Menuju konten utama

Kampung Buku Jogja 2016 Bangun Interaksi Antar Warga

Kampung Buku Jogja (KBJ) 2016 dalam rangka menyemarakkan kegiatan menyelenggarakan berbagai acara yang dapat meningkatkan intensitas interaksi antar warga. Langkah yang ditempuh antara lain mengadakan; agenda orasi buku, anugerah buku, diskusi buku, bedah karya, pentas sastra, diskusi komunitas, diskusi Taman Bacaan Masyarakat, workshop buku, pembacaan puisi, sarasehan penerbit, bedah buku, dan acara hiburan live musik.

Kampung Buku Jogja 2016 Bangun Interaksi Antar Warga
Poster Kampung Buku

tirto.id - Kampung Buku Jogja (KBJ) 2016 dalam rangka menyemarakkan kegiatan menyelenggarakan berbagai acara yang dapat meningkatkan intensitas interaksi antar warga. Langkah yang ditempuh antara lain mengadakan; agenda orasi buku, anugerah buku, diskusi buku, bedah karya, pentas sastra, diskusi komunitas, diskusi Taman Bacaan Masyarakat, workshop buku, pembacaan puisi, sarasehan penerbit, bedah buku, dan acara hiburan live musik. Acara ini akan terselenggara pada tanggal 6-8 Oktober 2016, dimulai pada 11.00-21.00 WIB, di Food Park UGM.

Dalam agenda orasi buku terpilih tiga orator yang akan mengisi dan mengajak masyarakat berefleksi tentang buku. Tiga orator terpilih tersebut antara lain, Irwan Bajang, Muhammad Nursam, dan Muhidin M. Dahlan.

Irwan Bajang, dari Indie Book Corner ini akan tampil di hari pertama. Ia akan berorasi tentang perkembangan perbukuan terkini yang ditandai dengan lahirnya penerbit-penerbit yang merespons populernya internet dan sosial media, bagaimana mereka menerbitkan buku dan menyapa pembacanya lewat media kiwari ini.

Hari kedua, giliran Muhammad Nursam (Penerbit Ombak) yang akan berorasi tentang bagaimana sebuah penerbit bertahan melewati waktu, menempuh gempita laris manis buku ala Jogja, pasang surut pasar, dan bagaimana sebuah penerbit bertahan.

Di hari puncak, Muhidin M. Dahlan (Radio Buku, Warung Arsip) akan berorasi tentang bagaimana penerbitan bangkit dan tumbuh, bertahan dan libur panjang. Ia juga akan mengemukakan arsip-arsip perbukuan Yogya.

Selain itu, yang unik tahun ini, akan ada anugrah buku bagi salah satu pekerja buku Yogya. Ia yang bertahan, berjalan bersama waktu. Penghargaan ini direncanakan akan terus ada pada Kampung Buku Yogya setiap tahunnya. Anugerah buku ini diberi nama “Pangalembana Kampung Buku Jogja”.

Untuk diketahui, KBJ kembali digelar setelah tahun 2015 lalu terselenggara untuk pertama kalinya. Tim penyelenggara mengevaluasi kegiatan yang baru pertama kali diadakan tersebut kemudian menemukan akar permasalahan dunia perbukuan yang dialami para stakeholder, yakni berupa anomali industri buku.

“Dalam situasi anomali, setiap pelaku perbukuan mengalami “gagap industri”. Penulis tampak gagap ketika ia harus menyampaikan gagasan, menuliskan konten, menentukan pembacanya. Penerbit kelihatan bingung saat ia harus menerbitkan buku dan menjualnya. Toko buku dan distributor terlihat gagap dalam menjalankan perannya sebagai mitra penjualan yang bersentuhan langsung dengan pembaca. Akibatnya, pembaca buku tidak mampu menemukan cara terbaik dalam berinteraksi atau mengakses buku,” kata tim penyelenggara dalam siaran pers yang diterima tirto, Selasa (4/10/2016).

KBJ 2015 dianggap dapat menunjukkan dirinya sebagai kegiatan yang berhasil mengatasi kegagapan tersebut. Konsep “kampung” sebagai “tempat kembali” dan “tempat bertemu” ternyata mampu mengurai anomali perbukuan. “Di sana, stakeholder buku memiliki kesempatan untuk melakukan komunikasi, saling mengenal, dan bertukar informasi,” kata tim.

Oleh karena itu, KBJ kembali diadakan di tahun 2016 ini untuk terus menghidupkan dunia literasi dan memperbarui iklim perbukuan yang tidak boleh surut.

Baca juga artikel terkait KAMPUNG BUKU JOGJA atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Humaniora
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh