Menuju konten utama

Jalani Pelantikan, Macron Jadi Presiden Perancis Termuda

Emmanuel Macron (39) akan menjadi presiden paling muda dalam sejarah Perancis ketika nanti dia berjalan di karpet merah ke Istana Elysee dan berjabat tangan dengan Hollande.

Jalani Pelantikan, Macron Jadi Presiden Perancis Termuda
Presiden Prancis Francois Hollande (kanan) yang akan selesai masa tugasnya dan Presiden terpilih Emmanuel Macron menghadiri upacara memperingati berakhirnya Perang Dunia II di Makam Tentara tak Dikenal di Arc de Triomphe di Paris, Prancis, Senin (8/5). ANTARA FOTO/REUTERS/Francois Mori

tirto.id - Seusai menjalani upacara pelantikan dan serah terima jabatan dengan Presiden Francois Hollande di Istana Elysee pada Minggu (14/5/2017), Emmanuel Macron akan resmi menjabat presiden Perancis.

Seperti dilaporkan laman harian Inggris The Telegraph, Macron (39), tokoh haluan tengah yang pro Uni Eropa, akan menjadi presiden paling muda dalam sejarah Perancis ketika nanti dia berjalan di karpet merah ke Istana Elysee dan melakukan seremoni jabat tangan dengan Hollande.

Macron seharusnya ditemani istrinya Brigitte di karpet merah saat menjalani proses pelantikan. Namun karena Hollande tidak punya Ibu Negara, protokol mengharuskan sang calon ibu negara masuk ke Istana lebih dulu dari presiden terpilih, bersama para tamu undangan lainnya.

Macron dan Hollande akan berbicara setengah jam secara pribadi. Hollande lalu menyerahkan sandi-sandi senjata nuklir Perancis kepada presiden baru.

Hollande kemudian mengajak Macron mengelilingi Elysee, meski sang presiden terpilih sudah akrab dengan istana karena dia pernah menjadi penasihat Hollande dan kemudian menteri keuangannya.

Setelahnya, Hollande diagendakan untuk membawa Macron ke Ruang Jupiter yang terkenal itu di sebuah bunker bawah tanah istana di mana pusat komando nuklir berada.

Macron akan ditemani Presiden Hollande menjelajah istana. Dia akan menunggu di serambi sampai Hollande pergi dan mungkin pada saat itu dia sudah ditemani istrinya.

Perhatian utama publik akan tertuju kepada bahasa tubuh antara Macron dan Hollande.

Hollande pernah dikritik oleh pembawaannya saat seremoni meneruskan tongkat kepemimpinan dari Nicolas Sarkozy pada 2012. Dia kemudian mengungkapkan penyesalannya karena langsung berbalik ketika Sarkozy meninggalkan istana.

Kendati keluar dari pemerintahan demi mencalonkan diri menjadi presiden Perancis, saat seremoni berlangsung Macron mesti tetap menunjukkan sikap bersahabat kepada Hollande yang merupakan mantan mentor politiknya.

Dia pernah mengganggu Hollande karena membentuk gerakan politiknya sendiri selagi masih menjadi menteri. Namun demikian, Hollande telah mengutarakan keinginan untuk mengadakan upacara serah terima jabatan yang "sederhana, jernih, dan bersahabat."

Setelah mengucapkan kata perpisahan kepada Hollande, Macron akan memeriksa pasukan pengamanan presiden Garda Republik dan 21 salvo pun ditembakkan.

Dia kemudian akan berkendara di Champs-Elysees menuju Arc de Triomphe di mana secara simbolik menyalakan kembali obor di Makam Serdadu Tak Dikenal (Tomb of the Unknown Soldier).

Baca juga artikel terkait PRESIDEN PERANCIS atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari