Menuju konten utama

KAWS x Uniqlo: Dari Produk Seni Jalanan ke Simbol Anak Muda Keren

KAWS, seniman jalanan yang terkenal karena membuat gambar-gambar plesetan tokoh kartun ternama.

KAWS x Uniqlo: Dari Produk Seni Jalanan ke Simbol Anak Muda Keren
Instalasi patung BFF di arena peragaan busana Kaws x Dior by Kim Jones. Hypebeast/Paul Mougeot

tirto.id - Pada awal 1990-an, Brian Donnelly adalah remaja pria asal New Jersey yang hobi bermain skateboard di lorong-lorong stasiun kereta. Ia rutin menumpang kereta menuju Manhattan demi mencari sudut-sudut menarik untuk bermain skateboard. Di kota itu ia melihat tembok-tembok bangunan dihiasi ragam grafiti karya seniman tak dikenal sampai figur kenamaan seperti Keith Haring dan Jean-Michel Basquiat.

Coret-coretan di tembok kota Manhattan menginspirasi Donnelly untuk bikin karya serupa. Tapi, ia tidak ingin mencoret tembok alih-alih memodifikasi papan reklame atau poster yang menempel di halte, stasiun, dan berbagai dinding gedung.

Pada malam hari, ia mencopot poster, membawanya pulang dan mencoret-coretnya di rumah, menempelkannya kembali ke tempat semula, dan memotretnya. Kelak salah satu coretannya pada iklan pakaian dalam Calvin Klein jadi salah satu karya ikonik Donnelly.

Rutinitas itu terus dilakukannya sampai akhir dekade 1990-an. Setelahnya, Donnelly pergi ke Jepang karena tertarik melihat kultur anak muda di sana. Di Jepang, ia bertemu anak-anak muda kreatif yang buka usaha toko mainan dan toko busana siap pakai. Mereka meminta Donnelly untuk melukis dan membuat desain mainan.

Ketimbang memikirkan desain figur baru, pria itu lebih suka memodifikasi sosok yang sudah ada yakni Mickey Mouse. Donnelly menamai figur ciptaannya Companion. Mickey versi Donnelly punya mata berbentuk huruf ‘X’ dan telinga serupa deretan gelembung. Companion lantas jadi barang incaran pria muda kolektor action figure dan para pecinta dunia street art/street wear.

Pada kurun waktu yang sama, Donnelly pun mulai mendapat pelanggan atau kolektor baru dan mengerjakan sejumlah karya pesanan. Salah satu kolektornya adalah penyanyi Pharell Williams.

Sekembalinya ke AS, Donnelly tak lagi melakukan aktivitas “ilegal”. Ia sudah jadi seniman muda dengan karya-karya nyeleneh yang diburu dicari orang. Publik lantas mengenalnya dengan KAWS, nama panggung yang ia susun dari abjad favoritnya.

Pada dekade 2000-an, lukisan-lukisan karya KAWS mulai masuk ke galeri dan balai lelang seni di AS dan Asia. Waktu itu street art di ranah seni tengah naik daun. Di Inggris ada Banksy yang karya-karya stensilnya mulai diminati oleh art dealer dan kolektor. Mereka mulai rela menghabiskan dana belasan juta dolar untuk membeli karya seni yang tadinya bermula dari hal yang terkesan banal.

Hal serupa terjadi pada KAWS. New York Times melaporkan bahwa gambar karya KAWS yang dibuat pada 2005 terjual dengan harga 14.8 juta dolar. Lukisan-lukisan plesetan tokoh kartun Smurf dan Spongebob terjual pada kisaran harga satu hingga dua juta dolar. Varian lain lukisan plesetan tokoh Spongebob yang dijual tahun ini laku enam juta dolar.

Sosok Companion tak lagi hanya berbentuk mainan kecil yang terbuat dari vinyl. Pada awal 2010-an, Donnelly menerima pesanan dari sejumlah museum seni, di antaranya dari Aldrich Contemporary Art Museum, Ridgefield, dan Conn untuk membuat patung Companion di taman. Di samping itu, Companion menjadi ikon budaya populer setelah tim MTV Video Music Awards meminta Donnelly membuat patung Companion yang serupa dengan Moon Man—ikon MTV.

Popularitas itu membuat KAWS turut dilirik oleh para pengusaha retail kelas atas yang tengah berupaya menjangkau pasar kaum muda. Tahun lalu, Donnelly berkolaborasi dengan label fesyen Dior dalam produksi koleksi busana pria. Selain terlibat dalam proses merancang busana, Donnelly juga turut mendesain tata ruang peragaan busana yang diselenggarakan pada Paris Fashion Week.

Direktur kreatif Dior, Kim Jones, yang juga tumbuh dan bergaul dalam skena skateboard-hip hop-street art mengaku bangga bisa mewujudkan keinginan bekerjasama dengan KAWS.

Sejumlah pengusaha lini retail lain yang berupaya menggaet anak-anak muda seperti Jones juga memutuskan bekerjasama dengan Donnelly. Sejauh ini KAWS punya tiga kolaborasi fesyen yang nampak fenomenal. Selain Dior KAWS bekerjasama dengan Nike—Air Jordan—dan Uniqlo.

Sebagian penggemarnya adalah kaum muda dengan selera yang sama seperti Jones. Esquire mencatat kisah remaja 17 tahun bernama Luca yang mengantre di barisan pertama di depan salah satu gerai Uniqlo di London demi mendapat seluruh koleksi kolaborasi KAWS x Uniqlo.

Infografik Uniqlo Kaws

Infografik Uniqlo Kaws. tirto.id/quita

“Aku pengguna Supreme. Pecinta Supreme pasti menyukai KAWS. Aku merasa bodoh kalau tidak mengantri di sini. Tidak ada salahnya mengantri demi bisa mendapat barang murah,” kata Luca. Di gerai Uniqlo pembeli bisa mendapat satu kaus dengan gambar karya KAWS seharga kurang dari Rp200.000.

Pada 3 Juni lalu, Uniqlo menjual koleksi kolaborasi dengan KAWS yang meliputi produk tas, kaos, dan jaket. Koleksi tersebut habis dalam waktu beberapa jam.

Di Singapura,seorang pembeli membeli kaus yang sama sebanyak 40-50 potong. Ketika hari re-stock tiba, pria itu mengunjungi gerai Uniqlo lain dan kembali memborong puluhan barang sekaligus. Aksinya itu bikin para pembeli lain melakukan protes di dunia maya.

Di Cina, para pembeli berebut mengambil barang, bahkan sampai mencopot kaos yang ada di manekin dengan tergesa-gesa. Sebuah pemandangan yang membuat gerai toko lebih mirip lokasi penjarahan ketimbang toko betulan. KAWS memang sedang jadi primadona di Cina. Akhir tahun lalu, patung Companion setinggi 26 kaki dipajang di salah satu pusat perbelanjaan baru di Changsa.

Di Jakarta, para peminat KAWS sudah mengantre di mal sejak pukul delapan pagi dan barang terjual habis dalam waktu satu jam. Para penjaga toko menyatakan bahwa barang tersebut tidak akan diproduksi dan dijual lagi.

Sekarang para penggemar Kaws di Indonesia bisa mendapat barang-barang incaran mereka melalui toko belanja online dengan harga 30% lebih tinggi.

Baca juga artikel terkait UNIQLO atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Windu Jusuf