Menuju konten utama

Kafein dan Kematian

Berapa jumlah kafein yang dapat dikonsumsi setiap harinya, setidaknya agar tidak berlebihan dan berujung maut?

Kafein dan Kematian
Ilustrasi kaleng minuman berenergi. Getty Images/iStockphoto.

tirto.id - Bulan lalu Davis Allen Cripe meninggal di sekolahnya di dekat Columbia, South Carolina. Anak berusia 16 tahun itu meninggal setelah mengonsumsi minuman berkafein tinggi dalam waktu dua jam. Dikutip dari The Guardian, ia mengonsumsi latte dari McDonald's, Mountain Dew serta minuman energi yang diketahui berkafein tinggi.

Menurut pernyataan kantor pemerintahan South Carolina, Richland Country Coroner, mengutip dokter yang menanganinya, Davis meninggal karena serangan jantung akibat kafein yang menyebabkan aritmia atau gangguan pada detak jantung.

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang terkandung secara alami pada lebih dari 60 jenis tanaman. Kandungan kafein dapat ditemukan pada teh dengan kandungan (1- 4,8%), kopi (1-1,5 %), dan biji kola (2,7-3,6 %). Kafein juga diproduksi secara komersial, baik hasil ekstraksi dari tanaman tertentu maupun diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pada industri minuman.

Dalam industri minuman, kafein dapat di temukan pada minuman kopi, soda, minuman energi, dan teh. Berdasarkan penelusuran Tirto, untuk jenis kopi, minuman Biohazard Coffee menjadi salah satu dengan kadar kafein tertinggi yakni 928 mg per 345 ml.

Minuman bersoda memiliki kadar kafein yang jauh lebih rendah dan hampir semuanya berada di bawah 100 mg. Misalnya Coca-Cola Classic yang hanya mengandung 34 kafein atau Pepsi Cola yang mengandung 38 mg per 354 ml. Sedangkan minuman teh juga kebanyakan mengandung kafein di bawah 100 mg.

Terkait konsumsi kafein, pada dasarnya Food and Drug Administration Amerika Serikat dan European Food Safery Authority (AFSA) sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa konsumsi kafein hanya dibolehkan sebanyak 400 mg per hari bagi orang dewasa. Jumlah yang ditetapkan itu setara dengan empat hingga lima cangkir kopi yang diyakini aman dikonsumsi bagi orang dewasa.

AFSA juga menjelaskan bahwa 200 mg per hari juga aman bagi perempuan yang tengah mengandung atau menyusui. Menurutnya, 200 mg tak menimbulkan masalah keamanan. Sedangkan untuk anak-anak atau remaja berusia 12-18 tahun, American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar tidak mengonsumsi kafein lebih dari 100 mg.

Jika dilihat dari jenis minuman yang dikonsumsi Davis, menurut caffeineinformer.com, latte di McDonald's memiliki 142 mg kafein, sedangkan Mountain Dew memiliki kadar kafein hingga 121 mg. Sedangkan pada minuman energi kadar kafein dapat mencapai 300 mg pada 473 ml minuman seperti pada Bang Energy Drink. Sehingga jika diakumulasi, maka jumlah kafein yang dikonsumsi berada di atas batas yang dianjurkan dalam mengonsumsi kafein.

Kematian karena kafein bukan baru kali ini saja terjadi. Pada 2007, seorang laki-laki berusia 28 tahun di Australia meninggal akibat serangan jantung fatal karena dalam rentan waktu dari jam 8 pagi hingga 3 sore ia telah mengonsumsi 7-8 minuman yang berkafein tinggi.

Pada 2014, seorang laki-laki Jepang berusia 20 tahun meninggal karena overdosis kafein setelah meminum sejumlah minuman berkafein setiap hari dalam waktu yang lama untuk melawan kelelahan. Kasus ini merupakan yang pertama kali terjadi di Jepang, menurut Departemen Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan.

“Kami belum pernah mendengar tentang keracunan kafein yang fatal,” kata kementerian tersebut seperti dikutip Japan Times.

Infografik Kafein Membunuh

Dari beberapa contoh di atas terlihat jika sebagian besar yang menjadi korban adalah mereka yang mengonsumsi beberapa minuman berkafein tinggi dalam kurun waktu yang berdekatan. Rentang waktu antara meminum satu jenis minuman dengan minuman berkafein lain sesungguhnya memainkan peran penting. Ketika mengonsumsi kafein, maka zat tersebut akan diserap masuk ke darah dan jaringan lainnya dalam waktu 45 menit setelah dikonsumsi. Tetapi, efeknya akan bertahan selama lebih dari 3-4 jam.

Kafein dalam tubuh akan bertahan di atas 5 jam. Dalam kurun waktu 5 jam saja baru sekitar 50 persen kafein yang dikeluarkan tubuh. Sehingga ketika dalam rentang waktu 1 jam atau 2 jam mengonsumsi beberapa minuman berkafein, maka jumlah kafein dalam tubuh tentu menjadi banyak.

Ketika jumlah kafein melewati ambang batas yang direkomendasikan, maka akan merangsang sistem kerja jantung. Hal itu menyebabkan masalah ritme pada jantung. Masalah ritme ini adalah takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel.

Takikardia merupakan detak jantung yang semakin cepat dan dapat mencapai 180 denyut per menit, padahal umumnya denyut jantung berkisar antara 60-100 denyut per menit. Adapun fibrilasi adalah denyut jantung yang cepat dan tidak beraturan.

Gangguan pada denyut jantung ini terkadang menyebabkan kematian, menurut Thomas Sweeney dari Christiana Care Health System di Wilmington. Itulah mengapa banyak korban yang meninggal setelah mengonsumsi beberapa minuman berkafein dalam rentan waktu yang berdekatan.

Kafein tak melulu hanya ada pada minuman. Kafein juga ada dalam pil. Misalnya beberapa obat analgetik, seperti Bodrex Extra, Oskadon hingga Saridon. Kafein juga ada dalam pil-pil diet. Pada 2014, perempuan Inggris bernama Katie Goard meninggal setelah menenggak pil diet yang mengandung kafein tinggi.

Padahal jika kafein dikonsumsi dengan jumlah yang tepat sesungguhnya dapat memberi manfaat bagi tubuh. Kafein dapat menghalangi adenosin di dalam otak yang merupakan hormon penyebab rasa lelah. Kafein juga dapat menstimulus glutamin dan dopamin yang dapat meningkatkan mood dan menghasilkan euforia.

Selain itu, jika merasa sedikit lelah, penelitian telah membuktikan jika kafein dapat memperbaiki tingkat fokus kita. Tergantung pada kita bagaimana mengelola pemanfaatan kafein agar bermanfaat bagi tubuh, bukan menghancurkan atau membunuh.

Baca juga artikel terkait KAFEIN atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti