Menuju konten utama

Jurus Sandiaga Genjot Sektor Pariwisata di Tengah Ancaman Resesi

Sandiaga Uno mengaku, telah memiliki strategi khusus untuk menggalakkan kembali sektor pariwisata di tengah ancaman resesi ekonomi pada tahun ini.

Jurus Sandiaga Genjot Sektor Pariwisata di Tengah Ancaman Resesi
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengamati produksi tas koja Suku Badui di Kanekes, Lebak, Banten, Sabtu (15/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/YU

tirto.id - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengaku, telah memiliki strategi khusus untuk menggalakkan kembali sektor pariwisata di tengah ancaman resesi ekonomi pada tahun ini. Khusus untuk wisatawan macanegara (wisman), pihaknya akan fokus membidik pasar-pasar atau negara yang potensinya besar.

"Kami arahkan fokus kita kepada pasar-pasar besar kita, termasuk India yang peningkatannya luar biasa. Australia dan Selandia Baru yang tidak masuk zona resesi dan Malayasia dan Singapura yang masih tumbuh," katanya dalam acara The Weekly Brief with Sandiaga Uno, Senin (9/1/2023).

Tak hanya mendorong wisman, Sandiaga Uno juga akan mendorong potensi pariwisata dari dalam negeri. Mengingat pertumbuhan ekonomi domestik akan sangat didorong oleh tumbuhnya wisatawan nusantara (wisnus).

Untuk menggaet winus, pihaknya tengah mengamati bagaimana agar para pelancong lokal ini bisa berada di suatu tempat atau daerah dengan waktu lama. Maka, dibutuhkan beberapa kegiatan event, wisata kuliner, shopping dan potensi dimilki di masing-masing daerah.

"Oleh karena itu, mari kita perkuat produk produk wisata kita dan event-event. Dan kami melihat bahwa kekuatan ekonomi domestik kitalah akan menjadi tulang punggung sektor prariwasata dan ekonomi kreatif," jelasnya.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami resesi pada tahun ini. Hal ini seiring dengan kekuatan ekonomi besar dunia seperti Amerika Erikat (AS), Uni Eropa, dan Cina ekonominya melambat secara bersamaan.

Sementara dalam kesempatan berbeda, Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai berbagai risiko terjadi pada tahun ini. Potensi risiko tersebut mulai dari resesi, utang, geopolitik hingga perubahan iklim atau climate change yang akan mengancam perekonomian global pada 2023.

“Saya ingin sampaikan beberapa alasan untuk kita waspada sebelum kita optimis [di 2023],” katanya dalam CEO Banking Forum di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Sri Mulyani mengatakan, salah satu potensi resesi tahun ini mulai tercermin dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang memperkirakan ekonomi global 2023 hanya tumbuh 2,7 persen. Perkiraan IMF terhadap ekonomi global 2023 tersebut lebih rendah dibandingkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi 2022 yang sebesar 3,2 persen bahkan realisasi pertumbuhan 6 persen pada 2021.

Melalui perkiraan itu, IMF pun memprediksikan 30 persen sampai 40 persen dari perekonomian negara-negara di dunia akan mengalami resesi pada tahun ini.

Selain ancaman resesi, dunia turut dihadapkan dengan adanya utang negara yang sudah tidak sustainable atau berkelanjutan pada 2023. Terdapat lebih dari 63 negara di dunia yang utangnya dalam kondisi mendekati bahkan sudah tidak berkelanjutan hingga hal ini menjadi salah satu topik utama dalam gelaran Presidensi G20 Indonesia.

“Tahun 2023 dunia harus menjinakkan inflasi dengan menaikkan suku bunga pada saat debt stock-nya tinggi pasti berdampak tidak hanya resesi tapi di berbagai negara yang utangnya sangat tinggi berpotensi mengalami debt crisis,” jelas Sri Mulyani.

Baca juga artikel terkait PARIWISATA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang