Menuju konten utama

Jumlah Pengangguran Kian Parah di Era Teknologi Digital

Teknologi berbasis digital memang cenderung memudahkan para pekerjanya. Akan tetapi, lama-kelamaan kemudahan itu justru akan memperparah jumlah pengangguran.

Jumlah Pengangguran Kian Parah di Era Teknologi Digital
Seorang pencari kerja mencari informasi saat kegiatan bursa kerja yang diselenggarakan Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya di gedung Balai Pemuda, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (22/11). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani.

tirto.id - Era digital diperkirakan akan semakin banyak menciptakan pengangguran karena lapangan pekerjaan yang tercipta jumlahnya lebih kecil dari pada lapangan pekerjaan yang hilang. Hal itu diungkapkan anggota Dewan Pakar Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK) Indonesia Kun Wardana Abyoto dalam Seminar Nasional "Memperjuangkan Kesejahteraan dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia".

"Statistik ILO mengatakan di era digital, ada pekerjaan-pekerjaan yang menjadi hilang dan menciptakan pekerjaan baru namun selisihnya sangat besar sehingga akan terjadi banyak pengangguran. Kita harus bisa melihat ke depan, kalau menunggu ini terjadi, akan ketinggalan," ujar Kun di Jakarta, Senin (20/2/2017).

Pengamatan yang dicatat Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ILO) itu menurut Kun, melihat kecenderungan teknologi digital akan menguasai seluruh bidang pekerjaan.

Pasalnya, ia menjelaskan, revolusi teknologi telah terjadi empat kali, yaitu pertama dengan penemuan mesin uap, kedua elektrifikasi, ketiga penggunaan komputer, dan keempat revolusi era digital.

Adapun pengaruh era digital terhadap semakin banyaknya pengangguran disebabkan oleh penerapan robotisasi dan otomasi di perusahaan.

Mengutip dari Antara, Serikat Pekerja dan pemerintah pun disebutnya harus dapat mencermati hal itu dan menyiapkan antisipasi yang dibutuhkan.

Di Cina, contohnya, pemerintah memberlakukan kebijakan khusus larangan masuk terhadap perusahaan ber-platform digital seperti Google, Amazon, dan Facebook untuk melindungi perusahaan dalam negeri.

"Di alibaba.com, kegiatan sale mereka bisa mengalahkan pendapatan Amazon selama setahun. Betapa besar pasarnya," ujarnya.

Namun untuk Indonesia, Kun mengakui masih susah melindungi pekerja dari kehilangan pekerjaannya karena belum memiliki teknologi yang memadai serta belum adanya kebijakan pemerintah yang mendukung seperti di Cina.

Baca juga artikel terkait ERA DIGITAL atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari