Menuju konten utama

Jejak Mesra Relasi UEA-Indonesia Setahun Terakhir

Hubungan Indonesia dan UEA semakin dekat. Berbagai kerja sama hingga yang sifatnya sekadar seremonial diteken.

Jejak Mesra Relasi UEA-Indonesia Setahun Terakhir
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) bersama Putra Mahkota Abu Dhabi/Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan (kedua kiri) menyaksikan pertukaran perjanjian kerjasama antara Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) dan Menteri Ekonomi UEA Sultan bin Saeed Almansoori (kiri) di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/7/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp.

tirto.id - Hubungan pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) semakin dekat. Keduanya menunjukkan itu lewat sederet kerja sama dan hal-hal seremonial.

Pada Senin (12/4/2021) lalu, misalnya, pemerintah Indonesia resmi menamakan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (Elevated) dengan Jalan Layang MBZ Sheikh Mohamed Bin Zayed. MBZ tidak lain merupakan pangeran mahkota Abu Dhabi. Sebelumnya UEA resmi menggunakan 'Joko Widodo' sebagai salah satu nama jalan.

Pada hari yang sama nama Tol Japek diubah, situs berita Arabnews memuat kabar rencana pemerintah UEA membangun pabrik vaksin COVID-19 di Indonesia. Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Al-Mazrouei mengatakan proyek ini ditujukan untuk memperkuat hubungan bilateral kedua negara.

Pabrik vaksin dan perubahan nama jalan layang menambah daftar panjang proyek, kerja sama, dan investasi kedua negara.

Mundur ke 23 Maret 2021, UEA juga pernah menyampaikan komitmennya berinvestasi di Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia. Nilai komitmennya, 10 miliar dolar AS, jadi yang terbesar dari negara lain seperti Jepang, Amerika, dan Kanada. Pemerintah Indonesia tak mau kalah. SWF UEA, yaitu Abu Dhabi Investment Authority, ditetapkan sebagai salah satu penasihat SWF RI.

Kemudian, pada 6 Maret 2021, UEA meneken sederet kerja sama investasi, mulai dari joint venture antara Dubai Port World (DP World) dengan PT Pelabuhan Indonesia Maspion sampai kerja sama PT Pindad dan Caracal untuk membuat senapan serbu. Di tanggal yang sama, UEA juga meresmikan pembangunan replika Masjid Raya Sheikh Zayed Solo yang posisi walikotanya sedang dijabat anak tertua Presiden Jokowi, yaitu Gibran Rakabuming Raka.

Pada 13 Januari 2021, UEA juga meneken 16 perjanjian kerja sama senilai Rp314 triliun dengan pemerintah Indonesia. Mulai dari sektor keagamaan, pendidikan, pertanian, kesehatan, energi, migas, sampai riset.

Mundur satu tahun, kita tentu tidak lupa bahwa UEA berkomitmen pula ikut berinvestasi di ibu kota baru di Kalimantan Timur. Pemerintah bahkan segera menyambutnya dengan mendapuk putra mahkota UEA sebagai ketua pengarah pembangunan ibu kota negara.

Menguntungkan, tapi...

Dari kacamata UEA, kerja sama dengan Indonesia sebenarnya sangat menguntungkan. “Investasi di negara emerging market kayak Indonesia ini tentu return (imbal hasil)-nya tinggi,” ucap ekonom UI Fithra Faisal kepada reporter Tirto saat dihubungi pada Rabu (14/4/2021).

Indonesia memiliki pasar yang besar, sejalan dengan banyaknya jumlah penduduk dan usia produktif. Indonesia saat ini juga sedang giat-giatnya mengejar pertumbuhan ekonomi demi keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.

Semua itu kebetulan diperkuat oleh posisi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dengan demikian, hubungan kedua negara menjadi semakin intensif khususnya di bidang ekonomi.

Di sisi lain, untuk Indonesia pun demikian. UEA sebagai negara Arab dapat menjadi penengah agar Indonesia tidak terlampau bergantung pada Cina atau Amerika. Fithra bilang, “supaya enggak ada dominasi satu negara yang terkait dengan negara kita. Kalau salah satu terlalu dominan, kontrolnya terlalu kuat juga.”

Jika mau serius, potensi ini bisa ditingkatkan sampai perdagangan. UEA termasuk ke dalam negara-negara non tradisional--“potensinya besar tapi selama ini belum mampu dimanfaatkan dengan baik,”--saat kompetisi memperebutkan pasar di negara tradisional seperti Eropa, AS, dan Cina semakin ketat.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan peran UEA dalam investasi di Indonesia memang semakin besar, sebagaimana data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). UEA sampai mampu menyalip Arab Saudi sebagai penyumbang Penanaman Modal Asing (PMA) dari Timur Tengah dalam waktu 5 tahun terakhir. Pada 2015 UEA menduduki urutan ke-26 dengan investasi 19,2 juta dolar AS, di bawah Arab Saudi 30,3 juta dolar AS urutan ke-25. Pada 2020, UEA sudah menempati urutan ke-25 dengan investasi 21,6 juta dolar AS sementara Arab Saudi hanya 5,7 juta dolar AS.

Meski demikian, Bhima berpesan agar Indonesia tetap waspada. Pasalnya, UEA memiliki rekam jejak sebagai financial hub global. Artinya, dana yang dimiliki negara itu bukan hanya milik pemerintah, melainkan juga dari asing.

Banyaknya keterkaitan ini membuat investasi yang dilakukan mengandung risiko terutama bila negara dunia dilanda krisis keuangan global. Ada banyak bentuk penyebab krisis termasuk yang disebutkan World Economic Forum (WEF) 2021, yaitu risiko penggelembungan aset yang dikhawatirkan akan meletus setiap saat dan mengganggu kestabilan ekonomi dunia.

“Artinya ada kerentanan terhadap krisis keuangan global yang relatif tinggi. Jika ada krisis keuangan, maka rentetan krisis akan cepat menjalar ke UEA kemudian ke Indonesia,” ucap Bhima kepada reporter Tirto, Rabu.

Baca juga artikel terkait KERJA SAMA BILATERAL atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas & Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas & Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Vincent Fabian Thomas & Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino