Menuju konten utama

Kata Jancuk Dinilai Tak Selalu Bermakna Umpatan

Menurut Puji kata jancuk juga merupakan sapaan akrab dalam budaya Jawa Timur.

Kata Jancuk Dinilai Tak Selalu Bermakna Umpatan
Calon Presiden petahana Joko Widodo (kanan). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Presiden Joko Widodo diberi julukan "Cak-Jancuk" oleh kelompok pendukungnya di Jawa Timur, hal ini kemudian mengundang polemik karena dinilai tidak etis. Namun begitu, rupanya kata jancuk dalam konteks budaya Jawa Timur tidak selalu bermakna umpatan.

"Kalau dalam konteks kejawatimuran kata jancuk itu memang tidak bermakna tunggal ada banyak makna yg ada di dalamnya," kata Dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Puji Karyanto kepada reporter Tirto Rabu (6/2/2019).

Memang salah satu makna kata jancuk adalah pisuhan atau umpatan. Selain itu, menurut Puji, kata jancuk juga merupakan sapaan akrab dalam budaya Jawa Timur. Tetapi, kata itu hanya digunakan kepada orang yang sudah akrab.

"Teman-teman di Surabaya itu biasanya kalau sudah akrab pasti menyapanya seperti itu. Tidak mungkin kalau belum akrab berani menyapa kawannya dengan sapaan cuk," katanya.

Selain itu, kata jancuk juga digunakan untuk menggambarkan ekstase (kenikmatan) yang tiada duanya. Namun, Puji menambahkan, kata ini tidak hanya mengacu pada kenikmatan hubungan badan, tapi juga nikmatnya makanan atau lainnya.

Kendati begitu, ia memaklumi jika ada sebagian masyarakat yang merasa julukan Cak-Jancuk tidak etis. Menurutnya, makna dari sebuah kata juga bergantung kesepakatan sosialnya.

Selain itu, ia menilai seharusnya masyarakat juga melihat konteks situasi ketika julukan itu diberikan. Menurutnya, julukan Cak-Jancuk yang diberikan oleh MC merupakan akronim dari Cakap, Agamis, Kreatif, Jantan, Cakap, Ulet, dan Komitmen.

Baca juga artikel terkait UMPATAN atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Nur Hidayah Perwitasari