Menuju konten utama

Jurassic World: Fallen Kingdom: 100% Aksi, 0% Alur Menggigit

Cukup menghibur untuk anak-anak, tapi membosankan bagi penonton dewasa sebab ketiadaan alur cerita yang menggigit.

Jurassic World: Fallen Kingdom: 100% Aksi, 0% Alur Menggigit
Jurassic World : Fallen Kingdom. FOTO/Jurassic World

tirto.id - Jurassic World: Fallen Kingdom adalah sekuel dari Jurassic World (2015) sebagai trilogi yang akan diakhiri dengan Jurassic World 3 (2021).

Di akhir Jurassic World, kekacauan manajemen menyebabkan Pulau Isla Nublar jadi habitat alami para dinosaurus. Tiga tahun lamanya mereka mengarungi bekas taman bermain itu tanpa pengawasan manusia, bak kehidupan di masa lampau.

Saat gunung berapi di Isla Nublar aktif dan diprediksi akan memuntahkan lahar yang membuat seluruh ekosistem pulau hancur, publik Amerika Serikat dibuat pusing dengan polemik apakah dinosaurus-dinosaurus itu pantas diselamatkan? Atau dibiarkan punah sebagaimana nasib spesies terdahulu?

Sosok legendaris yang muncul di Jurassic Park (1993), Dr. Ian Malcolm, memberikan pendapat kepada anggota senat Amerika Serikat bahwa dinosaurus memang seharusnya dibiarkan punah. Ekosistem bumi kekinian akan terancam dengan kehadiran mereka.

Mengkloning mereka, imbuhnya, adalah sebuah kesalahan, dan alam sedang memperbaiki kesalahan itu. Pemerintah AS teryakinkan, dan memutuskan untuk mengikuti pendapat Malcolm.

Kabar ini mengecewakan mantan pengurus taman bermain Claire Dearing (Bryce Dallas Howard). Ia bersama Franklin (Justice Smith) dan Zia (Daniella Pineda) sebelumnya berjuang di Dinosaur Protection Group, kelompok yang menentang pembiaran kepunahan dinosaurus jilid 2.

Untungnya, muncul seseorang yang memperkenalkan diri sebagai pemerhati dinosaurus, Benjamin Lockwood (James Cromwell). Kepala proyek Benjamin, Eli Mills (Rafe Spall), kemudian membujuk Claire untuk mengikutsertakan Owen Grady (Chris Pratt) dalam misi penyelamatan dinosaurus ke habitat yang lebih aman.

Tujuan utama lainnya adalah untuk menyelamatkan Blue, dinosaurus jenis Velociraptor yang jadi “anak” Owen sebelum kekacauan di taman bermain muncul. Didorong rasa sentimental dan nostalgia, Owen yang awalnya menolak akhirnya mau ikut Isla Nublar.

Di tengah berjalannya misi, Owen, Claire, Franklin, dan Zia baru menyadari bahwa sebenarnya Mills ingin menangkap Blue hidup-hidup, juga sebanyak mungkin dinosaurus, untuk dilelang ke orang-orang super-kaya. Keempatnya ditinggalkan begitu saja di pulau yang sedang lumat dimamah lahar.

Petualangan di Isla Niblar adalah wujud jualan utama film, yakni bagaimana para dinosaurus mencoba bertahan hidup dari bencana alam, namun masih sempat-sempatnya mengancam nyawa Owen dan kawan-kawan. Usai berhasil menyelamatkan diri, tugas keempatnya adalah menggagalkan misi pelelangan Mills.

Di tengah situasi kacau di rumah mewah Benjamin di California Utara, mereka juga mesti bertahan dari serangan Indoraptor. Indoraptor adalah dinosaurus antagonis utama di film ini. Ia adalah hasil persilangan antara Tyranosaurus Rex dan Velociraptor. Kebuasannya berada di puncak daftar dinosaurus pemakan daging.

Saat menonton trailernya beberapa minggu yang lalu saya tidak berharap banyak atas film ini. Secara umum premis yang ditawarkan serupa dengan seri film Jurassic Park (1993) lain.

Rumusnya klasik. Ada satu atau sekelompok dinosaurus yang mengamuk di habitatnya, keluar dari zona pengawasan, dan mengancam nyawa umat manusia. Ada antagonis yang punya kepentingan jahat di baliknya, juga dinosaurus lain yang “selow” saja sebab bukan karnivora.

Lalu muncul seorang pahlawan (laki-laki, sebab si perempuan biasanya dijatah sebagai pemeran pembantu) yang berperan penting mengatasi situasi pelik, atau setidaknya mencegahnya agar tidak tambah parah. Dinosaurus yang mengamuk sukses dijinakkan, si antagonis mendapat ganjaran yang setimpal, dan film berakhir dengan bahagia.

Sejujurnya, kualitas film-film sekuel Jurassic Park (1993) terus menurun. Jurassic World (2015) menyuguhkan pertarungan antar dinosaurus, baik di darat maupun di perairan, membangkitkan lagi si T-Rex yang “ngeri-ngeri sedap”, berhadapan dengan makhluk baru yang tak kalah “ngeri-ngeri sedap”.

Jurassic World: Fallen Kingdom menyuguhkan itu semua. Namun, agar kesannya mengandung kebaruan, ada seorang pelelang dinosaurus yang bertanggung jawab atas segala kekacauan. Ia menjalankan konspirasi jahat atas nama profit.

Motif yang didorong oleh sifat rakus ini juga bukan hal baru dalam dunia sci-fi penampil monster raksasa. Dengan demikian, Jurassic World: Fallen Kingdom gagal menawarkan plot yang segar. Segalanya bisa diprediksi dengan mudah. Penonton seakan dituntut untuk menjadi bodoh, disuruh untuk mematikan sensor harapan muluk-muluk, dan fokus saja pada aksi-aksi bermodal CGI.

Film ini membosankan untuk penonton dewasa yang mengharapkan plot yang dibangun secara menarik, akan tetapi cukup menghibur bagi penonton anak-anak yang masih polos.

Saya jamin penonton anak-anak akan menahan napas tiap kali muncul adegan “hampir”. Contohnya saat dinosaurus di Isla Nublar hampir memangsa manusia, Owen yang hampir kena lahar yang mengalir pelan, atau Claire dan Franklin yang hampir tewas tenggelam di laut sebab terjebak di dalam kendaraan.

Bukan kebetulan, di bioskop yang saya hadiri hampir separuhnya adalah penonton anak-anak. Saat menunggu pintu bioskop dibuka, saya bahkan melihat seorang ibu yang membujuk anak perempuannya (usia sekitar 8-9 tahun) untuk berani menonton film ini.

Ratingnya jelas terpampang untuk penonton usia 13 tahun ke atas. Maka, saat penayangan, para orang tua sibuk menutupi mata anaknya ketika muncul adegan sadis atau ciuman antara Owen dan Claire. Khususnya saat Indoraptor menggigit tangan penjaganya hingga putus, lalu memangsanya dengan kejam.

infografik misbar jurassic world fallen kingdom

Saya justru berharap penulis naskah mengembangkan cerita dengan berpangkal dari pertanyaan dilematis di awal film, soal eksistensi dinosaurus hari ini. Dinosaurus jelas berbahaya jika dibiarkan berada di alam bebas sebab akan mengacaukan ekosistem serta mengancam nyawa manusia dan spesies lain.

Saya bayangkan hasilnya berupa konflik yang lebih matang serta asyik untuk diikuti oleh para penonton dewasa. Tentu dengan tidak akan menghilangkan keseruan aksi dinosurus karnivora saat mencari mangsa, sebagaimana jualan utama Jurassic Park sejak seri pertama. Ini adalah bentuk kompromi agar film lebih menarik perhatian penonton segala usia.

Harapan itu saya tumpukan ke Jurassic World 3 sebagai penutup trilogi. Jurassic World: Fallen Kingdom diakhiri dengan kondisi para dinosaurus telah berada di alam bebas, baik di darat maupun udara, dan mulai berinteraksi dengan hewan liar maupun manusia. Interpretasinya jadi lebih terbuka, dan disengaja untuk memudahkan penulisan naskah Jurassic Park 3.

Tanpa alur cerita yang lebih menggigit, saya sendiri tidak hanya akan merasa sia-sia ke bioskop. Tapi juga mulai kasihan dengan para dinosaurus yang terus-menerus dieksploitasi oleh rumah produksi. Demi franchise, demi keuntungan materi.

Ya, pada akhirnya produser seri film ini tak ada bedanya dengan Mills si antagonis: dikuasai sepenuhnya oleh nafsu serakah.

Baca juga artikel terkait FILM HOLLYWOOD atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Film
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf