Menuju konten utama

Kala Prabowo Ogah Dianggap Sebagai Orang Kaya Raya

Bila memakai ukuran lembaga survei atau keuangan soal standar orang kaya, apakah Prabowo tak pantas disebut bukan sebagai kaya raya?

Kala Prabowo Ogah Dianggap Sebagai Orang Kaya Raya
Capres nomor urut 02 Prabowo tiba untuk mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

tirto.id - Calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto sering melontarkan pernyataan kontroversial. Baru-baru ini, mantan menantu Soeharto ini sempat melontarkan candaan bahwa dia bukan termasuk golongan orang kaya raya.

Prabowo menyampaikannya saat memberikan sambutan saat berkunjung ke Pondok Pesantren Sunan Drajat di Dusun Banjar Anyar, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur pada Minggu (24/2/2019).

Awalnya, Pemimpin pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat KH Abdul Ghofur sempat menyebut bahwa Prabowo merupakan orang kaya raya. Namun, anggapan kaya raya itu ditolak Prabowo sebagaimana dilaporkan Kompas. “Tadi Pak Kiai mengatakan, saya ini kaya raya. Tidak benar kalau kaya raya. Kalau lebih kaya dari kalian-kalian, iya. Betul? Karena tampang kalian ini ya uangnya terbatas, betul?” kata Prabowo sambil bercanda.

Prabowo menilai harta benda hanyalah titipan dari Tuhan. Ia bahkan berjanji bahwa semua yang dimiliki, termasuk harta benda bakal dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat apabila terpilih dalam pilpres 2019. Terlepas apakah Prabowo adalah orang kaya atau tidak, namun yang pasti mantan Danjen Kopassus ini punya harta kekayaan yang tidak sedikit. Hal itu bisa dilihat dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Prabowo.

Dalam LHKPN, harta kekayaan Prabowo terbagi atas empat bagian. Pertama, harta tidak bergerak yang terdiri dari tanah dan bangunan. Hingga 20 Mei 2014, harta tidak bergerak Prabowo sudah mencapai Rp105,89 miliar.

Angka ini naik empat kali lipat ketimbang saat LHKPN dilaporkan pada 18 Mei 2009 sebesar Rp24,12 miliar. Adapun, lokasi harta tidak bergerak Prabowo ini berada di Bogor dan DKI Jakarta.

Kedua, harta bergerak yang terdiri dari alat transportasi, peternakan, perikanan, perkebunan, pertanian, kehutanan, pertambangan dan usaha lainnya. Total, harta bergerak Prabowo sudah mencapai Rp13,62 miliar naik hampir dua kali lipat dari sebelumnya Rp6,98 miliar.

Ketiga, surat berharga. Dalam catatan LHKPN, nilai surat berharga dengan mata uang rupiah yang dimiliki Prabowo mencapai Rp1,52 triliun. Sementara surat berharga dengan mata uang dolar AS tercatat US$7,5 juta.

Keempat, giro dan setara kas lainnya. Untuk aset paling likuid ini, Prabowo memiliki harta kekayaan senilai Rp20,49 miliar dan dolar AS sebesar US$3.134,. Namun, tidak seperti jenis harta lainnya, harta yang satu ini ternyata susut cukup banyak.

Sebelumnya, Prabowo sempat memiliki giro dan setara kas lainnya senilai Rp28,32 miliar dengan kepemilikan dolar sebesar US$72.916. Jika dihitung secara keseluruhan, maka total harta kekayaan Prabowo pada 20 Mei 2014 dalam bentuk rupiah sebesar Rp1,67 triliun dengan kepemilikan dolar AS sebanyak US$7,5 juta (setara Rp104,87 miliar). Jumlah ini tentu berpotensi mengalami perubahan saat ini.

Infografik Kategori Kaya di Indonesia

Infografik Kategori Kaya di Indonesia

Berbagai Versi Standar Orang Kaya

Ukuran orang kaya memang bisa bermacam-macam dan relatif, tapi yang pasti tak memakai ukuran "tampang" seperti yang disebut Prabowo di atas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengartikan kata "orang kaya" adalah kaya sekali; mempunyai harta (uang dan sebagainya) banyak sekali; miliuner; jutawan.

Sementara itu, survei Charles Schwab di AS menyebutkan orang disebut kaya dalam konteks di AS, jika memiliki kekayaan hingga US$2,6 juta (setara dengan Rp36 miliar) atau 30 kali lipat dari rata-rata kekayaan rumah tangga di sana.

Survei dari UBS berpendapat lain. Sebanyak 60 persen responden berpendapat orang bisa disebut kaya apabila memiliki kekayaan minimal US$5 juta (setara Rp70 miliar), termasuk di dalamnya US$1 juta dalam bentuk uang fisik.

Survei orang kaya versi Capgemini (PDF)—perusahaan konsultan bisnis berbasis di Paris—membagi standar orang kaya ke dalam tiga macam, yakni jutawan baru (millionaires next door) dengan harta kekayaan US$1 juta-US$5 juta.

Jutawan kelas menengah (mid tier millionaires) dengan harta kekayaan US$5 juta-US$30 juta. Kemudian, super tajir atau biasa disebut dengan ultra high net worth individual (HNWI) dengan kekayaan di atas US$30 juta.

Sementara itu, survei dari Knight Frank (PDF)—perusahaan konsultan di bidang properti—memiliki standar orang kaya lebih tinggi lagi. Knight Frank membagi orang-orang kaya ke dalam tiga bagian, yakni multi-millionaire, ultra wealthy dan demi-billionaire.

Untuk bisa disebut multi-millionaire, harta kekayaan yang dimiliki minimal US$5 juta. Untuk ultra wealthy, harta kekayaan yang dimiliki minimal US$50 juta. Sementara Demi Billionaire, harta kekayaan haruslah di atas US$500 juta.

Di Indonesia, orang-orang yang termasuk ke dalam standar orang kaya Knight Frank ternyata cukup banyak. Bahkan, jumlah orang kaya dengan standar Knight Frank itu terus bertambah setiap tahunnya.

Pada 2016, sebanyak 18.290 orang kaya yang masuk dalam standar Knight Frank yang terdiri dari 17.180 multi-millionaire, 1.050 ultra wealthy dan 60 demi billionaire. Tahun berikutnya, jumlah itu bertambah signifikan hingga 20.240 orang.

Dari 20.240 orang kaya itu, sebanyak 19.010 tergolong multi-millionaire, 1.160 ultra wealthy dan 70 demi billionaire. Knight Frank memproyeksikan jumlah orang kaya di Indonesia akan naik hingga 33.630 orang pada 2022.

Jika melihat hasil dari berbagai survei itu, sulit untuk mengatakan jika Prabowo bukan orang kaya. Dalam standar Knight Frank saja, Prabowo tergolong sebagai multi millionare lantaran memiliki harta kekayaan di atas US$5 juta (pada 2014).

Prabowo sah-sah saja menolak dianggap sebagai orang kaya raya. Namun, bila mengacu dari ukuran lembaga-lembaga survei atau keuangan global, orang seperti Prabowo tak sulit disebut sebagai orang kaya raya.

Baca juga artikel terkait ORANG KAYA atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Suhendra