Menuju konten utama

Karhutla Riau Bikin Pekanbaru Menguning dan Warga Mulai Mengungsi

Karhutla Riau menyebabkan kualitaas udara di Pekanbaru semakin menurun dan berwarna kuning, warga yang berada di sana banyak yang memutuskan untuk mengungsi.

Karhutla Riau Bikin Pekanbaru Menguning dan Warga Mulai Mengungsi
Sejumlah mahasiswa FISIP Universitas Riau menggelar aksi unjuk rasa terkait penanganan kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan kabut asap di kantor Gubernur Riau di Pekanbaru, Riau, Kamis (12/9/2019). ANTARA FOTO/Rony Muharrman/wsj.

tirto.id - Kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau membuat Kota Pekanbaru menguning, sejumlah warga yang berada di sana pun mulai mengungsi agar tak tercemar polusi.

“Kami putuskan ke Jakarta karena enggak tahan asapnya (Pekanbaru),” kata seorang warga, Sylviawati (27) di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Jumat (13/9/2019) seperti dilansir Antara.

Menurutnya, dia dan suami meninggalkan Pekanbaru atas alasan kesehatan dua anaknya yang masih kecil.

“Mungkin di Jakarta sekitar 10 hari, lagi pula anak sekolah juga sudah diliburkan,” ujar dia.

Kualitas udara, lanjutnya, sudah sangat buruk akibat kabut asap. Penampilan Kota Pekanbaru juga tidak lagi cerah melainkan menguning karena asap yang makin pekat. Selain itu, bau asap yang menyengat membuat napas jadi sesak.

Warga Pekanbaru lainnya, Irfan (36) juga menyatakan hal yang sama, ia memilih pergi dari Pekanbaru dan mengungsi ke Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.

“Saya sudah telepon keluarga di Payakumbuh, di sana matahari masih bersinar terang dan langit masih biru,” katanya.

Irfan mengatakan, pergi ke Payakumbuh tidak membutuhkan biaya besar karena bisa ditempuh lewat jalan darat. Keputusan mengungsi dinilainya yang terbaik karena asap makin pekat dan terasa sampai ke dalam ruangan.

“Isteri saya mengeluh matanya masih perih karena asap yang masuk ke ruangan kerjanya, padahal sudah tertutup jendela dan pakai AC. Kasihan dia kerja harus pakai masker, akhirnya memutuskan izin cuti,” tuturnya.

Kualitas udara di sebagian Pekanbaru dan sejumlah wilayah di Riau dalam kategori berbahaya akibat polusi kabut asap Karhutla. Hingga sekitar pukul 15.00 WIB sore ini, asap masih terlihat pekat menyelimuti Pekanbaru.

Kondisi paling parah terjadi pada pagi hari karena jarak pandang di Pekanbaru turun drastis hingga tinggal 300 meter. Hal ini sempat membuat sejumlah warga Kota Pekanbaru heboh karena asap yang pekat membuat Jembatan Siak IV tidak terlihat dari pandangan mata.

Kondisi kabut asap pada Jumat ini lebih pekat dari hari sebelumnya. Staf Analisa BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin Sulianto mengatakan, kabut asap akibat karhutla yang semakin pekat membuat jarak pandang di sejumlah daerah turun drastis hanya berkisar 200 hingga 400 meter pada Jumat pagi.

Ia menjelaskan, jarak pandang anjlok pada pukul 07.00 WIB. Di Kota Pekanbaru jarak pandang hanya 300 meter. Selang dua jam atau pukul 09.00 WIB, jarak pandang di Pekanbaru naik jadi 800 meter.

Khusus di Riau, titik panas paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ada 127 titik, Indragiri Hulu (Inhu) 31 titik, Pelalawan 30 titik, Rokan Hilir (Rohil) 18 titik, Kuansing dan Kampar masing-masing 11 titik, Bengkalis 7 titik, Siak 3 titik dan Kota Dumai ada satu titik.

Dari jumlah tersebut, 177 yang dipastikan titik api. Lokasi paling banyak di Inhil dengan 98 titik. Kemudian di Inhu sebanyak 20 titik, Pelalawan 21 titik, Rohil 13 titik, Kuansing 9 titik, Kampar 8 titik, Bengkalis 6 titik, dan Siak dua titik.

Asap yang menyelimuti Pekanbaru berasal dari karhutla di daerah bagian selatan dan juga asap kiriman dari Provinsi Jambi dan Sumsel.

Baca juga artikel terkait KEBAKARAN HUTAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH