Menuju konten utama

Jawab Krisis Dokter Spesialis, Menkes Siapkan 2.500 Beasiswa

Budi berharap dokter spesialis tidak berubah menjadi grup elite yang masuknya sangat sulit dan mahal.

Jawab Krisis Dokter Spesialis, Menkes Siapkan 2.500 Beasiswa
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kedua kanan) didampingi Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes dr. Azhar Jaya (kanan) saat "Soft Opening" Rumah Sakit Umum Pusat dr. Ben Mboi Kupang, Kelurahan Manulai II Kota Kupang, NTT, Kamis (22/12/2022).ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/nym.

tirto.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi permintaan Presiden Joko Widodo soal misi memperbanyak dokter spesialis. Budi menyebutkan saat ini baru ada sekitar 20 fakultas kedokteran di seluruh Indonesia yang mampu menghasilkan dokter spesialis. Jumlah ini menurutnya, membuat kebutuhan dokter spesialis bagi Indonesia baru bisa tercukupi lebih dari 10 tahun.

“Untuk itu apa yang saya lakukan? karena kurang, kita butuhnya sekitar hampir 400-350 (dokter spesialis), hampir 400. Kita hitung produksinya dari 20 FK di seluruh Indonesia yang bisa pendidikan spesialis cuma 20. It takes 15 years aku kan sedih, seakan-akan kita tidak pernah planning dengan benar,” kata Budi saat mendampingi Presiden Jokowi ke Mayapada Hospital Bandung, Senin (6/3/2023).

Budi menyebut telah menyiapkan beasiswa bagi pendidikan dokter, dokter spesialis dan subspesialis yang ingin belajar di dalam dan luar negeri.

“Untuk itu perlu terobosan, terobosan yang paling gampang, paling mudah saya kasih beasiswa. Untuk pendidikan dokter, dokter spesialis, subspesialis fellowship dalam negeri dan luar negeri. Kerjasama dengan ibu Sri Mulyani dan LPDP,” sambungnya.

Menurutnya, tidak semua dokter yang mendaftar akan diterima karena terbatasnya jumlah kursi dokter spesialis. Sebab itu, ia pun meminta agar pendidikan dokter spesialis ini tidak dipersulit.

“Tahun ini saya ada jatah 2.500 beasiswa, tahun depan ada 2.500 beasiswa. Aku bayarin semua, tinggal diizinin apa enggak sama Dirut rumah sakitnya kalau apply. Dan tinggal berdoa ada enggak tempatnya,” ujar Budi.

Budi tidak menginginkan dokter spesialis berubah menjadi grup elite yang masuknya sangat sulit dan mahal. Ia juga menyoroti bahwa hanya di Indonesia, pendidikan dokter spesialis di fakultas kedokteran harus bayar.

“Saya bukan anti modelnya ini, model ini boleh jalan, tapi let's look at the best practice. Di seluruh dunia dokter spesialis enggak ada yang bayar ke fakultas kedokteran,” terang Budi.

Budi meminta teman-teman dokter mengurangi rebutan kompetensi dan lebih banyak bekerja sama-sama membantu kebutuhan masyarakat.

“Itu sebabnya, kita lengkap alatnya, kita lengkapin beasiswanya, kita buka bisnis modelnya. Supaya perbanyak dokter-dokter spesialis, sehingga aksesnya jadi lebih bagus,” pungkas Budi.

Sebelumnya, pada kesempatan yang sama Presiden Joko Widodo menyampaikan agar Indonesia mampu menghasilkan lebih banyak jumlah dokter spesialis demi meningkatkan pelayanan kesehatan dalam negeri. Presiden Jokowi minta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mampu membereskan masalah ini.

“Memang problemnya, kita masih punya problem di dalam negeri. Dokter spesialisnya masih kurang atau dokter yang punya subspesialis masih sangat kurang. Saya sudah bisikin tadi Pak Menkes, ini harus diurus,” kata Jokowi.

Jokowi menilai, selain mempunyai fasilitas fisik alat kesehatan yang bagus, dengan bertambahnya jumlah dokter spesialis maupun subspesialis mampu mencukupi dapat menciptakan pelayanan kesehatan yang semakin baik bagi masyarakat Indonesia.

“Nanti saya sampaikan ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga untuk pendidikan dokter spesialis agar dibanyakin dan dimudahkan,” kata Jokowi.

Baca juga artikel terkait KEBUTUHAN DOKTER SPESIALIS atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri