Menuju konten utama

Jokowi-Ma'ruf Dinilai Harus Lakukan Door to Door di Jawa Barat

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review menilai seharusnya tim TKN melakukan aksi door to door untuk mempertahankan suara Jokowi-Maruf.

Jokowi-Ma'ruf Dinilai Harus Lakukan Door to Door di Jawa Barat
Cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.

tirto.id -

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai latar belakang cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin tak banyak membantu di Jawa Barat.

Padahal, Ma'ruf adalah Ketua Umum MUI dan pernah menjadi Rais Aam PBNU.

Ujang memandang, status Ma'ruf tak begitu berarti dalam kampanye apabila tidak ada aksi door to door dari TKN.

Ma'ruf memang mengaku tak akan menggunakan statusnya itu untuk kampanye. Padahal, hoaks yang merugikan Jokowi-Ma'ruf masih banyak menyebar di Jawa Barat.

"Kalau ini tidak di-counter. Kalau ini tidak dibendung, ini akan menjadi kebenaran dan bahaya," kata Ujang kepada Tirto, Senin (25/2/2019).

"Harus di-counter dengan door to door juga. Percuma kalau Ma'ruf punya latar belakang MUI dan NU tapi mereka tidak bergerak." tambah Ujang.

Ujang memandang banyaknya hoaks yang menyerang Jokowi-Ma'ruf di Jawa Barat adalah hal yang wajar.

Pertama tentu karena Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ingin pertahankan keunggulan di sana. Kedua adalah karena keduanya juga ingin menjamah daerah lain dan tidak hanya fokus di Jawa Barat.

Oleh sebab itu, tugas berat bagi simpatisan dan pendukung mereka menjaga suara di Jawa Barat.

Hari ini, Prabowo sibuk berkeliling Jawa Timur, sedangkan Sandiaga pergi ke NTT.

"Mempertahankan kan sulit. Dia tahu incumbent punya jaringan dan basis finansial yang kuat untuk bisa unggul. Mencegah keunggulan itu ya melakukan cara-cara itu. Cara yang tidak pantas sebenarnya dilakukan," tegas Ujang.

Cara tidak pantas yang dimaksud Ujang adalah soal penyebaran informasi Jokowi akan menolak suara azan dan melegalkan pernikahan sesama jenis apabila terpilih kembali.

Dalam video yang beredar di media sosial, ada sekitar dua orang perempuan paruh baya atau disebut sebagai emak-emak sedang berkomunikasi dengan warga.

Warga yang berada di tempat tinggalnya didatangi dan diberitahu bahwa jika Jokowi menang, maka suara azan akan dilarang. Sebaliknya, pernikahan sejenis akan diperbolehkan.

Dalam bahasa Sunda, perempuan itu mengatakan, "Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tieung. Awene jeung awene meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin."

Dalam bahasa Indonesia, perkataan itu berarti, "Suara azan di masjid akan dilarang, tidak akan ada lagi yang memakai hijab. Perempuan sama perempuan boleh kawin,laki-laki sama laki-laki boleh kawin."

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Nur Hidayah Perwitasari