Menuju konten utama

Kapan Perang Badar Terjadi dan Apa Penyebabnya?

Kapan Perang Badar terjadi, peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya, dan apa penyebabnya?

Kapan Perang Badar Terjadi dan Apa Penyebabnya?
Ilustrasi Perang Badar. tirto.id/Sabit

tirto.id - Perang Badar diperkirakan terjadi pada 17 Ramadan 2 H atau 13 Maret 624 Masehi di lembah Badar. Perang Badar menjadi tonggak penting bagi umat Islam yang menang atas kaum kafir Quraisy meski lebih sedikit dalam jumlah pasukan. Saat itu, umat Islam yang berperang hanya berkisar 313 orang melawan sekitar 1.000 kaum kafir Quraisy.

Perang Badar terjadi sekira 2 tahun setelah umat Islam berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Awalnya, Nabi Muhammad saw. berdakwah di Mekkah selama 10 tahun. Pemeluk Islam semakin lama semakin banyak. Namun, dakwah Nabi yang mengutamakan ketauhidan dan kesetaraan antarsesama manusia tidak mendapatkan sambutan positif dari sebagian besar kaum Quraisy.

Kebencian kaum Quraisy terus meningkat terhadap umat Islam. Mereka melakukan berbagai persekusi untuk melemahkan kaum muslimin. Sementara itu, 2 tokoh Makkah yang selama ini melindung Nabi sekaligus dihormati kaum kafir Quraisy, yaitu sang paman Abu Thalib dan sang istri Khadijah binti Khuwailid, meninggal.

Dalam waktu-waktu tersebut, di Yatsrib, sudah lama terjadi perpecahan Bani Qaylah ke dalam 2 faksi yang saling bermusuhan, Aus dan Khazraj. Ini menciptakan perang sipil berkepanjangan yang menelan banyak korban.

Prihatin akan hal ini, 6 orang dari suku Khazraj dan Aus datang ke Makkah, lantas bertemu dengan Rasulullah. Dari sinilah, mereka menilai Muhammad sebagai sosok yang bisa mempersatukan Yatsrib seperti dahulu.

Nabi Muhammad saw. berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib pada 16 Juni 622 Masehi. Untuk mempersatukan umat Islam yang datang dari Mekkah dengan umat Islam yang ada di Yatsrib,

Rasulullah menggunakan istilah Muhajirin untuk umat Islam yang hijrah dari Mekkah, dan Anshar (penolong) bagi umat Islam yang membantu mereka di Yatsrib. Kelak Yatsrib dikenal sebagai Madinah.

Rogerson (2013:186) menyebutkan operasi umat Islam terhadap orang-orang Makkah sudah disiapkan beberapa bulan setelah hijrah Nabi ke Madinah. Penduduk Makkah punya kelemahan utama, yaitu kafilah. Jika unta dan barang dagangan mereka dirampas, bisa saja penduduk Makkah dipaksa membuat perjanjian perdamaian.

Operasi yang dilakukan kaum muslimin di antaranya adalah ketika pasukan Hamzah bin Abdul Muthallib berhadap-hadapan dengan kafilah pimpinan Amr bin Hisyam pada bulan ke-7 setelah hijrah. Operasi lain adalah pada bulan Rabiul Awal, ketika Nabi memimpin pasukan menghadang kafilah Quraisy yang membawa 2.500 unta, tetapi kedua kubu tidak bertemu.

Operasi terhadap kafilah Makkah berpuncak pada penyerangan Abdullah bin Jahsy terhadap kafilah pimpinan 'Amr bin al-Hadzrami pada akhir Rajab di Nakhlah. Dalam peristiwa itu, 'Am bin Al-Hadzrami tewas terkena anak panah. Ini menyadarkan kaum Makkah bahwa umat Islam Madinah bisa menjadi ancaman serius dalam rute perdagangan mereka.

Pada permulaan musim gugur tahun ke-2 Hijriah, Abu Sufyan berangkat membawa kafilah yang cukup besar dari Makkah ke Syam. Mendengar hal ini, umat Islam hendak menyergap kafilah tersebut, namun ternyata luput. Oleh karenanya, mereka menunggu kafilah Abu Sufyan kembali dari Syam.

Abu Sufyan yang menyadari kemungkinan penyergapan, segera bertindak. Ia menyuruh Damdam bin 'Amr al-Ghifari berangkat lebih dahulu ke Makkah untuk meminta bantuan. Cara Damdam begitu hiperbolis, ia sengaja memotong kedua telinga unta tunggangannya, dan mengoyak baju untuk memberikan efek seakan penyerbuan sudah dilakukan.

Kaum kafir Quraisy langsung mengutus pasukan sejumlah 900 sampai 1.000 orang. Di antara mereka ada tokoh-tokoh penting seperti Amr bin Hisyam (Abu Jahal), Walid bin Utbah, hingga Umayyah bin Khalaf. Titik tujuan mereka adalah Sumur Badar.

Perbandingan kekuatan umat Islam dan kaum kafir Quraisy sebenarnya cukup mencolok. Pasukan muslim hanya berjumlah 313 orang dengan 8 pedang, 6 baju perang, 70 unta, dan 2 kuda. Sebaliknya, pasukan Makkah berjumlah 1.000 orang yang dilengkapi dengan 600 persenjataan lengkap, 700 unta, dan 300 kuda.

Meski dari jumlah dan perlengkapan perang kalah besar, pasukan muslim berhasil memenangi perang ini. Keberhasilan dalam Perang Badar membuat kaum muslimin muncul sebaga kekuatan baru yang harus diperhitungkan oleh seluruh suku di tanah Arab.

Terdapat korban jiwa sebanyak 14 orang di kubu pasukan muslim. Rogerson (2013:191) menyebutkan, setelah pertempuran, Nabi meyakinkan pasukannya bahwa mereka yang tewas adalah syuhada yang akan masuk surga.

Sementara itu, 70 orang pasukan Quraisy terbunuh, termasuk Amr bin Hisyam dan Umayyah bin Khalaf.

Baca juga artikel terkait AGAMA ISLAM atau tulisan lainnya dari Frizka Amalia Purnama

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Frizka Amalia Purnama
Penulis: Frizka Amalia Purnama
Editor: Fitra Firdaus