Menuju konten utama
Tirto & NU Online

Junaid al-Baghdadi, Ulama Tasawuf Panutan Kaum Nahdliyin

Junaid al-Baghdadi bisa mempertemukan fikih dan tasawuf di saat keduanya tidak pernah mengalami titik temu. Pandangannya sejalan dengan ideologi moderat NU.

Junaid al-Baghdadi, Ulama Tasawuf Panutan Kaum Nahdliyin
Tiga kiai pendiri Nahdlatul Ulama Dari kiri: K.H. Wahab hasbullah, K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Bisri Syansuri. tirto.id/Sabit

tirto.id - Junaid al-Baghdadi lahir dengan nama Junaid bin Muhammad Az-Zujjaj. Ia anak laki-laki Muhammad, seorang penjual kaca yang berasal dari Nahawan. Junaid lahir dan tumbuh besar di Irak. Ia kemudian dikenal sebagai ahli fikih dan berfatwa berdasarkan mazhab fikih Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i.

Junaid kemudian mendalami tasawuf dan berguru kepada As-Sarri As-Saqthi; pamannya sendiri, Al-Harits Al-Muhasibi; dan Muhammad bin Ali Al-Qashshab. Karena ketetkunannya, ia menjadi salah satu imam besar dan terkemuka dalam dunia tasawuf.

Warga Nahdliyin percaya, Junaid memiliki karamah luar biasa. Ucapannya juga diterima banyak kalangan.

Syekh M. Nawawi Banten dalam kitab Nihayatuz Zein menyebutkan Imam Junaid al-Baghdadi adalah panutan umat dari sisi tasawuf. Menurutnya, Imam Junaid layak menjadi pembimbing umat karena kapasitas ilmu dan amalnya.

Mengapa banyak ulama rujukan NU mengangkat Imam Junaid al-Baghdadi sebagai panutan?

Karena Imam Junaid al-Baghdadi dianggap bisa mempertemukan fikih dan tasawuf di saat keduanya tidak pernah mengalami titik temu. Sikap proporsional itu sejalan dengan pandangan NU mengenai tawasut (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan iktidal (adil).

Imam besar itu wafat pada 297 H. Makamnya di Baghdad diziarahi oleh banyak orang.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sosok Imam Junaid al-Baghdadi, silakan baca artikel di bawah ini.

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2019 atau tulisan lainnya dari Ivan Aulia Ahsan

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Fahri Salam