Menuju konten utama

Kapan Hari Disabilitas Internasional & Mengapa Perlu Dirayakan?

Kapan Hari Disabilitas Internasional dan mengapa hari peringatannya perlu dirayakan?

Kapan Hari Disabilitas Internasional & Mengapa Perlu Dirayakan?
Penyandang disabilitas berjalan menyusuri Plaza Barat Gelora Bung Karno, Jakarta. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.

tirto.id - Kapan Hari Disabilitas Internasional masih menjadi pertanyaan sebagian besar orang. Hari Disabilitas atau Hari Penyandang Cacat Internasional dirayakan setiap tanggal 3 Desember.

Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember adalah peringatan internasional yang diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1992.

Peringatan Hari ini bertujuan untuk mempromosikan pemahaman tentang masalah disabilitas dan memobilisasi dukungan untuk martabat, hak dan kesejahteraan para penyandang disabilitas.

Hal ini juga berusaha untuk meningkatkan kesadaran akan keuntungan yang akan diperoleh dari integrasi penyandang disabilitas dalam setiap aspek kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya.

Sejarah Hari Disabilitas Internasional

Dikutip laman United Nations (UN), saat ini, populasi dunia berisi lebih dari 7 miliar orang dan sebanyak satu miliar lebih orang, atau sekitar 15 persen dari populasi dunia, hidup dengan kondisi kecacatan; 80 persennya tinggal di negara berkembang.

Pada tahun 1976, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa memproklamirkan 1981 sebagai Tahun Internasional Penyandang Cacat.

Ini menyerukan rencana aksi di tingkat Nasional, regional dan Internasional, dengan penekanan pada pemerataan kesempatan, rehabilitasi dan pencegahan kecacatan.

Selanjutnya, untuk menyediakan kerangka waktu di mana Pemerintah dan Organisasi dapat melaksanakan kegiatan yang direkomendasikan dalam Program Aksi Dunia, Majelis Umum memproklamirkan 1983-1992 sebagai Dekade Penyandang Disabilitas PBB.

Berangkat dari kerja keras PBB selama beberapa dekade di bidang disabilitas, Konvensi Hak Penyandang Disabilitas (CRPD), yang diadopsi pada tahun 2006, telah lebih memajukan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas dalam implementasi Agenda 2030.

Agenda 2030 yakni untuk Pembangunan Berkelanjutan dan kerangka pembangunan internasional lainnya, seperti Sendai Framework for Disaster Risk Reduction, Piagam Inklusi Penyandang Disabilitas dalam Aksi Kemanusiaan, Agenda Baru Perkotaan, dan Agenda Aksi Addis Ababa tentang Pembiayaan Pembangunan.

Tema Hari Disabilitas 2021

Tema Hari Disabilitas Internasional tahun ini adalah “Kepemimpinan dan partisipasi penyandang disabilitas menuju dunia pasca-COVID-19 yang inklusif, mudah diakses, dan berkelanjutan.”

Ketika pemerintah dan komunitas internasional terus memerangi pandemi COVID-19, dan memetakan arah ke depan, inklusi disabilitas menjadi penting untuk perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan sistem kesehatan.

Sistem kesehatan yang kuat dan efektif mendukung manajemen kedaruratan kesehatan yang kuat.

WHO berkomitmen mendukung Negara Anggota dan mitra pembangunan untuk memenuhi komitmen mereka dengan tidak meninggalkan siapa pun, dengan menangani inklusi disabilitas di sektor kesehatan, termasuk sebagai bagian dari upaya WHO mengakhiri pandemi COVID-19.

Apa Itu Disabilitas?

Disabilitas merupakan suatu kondisi atau fungsi yang dinilai secara signifikan relatif terganggu terhadap standar biasa seseorang.

Istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada fungsi individu, termasuk gangguan fisik, gangguan sensorik, gangguan kognitif, gangguan intelektual, penyakit mental, dan berbagai jenis penyakit kronis.

Penyandang disabilitas, “minoritas terbesar di dunia”, umumnya memiliki kesehatan yang lebih buruk, pencapaian pendidikan yang lebih rendah, peluang ekonomi yang lebih sedikit, dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi daripada orang tanpa disabilitas.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya layanan yang tersedia bagi mereka (seperti teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keadilan atau transportasi) dan banyaknya hambatan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Hambatan ini juga dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk yang berkaitan dengan lingkungan fisik, atau yang dihasilkan dari undang-undang atau kebijakan, atau dari sikap atau diskriminasi masyarakat.

Ada beberapa kelompok penyandang disabilitas yang memiliki risiko kekerasan jauh lebih tinggi, mereka termasuk:

1. Anak penyandang disabilitas hampir empat kali lebih mungkin mengalami kekerasan dibandingkan anak non-disabilitas.

2. Orang dewasa dengan beberapa bentuk kecacatan lebih mungkin menjadi korban kekerasan daripada mereka yang tidak cacat.

3. Orang dewasa dengan kondisi kesehatan mental hampir empat kali berisiko mengalami kekerasan.

Faktor-faktor lain yang menempatkan penyandang disabilitas pada risiko kekerasan yang lebih tinggi termasuk stigma, diskriminasi, dan ketidaktahuan tentang disabilitas, serta kurangnya dukungan sosial bagi mereka yang merawatnya.

Baca juga artikel terkait HARI DISABILITAS INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Yantina Debora