Menuju konten utama

Kasus COVID-19 di AS Bertambah 23.300 dalam 24 Jam

Total kasus infeksi COVID-19 di Amerika Serikat mencapai 2.089.701.

Kasus COVID-19 di AS Bertambah 23.300 dalam 24 Jam
Ilustrasi Corona. foto/istockphto

tirto.id - Pasien Coronavirus atau dikenal dengan COVID-19 di Amerika Serikat tercatat meningkat hingga 23.300 kasus dalam kurun 24 jam menurut Worldometer, sebagaimana dikutip Tirto pada Jumat (12/6/2020) pukul 09.49 WIB. Jika diakumulasikan, total kasus infeksi COVID-19 mencapai 2.089.701 jiwa.

Peningkatan jumah kasus COVID-19 terbanyak ada di California dengan total penambahan 3.574 kasus dalam satu hari menjadi total 143.505 jiwa. Namun, New York masih menjadi episentrum wabah tersebut dengan kasus terbanyak di antara negara bagian AS lainnya yakni 402.021 pasien setelah bertambah 688 kasus.

Sementara itu, total kesembuhan COVID-19 di Amerika Serikat mencapai 816.086 jiwa. Pasien yang dinyatakan meninggal akibat virus yang menyerang paru-paru tersebut juga bertambah sebanyak 904 jiwa menjadi 116.034 kematian menurut catatan Worldometers.

Hingga data dikutip dari Worldometers, tes COVID-19 di AS mencapai 23.073.470 atau sekitar 69.708 tes per 1 juta populasi di seluruh wilayah Amerika Serikat.

Peningkatan kasus COVID-19 ini disebabkan adanya pembukaan kembali di beberapa negara bagian di AS. Dikutip dari Straits Times, satu bulan setelah pembukaan kembali kota Florida dilaporkan terjadi penambahan kasus hingga 8.553 dalam kurun waktu tujuh hari. Peningkatan tersebut menjadi rekor penambahan kasus terbanyak dalam periode waktu satu minggu.

Hal demikian juga terjadi di California yang mencatat adanya penambahan besar pada total pasien rawat inap sejak 13 Mei lalu. Data tersebut terus meningkat dalam sembilan dari 10 hari terakhir.

“Ada gelombang baru yang datang ke beberapa negara bagian (di AS),” ujar Dr Eric Toner, sarjana senior di Johns Hopkins Center untuk Keamanan Kesehatan. “(Jumlah ini) kecil dan sangat jauh, tapi itu akan datang,” lanjutnya.

Sementara itu, peningkatan kasus ini juga dikaitkan dengan adanya demo besar-besaran menuntut keadilan terhadap George Floyd dan isu diskriminasi kulit hitam yang terjadi belakangan ini di Amerika Serikat. Meski demikian, banyak ahli kesehatan yang mengatakan bahwa mengaitkan kedua hal tersebut masih terlalu dini untuk dilakukan.

Di sisi lain, komisioner Food and Drug Administration Stephen Hahn mengatakan bahwa Gugus Tugas Coronavirus Gedung Putih belum melihat adanya hubungan antara dibukanya kembali beberapa wilayah negara AS dan penambahan kasus COVID-19 tersebut.

Ia mengatakan bahwa di beberapa negara bagian, terjadi peningkatan tes yang membuat banyak orang positif COVID-19 menjadi terkonfirmasi.

Tes Vaksin COVID-19

Ahli penyakit menular AS Dr. Anthony Fauci mengatakan kepada CNN bahwa pemerintah akan membiayai dan memprakarsai fase ketiga percobaan terhadap tiga vaksin COVID-19. Dalam percobaan fase ketiga, akan melibatkan puluhan ribu orang untuk melihat perkembangan dan efektivitas vaksin.

Percobaan tersebut akan dilakukan di bulan Juli mendatang oleh Moderna, vaksin milik Oxford/ Astra Zeneca pada bulan Agustus, dan vaksin milik Johnson & Johnson di bulan September.

“Upaya untuk menemukan vaksin Coronavirus berkembang dengan baik, dan kita berharap akan ada satu kandidat vaksin yang dikembangkan dalam tes klinis di awal musim panas,” ujar Fauci. “Ini tentu saja adalah hal baik untuk keseluruhan usaha menemukan vaksin Coronavirus,” lanjutnya.

Percobaan fase ketiga tersebut akan digelar di lebih dari 50 wilayah yang tersebar tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di negara lain. Percobaan ini akan melibatkan setidaknya 30 ribu orang, dan akan dimulai ketika ada bukti keamanan dan kemanjuran dari percobaan-percobaan vaksin sebelumnya.

Di sisi lain, WHO melaporkan bahwa telah ada 10 vaksin yang saat ini sedang dalam masa percobaan terhadap manusia dan 126 vaksin dalam perkembangan.

Baca juga artikel terkait CORONA VIRUS atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora