Menuju konten utama

Kadin Sebut Dua Faktor Indonesia Ketergantungan Daging Sapi Impor

Kadin sebut peternak sapi di Indonesia menjadikan sapi bukan sebagai komoditas ekonomi, tapi lebih sebagai tabungan darurat.

Kadin Sebut Dua Faktor Indonesia Ketergantungan Daging Sapi Impor
Pedagang musiman memotong daging sapi yang dijajakan untuk kebutuhan perayaan hari tradisi pemotongan hewan ternak (meugang) di Aceh, Besar, Aceh, Sabtu (23/5/2020). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/hp.

tirto.id - Masalah ketersediaan daging sapi masih menjadi pekerjaan rumah atau PR tersendiri bagi Indonesia. Ketua Komite Tetap Industri Peternakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Yudi Guntara Noor sebut meski polulasi sapi di tanah air banyak, tapi tak berbanding lurus dengan ketersediaan daging.

Alasannya, kata dia, banyak peternak sapi di Indonesia menjadikan sapi bukan sebagai komoditas ekonomi, tapi lebih sebagai tabungan darurat. Artinya, mereka baru akan menjual atau memotong sapinya saat mereka terdesak kondisi keuangan.

Kondisi inilah yang membuat ketersediaan daging sapi dari pasokan lokal sulit diperoleh, kata Yudi. Padahal, permintaan daging terjadi setiap hari dan tak bisa menunggu peternak terdesak untuk menjual bila butuh uang.

"Sedangkan konsumen di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan daerah lainnya, itu ada industri, rumah tangga, mereka yang memang tiap hari membutuhkan pasokan daging," ujar Yudi dalam diskusi yang digelar virtual, Senin (22/3/2021).

Menurut data, total konsumsi daging sapi dan kerbau Indonesia sebesar 717,15 ribu ton per tahun atau 2,66 kg per kapita per tahun. Adapun permintaan daging sapi di Indonesia didominasi di lima wilayah meliputi DKI Jakarta sebanyak 6,38 kg per kapita per tahun, NTB 4,25 kg, Jawa Barat 3,47 kg, Jawa Timur 3,46 kg, dan Banten 2,18 kg.

"Secara nasional [pasokan daging sapi] kita masih kurang, meski konsumsi kita sekitar 2,5-2,6 kg per kapita per tahun, tapi penduduk kita itu 270 juta orang, ini cukup besar untuk sebuah negara membutuhkan pasokan daging sapinya," kata dia.

Menurut dia, masalahnya tak berhenti sampai di situ. Dari sebarannya, populasi peternakan sapi justru tak berlokasi di pusat konsumsi daging sapi. Sebab, wilayah sentra produksi sapi justru berada di wilayah lain, antara lain NTT, NTB, dan Jawa Timur. Sehingga, timbul masalah tersendiri dari segi distribusinya dari sentra peternakan menuju sentra konsumsi daging sapi itu sendiri, kata Yudi.

"Indonesia ada masalah dengan ini, tidak semua yang pasarnya daging besar, populasi sapinya juga besar. Ini juga akan jadi masalah bagaimana alirkan daging sapi dan sapi hidup dari produsen ke konsumen," jelas dia.

Dua masalah besar inilah, kata Yudi, yang akhirnya membuat Indonesia masih mengandalkan sapi impor ketimbang sapi lokal untuk memenuhi kebutuhan daging secara nasional.

Baca juga artikel terkait DAGING SAPI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz