Menuju konten utama

Jumat Agung Sudah Jadi Perayaan Rohani Nasional di Indonesia

"Sudah jadi kelender pariwisata, dan secara nasional seluruh Indonesia diliburkan pada setiap tahun pelaksanaan prosesi Jumat Agung."

Jumat Agung Sudah Jadi Perayaan Rohani Nasional di Indonesia
Sejumlah Conferia membawa salib dan lilin saat perayaan Prosesi Jumat Agung di Larantuka, Flores Timur, NTT, Jumat (14/4). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/ama/17

tirto.id - Jumat Agung di Kota Reinha Rosari Larantuka sudah ditetapkan sebagai salah satu event pariwisata rohani di Indonesia. Hal ini dijelaskan oleh Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur Welly Rohimone.

"Sudah jadi kelender pariwisata, dan secara nasional seluruh Indonesia diliburkan pada setiap tahun pelaksanaan prosesi Jumat Agung," kata Welly Rohimone di Kupang, terkait Jumat Agung, sebagaimana diberitakan Antara.

Prosesi Jumat Agung yang tahun ini akan jatuh pada 30 Maret 2018, merupakan sebuah tradisi sakral dalam agama Katolik untuk memperingati wafatnya Yesus Kristus.

Setelah ditetapkan sebagai wisata rohani, Pemerintah Provinsi NTT selama beberapa tahun berturut-turut memberikan bantuan dana untuk rehabilitasi, minimal satu kamar tidur beserta kamar mandi/wc di rumah warga.

Tujuannya adalah bisa menjadi tempat penginapan bagi para pesiarah yang datang dari berbagai penjuru dunia, walaupun dengan harga yang murah.

Menurut dia, rumah-rumah yang menyediakan kamar tidur, semuanya terdaftar di Dinas Pariwisata Flores Timur dan pihak dinas juga yang menawarkan kepada para peziarah.

"Jadi Pemerintah NTT juga memberikan bantuan pemberdayaan kepada masyarakat, sehingga ada manfaat ekonomi untuk masyarakat di daerah itu," katanya.

Welly Rohimone menyatakan penetapan Jumat Agung sebagai salah satu wisata rohani di Indonesia ini, sudah berlangsung lama berdasarkan usulan Pemerintah Provinsi NTT.

Gereja Katolik di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur sudah melaksaksanakan ritual tersebut sejak 500 tahun lampau.

Tradisi keagamaan yang merupakan warisan Portugis itu, sudah berlangsung lebih dari 500 tahun ketika bangsa Portugis menyebarkan agama Katolik dan berdagang cendana di Kepulauan Nusa Tenggara.

Prosesi Jumat Agung itu diawali dari perayaan Rabu Trewa (28/3/2018), yaitu kegiatan persiapan prosesi dengan pemasangan lilin-lilin di seluruh Kota Larantuka.

Di kiri-kanan jalan sebagai lokasi dilaluinya prosesi, dipasanglah ribuan lilin untuk menerangi jalan para peziarah, dan pada saat itu telah selesai dikerjakan delapan buah Armida yaitu tempat perhentian kontemplatif.

Sejak Rabu Trewa itulah, Kota Larantuka yang terletak di kaki Gunung Mandiri yang langsung berbatasan dengan Selat Gonzalu itu berubah menjadi kota berkabung, untuk mengenang kisah sengasara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus pada Minggu Paskah (1/4/2018).

Puncak perayaan Semana Santa sendiri adalah Jumat Agung atau Sesta Vera. Pagi hari, diadakan arak-arakan perahu mengantarkan Tuan Menino (patung Yesus) dari kapela Tuan Menino (Kota Sau) ke Kapela Pohon Sirih di Pante Kuce Larantuka.

Baca juga artikel terkait PERAYAAN PASKAH

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani