Menuju konten utama

Jokowi Bidik Ekspor Menopang Ekonomi, Ahli: Jangan Cuma Euforia

Arah pertumbuhan ekonomi menuju ekspor sulit diterapkan karena basis ekonomi Indonesia adalah jumlah penduduk.

Jokowi Bidik Ekspor Menopang Ekonomi, Ahli: Jangan Cuma Euforia
Suasana aktivitas bongkar muatan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (15/6/2021). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta struktur penopang ekonomi diubah, dari yang sebelumnya bertumpu pada konsumsi rumah tangga menjadi ke sektor yang lebih produktif dengan mendorong hilirisasi, investasi, dan ekspor.

“Struktur ekonomi kita yang selama ini lebih dari 55 persen dikontribusikan oleh konsumsi rumah tangga, harus terus kita alihkan menjadi lebih produktif dengan mendorong hilirisasi, investasi dan ekspor,” kata dia dalam Pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR, DPR, dan DPD, Senin (16/8/2021).

Menanggapi rencana tersebut, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menjelaskan, jika penopang ekonomi diubah ke investasi dan ekspor, maka pertumbuhannya bergantung pada faktor eksternal, apalagi bahan yang diekspor RI adalah batu bara dan CPO yang berbasis komoditas mentah.

“Kalau faktor eksternal berubah, ekspor kita bisa turun karena dari daya saing. Ekspor kita juga tertinggal jauh dengan beberapa negara lain misalnya Malaysia, Vietnam dan Thailand. Jadi jangan sampai kita ini euforia dengan kenaikan ekspor dengan didominasi oleh permintaan global terhadap bahan baku. Bukan kemudian barang jadi dari Indonesia. Jadi harus ada pembenahan dari sisi ekspor,” jelas dia kepada Tirto, Senin (16/8/2021).

Pembenahan dari sisi produk ekspor Indonesia perlu jadi fokus utama pemerintah, jika ingin mengubah struktur penopang ekonomi dari konsumsi ke produksi berorientasi ekspor.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, strategi yang dikatakan Jokowi kurang cocok diterapkan di Indonesia. Pun jika ingin diterapkan, Indonesia perlu mencontoh Cina yang memperbaiki kualitas sumber daya manusia terlebih dahulu agar terintegrasi dengan kebutuhan industri.

“Nah itu hanya bisa terjadi bagi negara negara yang jumlah penduduknya stagnan dan sedikit. Misalnya Singapura, Jepang. Sulit untuk mengubah struktural penopang ekonomi dalam jangka pendek. Karena memang kan basis kita ini kan basis ekonominya basis jumlah penduduk. Itu yang mendorong pertumbuhan,” kata dia kepada Tirto, Senin (16/8/2021).

Baca juga artikel terkait EKSPOR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali