Menuju konten utama
2 Desember 1972

Jejak Langkah Ip Man, Sang Master Wing Chun

Jejak berliku hidup Ip Man, sang pendekar Wing Chun dan guru Bruce Lee. 

Jejak Langkah Ip Man, Sang Master Wing Chun
HEADER MOZAIK IP MAN

tirto.id - Ketika usianya masih 16 tahun, Bruce Lee adalah remaja tengil yang suka berkelahi di jalan tapi tak pernah menang. Maka suatu hari, ia pun memutuskan untuk mendatangi sebuah sekolah kung fu yang terletak di jalan Lei Tat di kawasan Yau Ma Tei, selatan Kowloon Peninsula, Hong Kong. Sekolah itulah yang kelak mengubah jalan hidupnya sekaligus nasib sang master yang akan mengajarinya banyak hal.

Sebagai murid pemula, Lee hanya diajari hal-hal dasar. Adalah Lo Man Kam, adik sang master, yang menjadi pembimbingnya. Lee pun berlatih keras, bahkan amat keras. Namun, hal itu ia lakukan sekadar demi jago berkelahi dan menghajar balik musuh-musuhnya di jalanan. Alhasil, Lee pun ditegur oleh Kam dan sang master.

“Kamu belajar kung fu. Kamu tidak belajar untuk bertarung!” ujar Kam kala itu.

Lee tidak menganggap teguran itu sebagai sebuah ancaman. Justru sebaliknya, ia datang lebih pagi, berlatih lebih keras, dan belajar untuk menahan diri agar tidak mudah berkelahi.

“Lee memang tergila-gila pada kung fu. Tapi, shifu juga mencoba mengajarinya bagaimana menjadi seorang laki-laki terhormat,” ucap Kam menambahkan.

Tapi sebagaimana remaja pada umumnya, Lee tetap memiliki sisi kenakalan yang unik. Suatu ketika, ia sengaja datang lebih dulu dan bersembunyi di bawah tangga, menunggu para siswa yang latihan sore hari datang. Ketika mereka tiba, Lee mengatakan kepada semuanya bahwa kelas hari itu diliburkan. Tentu saja ia sedang membual, tapi anak-anak itu percaya saja.

Tak lama berselang, sang master tiba. Ia heran mendapati ruangan yang hanya diisi oleh seorang remaja nakal yang kerap membuat kepalanya pusing.

“Kemana yang lain?”

“Saya tidak tahu. Mungkin mereka hanya malas. Anda cukup mengajari saya saja, oke?” Jawab Lee enteng.

Bertahun-tahun kemudian, terhitung sejak Lee sukses menjadi aktor dalam serial The Green Hornet, ia tetap mengingat sekolah tersebut, guru-guru yang mengajarnya, dan menganggap sang master sebagai sahabat terbaiknya. Lee pun membantu sang master mendirikan Vin Tsun Atheltic Association pada 1967.

Kisah ini nyata, sebagaimana diceritakan langsung Kam kepada Joe Henley dari Post Magazine, pada Februari 2019 lalu. Nama sang master adalah Yip Man atau lebih populer dengan sebutan: Ip Man.

Dilatih oleh Guru dari Sang Guru

Ip Man lahir pada 1 Oktober 1893 dari pasangan Yip Oi-dor dan Ng Shui. Ia anak ketiga dari empat bersaudara: Yip Kai-gak (kakak laki-laki), Yip Wan-mei (kakak perempuan), Yip Wan-hum (adik perempuan). Mereka tinggal di di daerah Foshan, Guangdong, China, dan tergolong keluarga kaya pada masanya.

Selain menerima pendidikan tradisional Tiongkok, pada usia sembilan tahun Ip juga belajar bela diri Wing Chun kepada Chan Wah-shun. Namun, karena usia Chan kala itu sudah cukup sepuh (57 tahun), Ip hanya berlatih selama tiga tahun kepadanya. Ip kemudian berlatih kepada Ng Chung-sok, murid tertua kedua Chan.

Tujuh tahun kemudian, Ip pindah ke Hong Kong dan belajar di St. Stephen's College, sekolah menengah untuk keluarga kaya dan orang asing yang menetap di negeri tersebut. Di sana ia berkenalan dengan Lai, teman sekelasnya. Tahu bahwa Ip berlatih kung fu, Lai pun mengajaknya untuk melakukan sparing dengan rekan ayahnya yang juga mendalami bela diri.

Ip menyambut ajakan itu dengan sangat antusias. Maka pada suatu sore di hari Minggu, ia datang ke rumah Lai dan memulai pertarungan dengan laki-laki yang dibicarakan oleh temannya. Laki-laki itu bernama Leung Bik. Hasil pertarungan mudah diduga: Ip dikalahkan dengan mudah oleh Leung dalam dua babak.

Kekalahan tersebut membuat Ip bersedih. Ia bahkan sempat tertekan untuk kembali berlatih kung fu. Selang beberapa minggu, Lai memberi tahu Ip bahwa Leung sejatinya amat memuji teknik bela dirinya. Tapi Ip yang kadung malu menganggap omongan Lai hanya basa-basi. Sampai kemudian Lai mengatakan hal lain: Leung adalah putra Leung Jan, sosok yang melatih Chan Wah-shun, guru Ip.

Sejak itu, Ip berlatih dengan Leung Bik hingga sang guru wafat pada tahun 1911.

Kembali ke Hong Kong hingga Akhir Hayat

Pada tahun 1917, tepat di usia 24, Ip kembali ke kampung halamannya di Foshan dan menjadi polisi di bawah pemerintahan Partai Nasionalis Tiongkok. Ia juga mengajarkan Wing Chun ke beberapa bawahan, teman, serta kerabatnya. Meski demikian, Ip tidak secara resmi mengelola sekolah seni bela diri. Di Foshan pula, Ip menikah dengan Cheung Wing-sing dan dianugerahi empat anak: Ip Chun, Ip Ching, Ip Nga-sum, dan Ip Nga-wun.

Pada masa Perang Tiongkok-Jepang Kedua, Ip tinggal bersama Kwok Fu, salah seorang muridnya. Setelah perang usai, ia kembali ke Foshan dan meneruskan karier sebagai polisi. Sementara Kwok (bersama Lun Kah, murid Ip lainnya) melanjutkan mengajar Wing Chun kepada siswa mereka masing-masing.

Ip meninggalkan Cina setelah perang saudara. Hal ini dikarenakan ia seorang perwira Kuomintang yang secara ideologi berseberangan dengan Partai Komunis Tiongkok, pihak yang memenangkan perang. Bersama keluarganya, Ip kembali menuju Hong Kong melalui Macau pada tahun 1950.

INFOGRAFIK MOZAIK IP MAN

INFOGRAFIK MOZAIK IP MAN

Setelah menetap di sana kurang lebih satu tahun, Ip mesti menanggung kesedihan tak terkira. Kisah bermula saat kartu identitas Cheung, sang istri, tertinggal di Foshan. Cheung pun harus kembali ke kampung halaman ditemani seorang putri mereka. Akan tetapi, lantaran situasi geopolitik antar wilayah tersebut masih belum sepenuhnya mereda, maka saat Cheung akan kembali ke Hong Kong, pintu perbatasan telah ditutup. Sejak itu, Ip dan istrinya terpisah untuk selamanya.

Ip melanjutkan hidupnya dengan pasang surut. Ia sempat mendirikan sekolah Wing Chun, namun hasilnya tidak terlalu menguntungkan. Semula Ip membukanya di wilayah Castle Peak Road di Sham Shui Po, lalu pindah ke ke Lee Tat Street di Yau Ma Tei. Kebanyakan murid Ip hanya betah beberapa bulan karena merasa sudah bisa berlatih sendiri.

Pada tahun 1955, Ip menjalin relasi gelap dengan seorang perempuan dari Shanghai hingga memiliki seorang anak yang diberi nama Ip Siu-wah. Murid-muridnya menjuluki perempuan itu Shanghai Po. Kepada anak-anaknya, Ip selalu menyembunyikan hubungan tersebut. Lima tahun berselang, ia mendapat kabar bahwa Cheung telah meninggal di Foshan akibat kanker. Sejak itu, Ip memperkenalkan perempuan tersebut kepada anak-anaknya.

Usia Ip saat itu sudah 69 tahun. Kendati sudah uzur, hidupnya tak pernah benar-benar beres. Selain persoalan kemiskinan, ia juga kecanduan opium. Tahu gurunya hidup nelangsa, Bruce Lee yang kala itu sudah tenar dan bergelimang harta, menginisiasi pembangunan Vin Tsun Atheltic Association untuk membantu keuangan Ip.

Pada tanggal 2 Desember 1972, tepat hari ini 47 tahun lalu, Ip meninggal dunia akibat sakit kanker tenggorokan yang telah dideritanya sejak lama. Jenazahnya dimakamkan di area Wo Hop Shek, Hong Kong. Warisan Ip yang terkenal tentu saja Wing Chun, yang sejak ia tiada diteruskan oleh putra sulungnya, Ip Chun, hingga terus mengglobal.

Baca juga artikel terkait IP MAN atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Mild report
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Irfan Teguh