Menuju konten utama
Virus Corona:

Kasus Meningkat, Beijing Perpanjang Masa Karantina Jadi 28 Hari

Kasus baru COVID-19 meningkat di Cina, pemerintah Kota Beijing pun mengambil langkah menggandakan masa karantina jadi 28 hari.

Kasus Meningkat, Beijing Perpanjang Masa Karantina Jadi 28 Hari
Ilustrasi kota Beijing. FOTO/ Istockphoto/ Getty Images

tirto.id - Cina mencatat 19 kasus baru COVID-19 per 29 Juni2020, naik dari 12 kasus sehari sebelumnya, menurut otoritas kesehatan.

Tujuh dari kasus baru COVID-19 itu berada di Beijing, demikian Komisi Kesehatan Nasional melalui pernyataan. Sebelumnya, Ibu Kota tersebut juga melaporkan tujuh infeksi baru.

Kasus baru yang terus bertambah membuat Pemerintah Kota Beijing menggandakan masa karantina dari 14 hari menjadi 28 hari atas kekhawatiran kalangan ilmuwan bahwa tipe virus corona jenis baru yang kini menular dari Pasar Induk Xinfadi lebih ganas daripada virus sejenis.

Virus sejenis yang dimaksud itu pertama kali ditemukan di Wuhan pada akhir 2019.

Mayoritas orang yang dikarantina di Beijing merupakan para pekerja di lapak daging sapi dan daging kambing di Pasar Xinfadi sehingga mereka dikategorikan dalam kelompok risiko tinggi COVID-19, kata Shi Guoqing, pakar dari Komisi Kesehatan Nasional Cina (NHC) kepada pers, Senin (29/6/2020).

Shi mengungkapkan beberapa dari mereka yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali sehingga sulit untuk menilai, apakah mereka tertular virus, hanya dengan mengamati gejalanya.

Selain itu, karena beberapa yang terinfeksi memiliki hasil tes asam nukleat mereka negatif dan tidak ada kelainan yang ditemukan dalam 14 hari, tidak cukup waktu untuk mengonfirmasinya.

Dengan demikian, menurut Shi, ada kemungkinan orang-orang tersebut akan menyebarkan virus kepada orang lain kalau diizinkan bebas berkeliaran.

Wakil Kepala Distrik Fengtai, Chu Junwei, mengatakan bahwa karantina untuk orang yang pernah kontak dengan pedagang daging sapi dan daging kambing di Pasar Induk Xinfadi telah diperpanjang menjadi 28 hari.

Shi mencatat 33,8 persen kasus positif di Beijing terkait dengan para pekerja di lapak daging sapi dan daging kambing di Pasar Induk Xinfadi, sedangkan 20,5 persen lainnya adalah para pengunjung area itu.

Komisi Kesehatan Kota Beijing, Senin, juga mengumumkan bahwa inang virus corona itu diyakini diimpor dari Eropa pada awal Maret, kemudian mengarah ke Amerika Selatan dan berakhir di Cina oleh manusia atau daging impor sehingga terjadilah wabah di Beijing.

Deputi Direktur Biologi Patogen di Wuhan University, Yang Zhanqiu, mengatakan bahwa masa berjangkit wabah tersebut di Beijing sangat pendek dan semuanya berkaitan dengan Pasar Induk Xinfadi.

Itu berarti inangnya lebih ganas daripada virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan sehingga mungkin saja penyebarannya lebih dahsyat di Pasar Induk Xinfadi, ujarnya seperti dikutip Global Times.

Oleh sebab itu menurut dia, yang paling aman adalah melakukan tindakan-tindakan ketat terhadap kelompok berisiko tinggi tersebut. Selama ini, orang merasa aman jika hasil tes negatif asam nukleatnya negatif.

Cina melaporkan empat pasien OTG (orang tanpa gejala), yang positif COVID-19 tetapi tidak menunjukkan gejala seperti demam.

Jumlah tersebut turun dibandingkan enam pasien sehari sebelumnya. Sementara per 29 Juni, kasus COVID-19 terkonfirmasi di Cina mencapai 83.531, katanya.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH