Menuju konten utama

Kapolri: Pola Demo Rusuh di DPR Mirip Peristiwa 21-22 Mei

Menurut Tito, demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa di DPR awalnya berjalan damai, tapi jadi ricuh jelang malam.

Kapolri: Pola Demo Rusuh di DPR Mirip Peristiwa 21-22 Mei
Ribuan mahasiswa bentrok saat melakukan aksi unjuk rasa menolak pengesahan RKUHP dan berbagai RUU yang dinilai kontroversial dan melemahkan demokrasi dan pemberantasan korupsi di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (24/9/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan kerusuhan saat demonstrasi mahasiswa di depan Gedung DPR RI memiliki pola yang mirip dengan kerusuhan pada 21-22 Mei lalu.

Menurut Tito, demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa di DPR awalnya berjalan damai, tapi jadi ricuh jelang malam.

"Artinya ada pihak-pihak yang mengatur (kericuhan) itu,” kata Tito di kantor Kemenko Polhukam, Kamis (26/9/2019).

Mahasiswa dari berbagai universitas demo di depan Gedung DPR berdemonstrasi menolak sejumlah undang-undang kontroversial. Demo berujung ricuh setelah polisi menembakkan water canon dan gas air mata ke arah mahasiswa, Selasa (24/9/2019) sore.

Kejadian serupa berulang saat para pelajar setingkat SMA berdemo di depan Gedung DPR, Rabu (25/9/2019).

Tito menyatakan pihak yang mengatur kericuhan bertujuan menggulingkan pemerintah yang sah, namun ia tak menyebutkan siapa pihak yang dimaksud.

Atas dasar itu, kata dia, aparat bertindak tegas dan memperkuat pengamanan objek vital. Ia mengklaim Polri telah menggelar rapat teknis pengamanan area tersebut dengan TNI dan instansi terkait.

Tito melanjutkan, polisi menangkap lebih dari 200 orang dalam kericuhan di DPR. Ia menduga ada massa bayaran lantaran ditemukan molotov dari tangan mereka yang ditangkap.

"Sebagian (dari massa) di antaranya bukan mahasiswa, bukan pelajar. Mereka masyarakat umum yang ketika ditanya tidak paham tentang RUU apa (tuntutan), bahkan ada yang mendapat bayaran," jelasnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menambahkan demonstran yang rusuh dihasut agar berhadapan dengan aparat keamanan agar jatuh korban.

"Dengan harapan muncul korban dan korban itu mempersalahkan aparat keamanan. Korban menjadi martir kemudian menciptakan satu gerakan yang lebih besar lagi, gerakan yang menghasilkan chaos," kata Wiranto.

Menurut Wiranto, kekacauan itu akan membangun ketidakpercayaan kepada pemerintah yang sah. Ia mengatakan hal itu merupakan sasaran pihak yang diduga menggerakkan massa.

Pemerintah juga mewaspadai gelombang baru yang akan melibatkan berbagai elemen masyarakat.

"Gerakan gelombang baru ini harus waspada, karena akan mengerahkan kelompok Islam radikal, juga akan melibatkan para suporter bola kaki," sambung Wiranto.

Wiranto menyebut buruh, tukang ojek dan tenaga medis menjadi sasaran provokasi kelompok baru tersebut. Ia mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi.

Baca juga artikel terkait DEMO MAHASISWA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Gilang Ramadhan