Menuju konten utama

Kasus Data 20 Juta Pengguna VPN Gratis Bocor & Tips Menghindarinya

Data 20 juta pengguna 7 aplikasi VPN gratis dikabarkan bocor di internet baru-baru ini. Bagaimana cara menghindari risiko kebocoran data pengguna VPN?

Kasus Data 20 Juta Pengguna VPN Gratis Bocor & Tips Menghindarinya
Ilustrasi Virtual Protection Network. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Salah satu alasan banyak orang mendownload VPN (Virtual Private Network) ialah buat mengakses layanan streaming yang diblokir di lokasi geografis pengguna. Namun, hati-hati dalam memakai VPN. Sebab, baru-baru ini terjadi kebocoran data puluhan juta pengguna VPN.

Seperti dilansir IBTimes, Selasa (7/21/2020), VpnMentor melaporkan bahwa ada data milik 20 juta pengguna yang dibocorkan oleh tujuh penyedia layanan VPN gratis. Data log sebesar lebih dari 1TB tersebut berisi riwayat situs yang dikunjungi pengguna, plain-text password, informasi pembayaran PayPal, alamat email, spesifikasi perangkat, dan lain-lain.

Adapun ketujuh aplikasi VPN gratis tersebut dimiliki oleh induk perusahaan yang sama dari Hong Kong. VPN gratis yang dimaksud adalah:

- UFO

- VPN

- FAST VPN

- Free VPN

- Super VPN

- Flash VPN

- Secure VPN

- Rabbit VPN

Sebagian besar dari VPN ini diketahui telah didownload lebih dari 10 juta kali di Google Play Store dan iOS App Store. Kebocoran data terjadi disebabkan karena kurangnya pengamanan server.

Pengembang UFO sudah memberikan pernyataan mengenai kasus ini. Mereka mengklaim saat ini sedang melakukan perbaikan.

"Dikarenakan perubahan personil akibat COVID-19, kami tidak segera menemukan bug di firewall server, yang mengarah pada risiko pembajakan. Dan sekarang, hal itu sudah diperbaiki," ujar juru bicara UFO VPN pada vpnMentor.

Lantas, faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam memilih VPN agar terhindar dari kasus kebocoran data pengguna?

VPN secara sederhana merupakan suatu koneksi privat yang berjalan di atas koneksi publik yang disediakan oleh perusahaan provider internet. VPN menempatkan server lain di antara perangkat yang digunakan pengguna internet untuk terhubung ke suatu layanan internet, dengan server tempat layanan internet bersemayam.

Jadi, VPN merupakan "man-in-the-middle" antara pengakses internet dengan server tujuan. Data dari Statista menunjukkan, pada 2018, Indonesia menjadi negara dengan angka penggunaan VPN terbesar di dunia, selain India.

NakedSecurity by Sophos mewartakan, VPN sejatinya dipakai meningkatkan privasi dan melindungi pengguna dari pelacakan. Namun, dengan banyaknya kasus kebocoran data dan privasi, pengguna diharapkan tidak mempercayai sepenuhnya keamanan VPN.

Dikutip dari Norton, tidak semua penyedia layanan VPN memiliki fitur yang sama, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Langkah pertama untuk memilih VPN yang tepat adalah dengan mempertimbangkan harga.

Pengembang VPN berbayar memakai dana yang masuk dari pengguna untuk merawat infrastruktur dan mengoperasikan layanannya. Jika VPN menggratiskan layanannya, maka mereka akan menarik 'bayaran' dari iklan atau penjualan data pengguna kepada pihak ketiga.

Faktor lain yang bisa menjadi bahan pertimbangan adalah dengan mengecek review online untuk mengetahui apakah ada riwayat kebocoran data.

Pengguna juga perlu mencermati detail terms of services untuk melihat apakah aplikasi VPN akan mengumpukan data dari aktivitas online penggunanya atau tidak. Pengguna juga disarankan untuk memilih layanan yang memakai metode keamanan otentikasi tambahan.

Baca juga artikel terkait VPN atau tulisan lainnya dari Shanti Dwi Jayanti

tirto.id - Teknologi
Penulis: Shanti Dwi Jayanti
Editor: Addi M Idhom