Menuju konten utama

Kak Seto: Saat Bencana, Jangan Pernah Lupakan Anak-Anak

Anak-anak merupakan kelompok paling rentan mengalami trauma pascabencana.

Kak Seto: Saat Bencana, Jangan Pernah Lupakan Anak-Anak
Suasana kawasan pemukiman penduduk di desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan yang hancur akibat Tsunami, Minggu (23/12/2018). ANTARA FOTO/Ardiansyah

tirto.id - "Ini apa?"

"Ini boneka!"

"Boneka apa?

"Boneka kita semua!"

Saling sahut antara Seto Mulyadi dengan anak-anak korban tsunami Selat Sunda itu berlangsung di posko pemulihan psikososial di Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten. Pedagog sekaligus psikolog anak yang biasa disapa Kak Seto itu terlihat bersemangat menebar canda tawa kepada anak-anak korban bencana.

Tak hanya dialog, anak-anak juga diajak menyanyi bersama, bermain, dan dibagi-bagikan hadiah agar mereka senang dan tertawa.

Rofiah (48) tampak semringah melihat putri kecilnya, Nia (6), bergabung bersama teman-teman seumurannya bermain dengan Kak Seto. Menurutnya, bantuan pemulihan psikososial untuk anak penting dan bermanfaat bagi perkembangan anak pascabencana.

"Bermanfaat banget. Kami kan enggak tau kalo ada musibah, tapi segitu mah sudah ada bantuan dari pihak pemerintah. Saya cuma takut trauma aja ke anak saya yang kecil, ya kemungkinan, pasti jadi suatu bahan cerita," kata Rofiah, saat ditemui wartawan Tirto, Senin (24/12/2018) siang.

Rofiah adalah seorang pedagang di Pantai Galau, Labuan, Pandeglang, yang kedainya habis disapu ombak tsunami Selat Sunda Sabtu malam (22/11/2018). Saat kejadian itu berlangsung, anaknya berada di dalam warung dan sedang menonton televisi. Dia khawatir trauma yang dirasakan putri kecilnya membekas hingga dewasa.

Di hari yang sama, pada pagi harinya, Presiden RI Joko Widodo turut menyambangi posko pemulihan psikososial untuk anak di Labuan, Pandeglang. Jokowi berkeliling di lokasi pemulihan psikososial sembari menyapa dan bertanya-tanya kepada anak-anak korban bencana, melihat kebersihan dapur umum, dan memberikan bantuan logistik sebanyak satu truk.

Sementara itu, Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian dan evakuasi korban, yang tersebar di sejumlah pesisir Provinsi Banten dan Provinsi Lampung.

Data korban terus bertambah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengumumkan, berdasar data terbaru hingga Senin (24/12/2018) pukul 17.00 WIB, jumlah korban tewas akibat tsunami mencapai 373 jiwa.

Harus Sedini Mungkin

Instruktur Tim Layanan Dukungan Psikososial (PDL) Kementerian Sosial, Igun Gunawan mengatakan dukungan psikososial pascabencana merupakan kebutuhan mendesak bagi kaum rentan, khususnya anak-anak.

"Sebenarnya masalah utama mereka itu adalah stres, sama kayak kita. Kita itu yang paling penting, membuat kelompok rentan nyaman. Mereka paling mudah terkena stres. Tugas kita yang paling penting membuat mereka bisa tetap senang, ceria, dan anak-anak tetap bermain. Yang paling penting saat ini itu sih," kata Igun saat ditemui Senin siang.

"Biasanya kalau dihadapi oleh para penyintas itu stres, jenuh, dan sehingga harus difasilitasi. Anak-anak tetap bermain, ceria. Disabilitas tetap mendapat haknya sebagai anak-anak, tidak diisolir," lanjut Igun.

Sejak datang dari Minggu pagi, Igun dan kelima rekannya terus berusaha menjadi teman bermain bagi anak-anak. Mereka berupaya memastikan anak-anak merasa nyaman untuk melunturkan trauma.

"Kami sudah dari kemarin. Tugas kami ketika ada kejadian memang harus segera langsung membantu para penyintas. Apa kebutuhan dasar, harus dipenuhi. Makanya di situ ada dapur umum, salah satunya pemulihan psikososial, yang harus dipenuhi pemerintah," ujar Igun.

Kak Seto juga menyampaikan penilaian yang sama. Menurutnya, pemulihan psikososial penting karena anak-anak merupakan kelompok paling rentan mengalami trauma pascabencana. Ia bilang, pemulihan psikososial tak bisa dilakukan jika keadaan sudah terlalu lama dibiarkan.

"Anak-anak ini yang paling cepat berubah, dari gembira, ketika ada bencana dahsyat, dengan cepat mereka akan frustrasi. Mood cepat berubah. Ini akan terus menetap panjang jika tidak segera dibangkitkan kembali. Jadi nomor satu, dalam bencana, jangan pernah lupakan anak-anak. Itu yang paling utama diberikan," kata Kak Seto.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI SELAT SUNDA atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Abul Muamar