagi masyarakat Australia untuk mengenal Indonesia lebih dekat.

Baca juga artikel terkait WARISAN DUNIA atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh