Menuju konten utama

Kata Pemerintah Soal Peringkat Indonesia di EODB yang Turun 1 Level

“Peringkat kita turun karena negara lain melakukan reformasinya lebih cepat dari kita di bidangnya masing-masing,” kata Darmin.

Kata Pemerintah Soal Peringkat Indonesia di EODB yang Turun 1 Level
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Pemerintah menjelaskan soal turunnya peringkat Indonesia dalam laporan Tingkat Kemudahan Berbisnis (Ease of Doing Business) 2019 yang baru saja dikeluarkan Bank Dunia. Dari 190 negara yang masuk daftar, Indonesia menduduki peringkat ke-73, lebih rendah satu level dibandingkan capaian tahun lalu.

“Peringkat kita turun karena negara lain melakukan reformasinya lebih cepat dari kita di bidangnya masing-masing,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta pada Kamis (1/11/2018).

Darmin lantas membandingkan kondisi yang dialami Indonesia dengan sejumlah negara lain di Asia Tenggara, seperti Thailand yang juga turun satu level ke angka 27, lalu Vietnam yang turun dari peringkat 68 ke 69, dan Filipina yang merosot dari peringkat 113 ke 124.

Darmin membantah apabila penurunan peringkat itu terjadi karena adanya reformasi birokrasi yang tidak berjalan maksimal. Ia menegaskan, pemerintah terus melakukan berbagai macam upaya perbaikan guna menaikkan kembali posisi Indonesia.

Menurut Darmin, fokus pemerintah saat ini tidak bisa lagi hanya sekadar mengutak-atik prosedur dalam hal reformasi birokrasi. Darmin menekankan, pemerintah harus bisa merombak proses bisnis yang berjalan di Indonesia, sehingga perbaikan itu bisa bersifat sistemik untuk kemudian dituangkan ke dalam bentuk peraturan.

“Dari pengalaman kita menunjukkan bahwa reformasi harus dilakukan secara lebih radikal. [Reformasi] Harus bisa mengubah proses bisnis secara mendasar, bukan hanya utak-atik peraturan, semisal dengan menurunkan lama proses dari dua minggu jadi seminggu,” jelas Darmin.

Darmin menyebutkan dari 10 indikator yang menjadi penilaian Bank Dunia, hanya tiga poin yang reformasinya dinilai berjalan signifikan.

Sedangkan untuk empat poin lainnya dinilai tidak menunjukkan reformasi yang relatif signifikan. Dalam proses penilaiannya, Bank Dunia menjadikan reformasi birokrasi di DKI Jakarta dan Surabaya sebagai sampel.

“Pada saat semua negara dibandingkan, masing-masing reformasinya ada yang lebih cepat dari kita. Boleh saja kita naik, tapi yang lain [naiknya] lebih cepat, sehingga kita bisa turun,” ungkap Darmin.

Untuk menebus penurunan peringkat ini, Darmin menargetkan Indonesia bisa masuk jajaran 40 besar dalam laporan Tingkat Kemudahan Berbisnis pada tahun depan.

Baca juga artikel terkait PERINGKAT EODB atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto