Menuju konten utama

Kapolri: Peristiwa Kaliurang dan Indramayu Terkait JAK dan JAD

Kapolri Tito Karnavian menyebutkan bahwa, aksi terorisme yang terjadi di Yogyakarta dan Indramayu berhubungan dengan JAD dan JAK. 

Peristiwa Kaliurang dan Indramayu Akibat dari Jaringan yang Ditangkap

Kapolri: Peristiwa Kaliurang dan Indramayu Terkait JAK dan JAD
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memberikan keterangan mengenai penindakan terduga teroris seusai mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5/2018). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

tirto.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, peristiwa baku tembak antara Densus 88 dengan terduga teroris di Jalan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, pada Sabtu (14/7/2018) kemarin, dan pelemparan bom panci di Mapolres Indramayu, Jawa Barat oleh sepasang suami-istri, merupakan reaksi karena jaringannya ditangkap kepolisian.

“Peristiwa di Yogya dan Indramayu bukan serangan terorisme yang diinisiasi dan inisiatif mereka. Tapi ini reaksi dari operasi pengawasan, operasi penjejakan, dan perburuan dalam rangka penangkapan jaringan terorisme," ujar Tito di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Senin (16/7/2018).

Tito melanjutkan, kejadian di Indramayu berhubungan dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), sedangkan yang di Yogyakarta berkaitan dengan Jamaah Ansharut Khilafah (JAK).

“JAK ini tetap mendukung JAD, ada hubungannya. Kita akan kembangkan dan sudah tahu jaringannya. Maka masyarakat jangan khawatir, kita akan tangani,” jelas Tito.

Tito menambahkan, peristiwa bom di gereja Surabaya menjadi peluang bagi kepolisian untuk masuk ke dalam jaringan terorisme dan melakukan penangkapan apabila para jaringan terduga teroris itu melakukan tindak pidana.

“Kami punya alasan melakukan penangkapan kepada mereka dan mengungkap jaringan seluas-luasnya,” ucap dia.

Tito juga memerintahkan semua Polda untuk membentuk satgas anti-teror. “Sehingga saya perintahkan untuk kasus bom Surabaya siapapun yang terlibat harus ditangkap,” tutur dia.

Pihak-pihak, Tito melanjutkan, seperti ideolog, inspirator, pelaku, pendukung, donatur, pihak yang menyembunyikan, menyiapkan bahan peledak, atau simpatisan yang terkait, saat melalui aksi maka kepolisian bisa menangkapnya.

Hingga hari ini, ada 194 terduga teroris yang ditangkap sebelum peristiwa di Yogyakarta dan Indramayu. 17 di antaranya meninggal dunia.

“Kita berhadapan bukan dengan pelaku biasa, tapi pelaku yang siap mati,” jelas Tito.

Dia menegaskan para terduga teroris harus siap menghadapi cara-cara kepolisian karena mereka pun menggunakan cara yang mematikan kepada masyarakat dan aparat.

Sebelumnya, Sabtu (14/7/2018) Densus 88 melumpuhkan tiga orang terduga teroris di Jalan Kaliurang KM 9,5 Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Sempat terjadi baku tembak antara aparat dan ketiga terduga teroris di sekitar area kantor Kecamatan Ngaglik.

Akibat peristiwa ini, ketiga pelaku mati ditembak polisi. Sedangkan satu orang petugas Densus 88 terkena bacokan di bagian tangan.

Selanjutnya, pasangan suami-istri berusaha menerobos dengan sepeda motor dan masuk pintu penjagaan Polres Indramayu dan melemparkan panci yang diduga berisikan bom pada hari Minggu (15/7/2018) sekitar pukul 03.00 WIB.

Baca juga artikel terkait TERORISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Yandri Daniel Damaledo