Menuju konten utama

Kaukus Parlemen Papua Sesalkan Sikap Refresif Aparat ke Mahasiswa

Kaukus Parlemen Papua-Papua Barat menyesalkan tindakan refresif aparat kepada mahasiswa Papua di Surabaya, Semarang, dan Malang.

Kaukus Parlemen Papua Sesalkan Sikap Refresif Aparat ke Mahasiswa
Massa melakukan aksi di Jayapura, Senin (19/8/2019). ANTARA FOTO/Gusti Tanati/wpa/ama.

tirto.id - Ketua Kaukus Parlemen Papua-Papua Barat Robert J Kardinal menyayangkan tindakan represif aparat keamanan terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Semarang, dan Malang.

Ia pun menyesalkan aparat yang tak bekerja maksimal saat menenangkan massa dari ormas-ormas yang berkumpul di depan asrama mahasiswa Papua.

"Sebelum ramai ormas mendatangi asrama mahasiswa Papua, kan, aparat TNI-Polri sudah ada di situ. Tapi kenapa tidak berupaya menenangkan? Akhirnya mereka dipersekusi, dibully sedemikian rupa, padahal mereka ini mahasiswa, anak-anak Papua yang menuntut ilmu," kata Robert kepada reporter Tirto, Senin (19/8/2019).

Anggota DPR asal daerah pemilihan Papua Barat itu meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengambil tindakan kepada jajarannya yang dianggap lalai melakukan pembiaran sehingga terjadi bentrok antara ormas setempat dengan mahasiswa Papua.

Bila memang ada mahasiswa Papua yang diduga melanggar hukum, Robert mempersilakan untuk diproses hukum namun tetap harus sesuai prosedur.

"Kalau ada oknum, ya silahkan proses hukum tapi jangan perkeruh suasana politik yang ada di sana. Kalau tidak sesuai SOP, kami minta aparatnya ditindak," tegasnya.

Sebelumnya, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo membantah tuduhan polisi berlaku rasis dalam menangani mahasiswa asal Papua di Surabaya, Jawa Timur.

"Mana yang rasis? Tidak ada tindakan rasis, justru kami evakuasi agar tidak terjadi bentrokan dan jatuh korban, itu yang penting," kata Dedi di Mabes Polri, Senin (19/8/2019).

Tuduhan itu terdapat dalam video yang viral di media sosial, masyarakat dan aparat mengepung asrama yang terletak di Jalan Kalasan No.10, Surabaya. 43 mahasiswa terkurung, aparat meminta mereka menyerahkan diri.

Massa kesal lantaran mahasiswa Papua itu merusak tiang bendera, sehari sebelum HUT Republik Indonesia ke-74 berlangsung.

Salah satu mahasiswa, Dorlince Iyowau (19) tidak tahu alasan kemarahan orang-orang itu, tapi ia menduga aksi itu berhubungan dengan tiang bendera yang patah di depan asrama.

Suasana makin mencekam, Satpol PP dan berbagai ormas berdatangan mengepung asrama. Ujaran-ujaran rasis penuh kebencian terlontar dari mulut mereka sejak sore.

Mahasiswa yang ketakutan hanya bisa berkumpul di aula asrama sembari menahan lapar sepanjang malam.

17 Agustus siang, 27 mahasiswa Papua lain datang ke asrama untuk membawa makan. tetapi, mereka tak bisa keluar, 43 mahasiswa terjebak di asrama. Dedi mengatakan, dugaan perusakan tiang bendera itu ada.

"Ada. Pelakunya belum (ditetapkan). Perusakan depan asrama memang terlihat, perusakan sering terulang. Masyarakat itu terprovokasi, terjadi pengepungan dan mencoba masuk ke asrama," kata Dedi.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno