Menuju konten utama
Misbar

Jumanji: The Next Level: Masih Film yang Tepat untuk Liburan

Jumanji: The Next Level tentu memenuhi ekspektasi sebagai tontonan keluarga yang menghibur tanpa harus berpikir dua kali.

Jumanji: The Next Level: Masih Film yang Tepat untuk Liburan
Trailer final 'Jumanji: The Next Level'. (Screenshot/youtube/Sony Pictures Entertainment)

tirto.id - Sulit untuk tidak berprasangka pada Jumanji: The Next Level (selanjutnya The Next Level) yang baru tayang pada Desember ini. Sebab, penjualan tiket Jumanji: Welcome to The Jungle yang rilis pada 2017 mencapai lebih dari 962 juta dolar AS di seluruh dunia. Apakah Sony ingin mengulang sukses seperti sekuel Welcome to The Jungle? Lantas, apa yang beda dari The Next Level?

The Next Level masih menceritakan empat sekawan yang bertualang di dalam dunia video gim. Namun, sekuel ini juga memperkenalkan tiga pemain baru, yakni Danny DeVito sebagai Eddie atau kakek Spencer, Danny Glover sebagai Milo, teman Eddie, dan juga Awkwafina sebagai karakter Ming dalam video gim.

Dalam sekuel ini, empat sekawan itu tak bisa memilih karakter yang diinginkan. Tak urung, mereka pun kebingungan dan kesal karena tak menghuni tubuh (body-swap) yang sama seperti di gim sebelumnya. Misalnya, Eddie, kakek Spencer yang masuk dalam tubuh Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), sementara Milo akan masuk ke dalam tubuh Mouse Finbar (Kevin Hart). Sebelumnya Smolder Bravestone dimasuki oleh Spencer, sementara Mouse Finbar oleh Fridge.

Bethany tidak lagi menghuni tubuh Profesor Shelly Oberon (Jack Black), melainkan digantikan oleh Fridge. Sementara Martha tetap berada dalam tubuh Ruby Roundhouse (Karen Gillan). Karakter Spencer sendiri berubah menjadi Ming, yang diperankan oleh Awkwafina. Sementara Bethany menjelma ... kuda.

Jika pada film sebelumnya, empat sekawan tersebut bertemu karena dihukum di sekolah, dan tak sengaja menemukan permainan Jumanji, kali ini mereka kembali ke Jumanji untuk menyelamatkan Spencer yang masuk ke dalam gim karena menjauh dari mantan pacarnya, Martha.

The Next Level memang ingin bermain-main lebih jauh dengan body-swap. Lihat ketika kakek Spencer berubah menjadi Smolder Bravestone dan Milo yang berubah menjadi Mouse Finbar. Smolder Bravestone dan Mouse Finbar juga harus mampu memerankan karakter orang tua sepuh; bicara dengan lambat dan keras kepala. Awkwafina pun berhasil membawakan karakter Spencer yang gamang, mudah panik, dan tak bisa lepas dari inhaler.

Infografik Misbar Jumanji the next level

Infografik Misbar Jumanji the next level. tirto.id/Quita

Demikian pula ketika Frigde tak sengaja bertukar tubuh dengan Martha dan menjadi Ruby Roundhouse. Ia semangat mengeksplorasi tubuh Ruby dan melompat sana-sini, tentu dengan komentar kritis terhadap patriarki dan seksisme. Misalnya ketika Frigde dengan bangga berada di tubuh Ruby, hanya karena tubuh barunya itu memiliki payudara.

Kostum bombshell milik Ruby Roundhouse tentu bisa hadir sebagai kritik terhadap stereotip karakter perempuan dalam gim yang cuma jadi pelengkap berpakaian seksi. Martha sendiri menyadari itu ketika berubah menjadi Ruby, “Aku jadi perempuan itu lagi!” Jelas ia tak suka dengan avatar Ruby yang terlihat bitchy.

Saya sendiri sebenarnya berharap ada hal lain yang ditawarkan dari avatar Ruby. Sepanjang film, karakter lain memang terlihat lebih menarik ketimbang Ruby. Memang Ruby masih berkontribusi untuk timnya di permainan Jumanji. Bukannya Ruby, dan tentunya Martha, yang menyebabkan Spencer kembali ke gim itu? Spencer yang mengira Martha telah bahagia tanpanya ingin mengulangi masa-masa keemasan dalam tubuh Smolder Bravestone; berbadan besar dan dikagumi oleh Ruby, atau Martha.

Benang merah cerita Spencer dan Martha pun hanya dijelaskan dengan singkat: bahwa sebenarnya Martha masih menyukai cowok nerd itu, karena tak ada orang yang mampu menerima baik-buruknya Martha seperti Spencer. Sayang sekali seluruh aksi di green screen dan teknologi apik yang digunakan untuk membuat The Next Level dibangun dengan fondasi cerita dan motivasi karakter yang lemah.

Selain kelemahan-kelemahan itu, The Next Level juga selalu mengulang apa yang ada di film-film Jumanji sebelumnya, bahkan Jumanji versi Robin Williams: empat sekawan berjanji tidak akan kembali ke Jumanji, namun selalu ada orang baru yang secara magis menyentuh gim terkutuk tersebut.

Lantas, apakah The Next Level masih menarik untuk disaksikan?

Bagaimanapun juga, Jumanji: The Next Level adalah film keluarga yang hadir menjelang liburan. Tidak perlu bertaruh, waktu rilis film ini tentu membantu membuatnya laku di pasaran. Jumanji: The Next Level memenuhi ekspektasi sebagai tontonan keluarga yang menghibur.

Baca juga artikel terkait MISBAR atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Film
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Windu Jusuf