Menuju konten utama

Jakpro Sebut Revitalisasi TIM Bukan Untuk Kepentingan Komersial

Jakpro sebut pembangunan hotel di kawasan Taman Ismail Marzuki bukan untuk kepentingan komersil.

Jakpro Sebut Revitalisasi TIM Bukan Untuk Kepentingan Komersial
Pekerja beraktivitas di lokasi proyek revitalisasi kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta, Kamis (6/2/2020).ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

tirto.id -

Direktur Operasional Jakarta Propertindo (Jakpro), Muhammad Taufiqurrachman mengklaim tak akan mengkomersialkan kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, yang saat ini tengah direvitalisasi.

Hal itu menanggapi sejumlah seniman dan budayawan yang menolak revitalisasi TIM karena dikhawatirkan akan menjadi kawasan komersil.

"TIM ini untuk kesejahteraan warga, tidak mengelola komersil untuk kesenian. Kami tidak akan komersilkan dan nanti harganya jadi mahal," ujarnya di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2020).

Taufiq juga mengklaim telah melakukan sosialisasi dengan sejumlah seniman dan budayawan sejak tahun 2019 seperti seniman senior Taufik Ismail, Ebi S Nur, Profesor Bambang dari Universitas Indonesia (UI), Ari Batu Bara, dan seniman lainnya.

"Seniman itu kan banyak. Misal 100 seniman, 80 dukung, 20 beda pendapat. Kami tetap sosialisasi bagaimana caranya menjaga seni yang nilainya besar itu dengan fasilitas yang memadai," ucapnya.

Ia juga mengaku siap untuk diundang Komisi X DPR RI jika diminta klarifikasi perihal revitalisasi TIM. Rencanan Komisi X DPR RI memanggil Pemprov DKI itu diputuskan usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan perwakilan seniman dan Budayawan TIM beberapa waktu lalu. "Tidak ada masalah, kami siap," tutur Taufiq.

Sejauh ini, kata dia, perkembangan pembangunan revitalisasi TIM sudah 15 persen. Rencananya akan rampung pada Juni 2021 nanti.

Saat ini yang telah dibangun oleh JakPro: Area parkir, pondasi perpustakaan dan dokumentasi, dan Masjid Amir Hamzah. Namun pihaknya tidak merevitalisasi Planetarium, sebab merupakan cagar budaya.

"Yang akan kami sentuh adalah bangunan-bangunan yang sudah lama tidak layak dan itu beresiko terhadap keamanan. Jadi itu bukan dibongkar, itu dibangun kan harus diratakan dulu baru kita bangun bangunan, baru di situ untuk GBB yang baru," jelasnya.

Pembangunan hotel tidak dilakukan untuk kepentingan bsnis sebab, ujar Taufiq,hal itu telah dilarang oleh DPRD DKI Jakarta.

Kemungkinan Jakpro bakal membangun Wisma Seni untuk menampung para seniman maupun budayawan yang hendak pentas dan memakan waktu lama di TIM. Wisma Seni itu rencananya bakal memuat 100 sampai 200 kamar.

"Pokoknya ini untuk memberikan teman-teman seniman itu tempat yang layak dan kami tidak mengkomersilkan itu untuk para seniman. Dengan senang hati kami akan memfasilitasi para seniman untuk memanfaatkannya," imbuhnya.

Pembangunan dan perawatan kawasan TIM telah diatur di dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta. Anggaran operasional selama 30 tahun sebesar Rp.1 triliun. Sehingga jika dibagi, kurang lebih sebesar Rp50 miliar per bulan.

"Jangan anggap Jakpro sebagai BUMD cari untung dengan komersilin lahan-lahan yang ada di sana. Misi kita kan memberikan tempat yang baik untuk para seniman beraktifitas," tandas Taufiq.

Baca juga artikel terkait REVITALISASI TIM atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Hendra Friana