Menuju konten utama
27 Februari 1900

Kalang kabut Pendirian & Ideologi Bimbang ala Partai Buruh Inggris

Partai Buruh di Inggris didirikan dengan saling curiga dan skeptis. Sejak awal, pelbagai kepentingan membuat ideologinya bimbang dan tidak ajek.  

Kalang kabut Pendirian & Ideologi Bimbang ala Partai Buruh Inggris
Ilustrasi Mozaik Partai Buruh Inggris didirikan. tirto.id/Sabit

tirto.id - Ketika pertama kali muncul di pentas politik Inggris Raya pada tahun 1900, sekelompok orang yang mengaku perwakilan ideologi sosialis membentuk sebuah komite buruh. Mereka lahir dari sisa-sisa gerakan serikat buruh, kelas pekerja, dan Partai Sosialis yang mulai bermunculan pada abad ke-19. Thomas R. Steele, seorang kelas menengah yang juga anggota dari perkumpulan pegawai kereta api, mengusulkan sebuah konferensi khusus yang menyatukan semua kelompok sayap kiri agar bisa menjadi sponsor bagi kandidat wakil mereka di parlemen.

Komite seperti itu tentu tidak dibentuk dengan mulus. Berbagai perbedaan yang bersifat radikal membuat mereka tidak sepakat satu sama lain. Pada 26 dan 27 Februari 1900, segerombol kelas pekerja dan orang-orang kiri berkumpul di Farringdon Street, London. Praktis, satu-satunya hal yang membuat mereka bertahan sebagai kelompok adalah kesadaran bahwa lebih baik dan efektif berjuang dengan wadah organisasi, ketimbang sebagai individu.

Saking semrawut dan banyaknya kepentingan politik yang ingin mereka perjuangkan, kelompok ini bahkan tidak sanggup mencari bentuk identitas kolektif yang sama-sama dianggap ideal. Perasaan saling curiga dan saling skeptis ini akhirnya menjadi fondasi kesepakatan untuk mendirikan wadah politik bernama Labour Representation Committee (LRC), sebuah organisasi kalang kabut yang tidak memiliki bentuk struktural yang pasti.

Meski diikuti serangkaian permasalahan, komite yang berafiliasi dengan Independent Labour Party (ILP) ini berhasil mendapatkan pengakuan publik ketika diizinkan mengirim perwakilan mereka ke parlemen Inggris Raya, enam tahun kemudian. Komite itu kemudian mengubah namanya menjadi Labour Party, dengan harapan agar mereka lebih dianggap valid untuk masuk parlemen.

Mulanya, ILP dibentuk sebagai partai sayap kiri Inggris pada 1893 ketika kaum liberal dianggap enggan memperjuangkan kandidat dari kelas menengah pekerja yang kala itu semakin bertambah jumlahnya dan menjadi suara mayoritas. Afiliasi dengan ILP membuat Labour Party terang-terangan condong ke kiri.

Sebelum afiliasi itu, beberapa elemen dikeluarkan sehingga perselisihan politik internal bisa sedikit diredam. Pengusiran beberapa elemen kecil itu membuat partai ini sedikit lebih solid. Meski dianggap radikal, partai kelas pekerja ini tidak pernah benar-benar mengusahakan sebuah revolusi untuk mengubah konstruksi masyarakat secara drastis. Hal itu karena para anggotanya telah diisi oleh gabungan dari para intelektual dan orang-orang yang tergabung dalam Fabian Society, sebuah kelompok sosial-demokratis yang sejak awal memilih jalan reformasi ketimbang revolusi.

Pada 1918, sebuah rancangan naskah yang berisi nilai-nilai perjuangan partai baru ini disetujui. Sidney Webb dan Beatrice Webb, penulisnya, berhasil meyakinkan anggota partai untuk menjadikannya landasan konstitusi Partai Buruh. Klausul IV dalam isi naskah itu antara lain mengangkat isu kepemilikan bersama atas alat-alat industri yang berkaitan dengan produksi dan distribusi. Dengan konstitusi itu, partai menjadi lebih terorganisasi dengan dan sah menjadi sebuah partai politik. Dalam perkembangan di masa-masa berikutnya, Klausul IV itulah yang menjadi satu-satunya jejak esensi sosialis dalam ideologi Partai Buruh.

Trevor Wilson dalam The Downfall of the Liberal Party, 1914-1935 (1966), menyebut pertumbuhan Partai Buruh ada di waktu yang tepat karena pada saat yang hampir bersamaan, Partai Liberal, yang semula adalah oposisi utama dalam menghadapi Partai Konservatif, sedang menghadapi keruntuhan karena perpecahan.

Konflik internal Partai Liberal membuat suara mereka terpecah belah dalam Pemilu Inggris Raya tahun 1922. Dalam Pemilu itu, Partai Konservatif unggul mutlak dengan perolehan 344 kursi. Sementara Partai Liberal kalah oleh Partai Buruh yang memperoleh 142 kursi. Hasil ini membuat Partai Buruh menjadi partai terbesar kedua dan secara resmi menjadi oposisi utama dalam parlemen Inggris Raya.

Haluan Politik yang Terombang-ambing Kepentingan

Sebagai oposisi utama, Partai Buruh sempat mendapatkan perhatian dari golongan komunis Inggris Raya. Ketika Communist Party of Great Britain (CPGB) didirikan tahun 1920, mereka langsung menjalin hubungan dengan Partai Buruh dan menjajaki kemungkinan kolaborasi. Sebuah arsip propaganda terbitan Partai Komunis yang berjudul "The Communist Party and the Labour Government" menjelaskan usaha penjajakan untuk berafiliasi.

“CPGB berusaha untuk berafiliasi dengan [Partai] Buruh dalam beberapa kesempatan antara tahun 1921 dan 1923, taktik ini didasarkan pada keyakinan bahwa [Partai] Komunis dapat membawa pengaruh politik yang lebih besar”

Tapi usaha-usaha untuk berafiliasi menemui jalan buntu. Di sisi lain, sebagai partai yang mengaku center-left, tidak ada yang menolak upaya anggota CPGB yang ingin menjadi anggota Partai Buruh. Pada 1923, terdapat 430 delegasi Partai Komunis yang ikut serta dalam konferensi Partai Buruh. Belakangan, jajaran pimpinan Partai Buruh mulai khawatir dengan pengaruh orang-orang komunis yang bergabung dalam partainya.

Ramsay MacDonald, pimpinan Partai Buruh naik menjadi Perdana Menteri pada 1924 sebagai imbas dari kegagalan Partai Konservatif dalam memenuhi suara mayoritas di parlemen. Di masa jabatannya yang singkat, Ramsay sempat dikejutkan dengan tulisan bernada cemooh yang diterbitkan oleh sebuah surat kabar sayap kanan Inggris yang menyebut pemerintahannya “menjabat tanpa kekuasaan” karena partainya “disusupi” kepentingan komunis yang kental. Sontak, pimpinan Partai Buruh pun mengambil langkah tegas dengan berusaha membersihkan pengaruh komunis dalam jajaran anggotanya.

Infografik Mozaik Partai Buruh Inggris

Infografik Mozaik Partai Buruh Inggris didirikan. tirto.id/Sabit

Nuansa sosialis pun berkembang subur di internal Partai Buruh. Mereka didaulat sebagai sosialis demokratik, karena pada dasarnya fokus perjuangan politik mereka terutama bukan untuk mengubah sistem kapitalistik yang telah terbentuk dengan masif, melainkan untuk mengusahakan perubahan kondisi buruh dan kelas menengah secara umum di dalam sistem.

Semangat perubahan kehidupan sosial ini terwujud dalam konferensi Partai Buruh tahun 1934, ketika Dr. Somerville Hastings, Presiden Socialist Medical Association, mengajukan resolusi untuk berkomitmen membangun pusat pelayanan kesehatan publik. Clement Attlee, pimpinan Partai Buruh yang menjabat Perdana Menteri pada 1945, meneruskan ide ini dengan menugaskan Aneurin Bevan sebagai Menteri Kesehatan. Bevan dengan gemilang berhasil mewujudkan sebuah layanan kesehatan berskala nasional yang kini dikenal dengan National Health Service (NHS). Barangkali, NHS adalah wujud prestasi terbaik Partai Buruh sampai hari ini.

Pada pertengahan tahun 1950-an, muncul gagasan mengenai perubahan landasan konstitusi. Klausul IV yang menjadi landasan partai sejak 1918 dianggap usang oleh beberapa pihak dan tidak lagi diperlukan komitmen khusus terhadapnya. Kepemilikan alat-alat industri tidak lagi menjadi masalah utama. Pada 1956, Anthony Crosland menerbitkan buku The Future of Socialism yang sangat memengaruhi Partai Buruh untuk merancang ulang komitmen dasarnya.

Hugh Gaitskell, pemimpin Partai Buruh kala itu, setuju dengan argumen yang berkembang dan melakukan langkah-langkah strategis untuk mengubah Klausul IV. Namun berbagai upayanya gagal pada 1959. Upaya mengubah Klausul IV baru berhasil dilakukan oleh Tony Blair ketika menjabat sebagai ketua Partai Buruh pada 1995, meski mendapatkan penolakan kecil dari beberapa anggota senior partainya.

Perdana Menteri Harold Wilson, yang menjabat pertama kali pada 1964 hingga 1970, merefleksikan semangat liberal dari pPrtai Buruh yang ia pimpin. Salah satunya dengan melegalisasi homoseksualitas dan aborsi. Pemerintahan PM Wilson bahkan berhasil mengekspansi bidang pendidikan dan membangun Open University.

Tidak hanya itu, pada 1980-an hingga sekarang, Partai Buruh justru terus mengadopsi prinsip-prinsip pasar bebas. Keputusan ini membuat para pengamat politik kala itu mencurigai mereka sebagai partai “pihak ketiga”, yang mengambil posisi tengah. Artinya, Partai Buruh mencoba mengambil peran mendamaikan sayap kiri dan sayap kanan dalam politik Inggris Raya. Ideologi model ini jelas telah lari jauh dari semangat pendirian partai itu pada 27 Februari 1900.

Baca juga artikel terkait PARTAI BURUH atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Politik
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh