Menuju konten utama

Jakarta, Kota dengan 9 Kasus Pencurian Setiap Hari

Angka pasti kasus kriminalitas di lapangan bisa lebih besar dari laporan yang diterima kepolisian Jakarta.

Jakarta, Kota dengan 9 Kasus Pencurian Setiap Hari
Ilustrasi Kriminalitas di Jakarta/ Jakarta Street Crimes. tirto.id/Lugas

tirto.id - Sejak 2014, jumlah penduduk Jakarta sudah lebih dari 10 juta. Angka ini belum termasuk mereka yang tinggal di Bekasi, Bogor, Depok, dan Tangerang, tetapi beraktivitas dan bekerja di Jakarta, jantung bisnis dan kekuasaan di Indonesia. Kota ini menjadi kawasan paling sibuk dan padat penduduk.

Pencurian menjadi salah satu jenis kriminalitas di Jakarta yang dianggap paling menonjol oleh Polda Metro Jaya. Tahun lalu, ada total 3.138 laporan kasus pencurian yang masuk ke kepolisian.

Kepolisian Indonesia membagi kasus pencurian menjadi tiga kategori: pencurian kendaraan bermotor; pencurian dengan pemberatan alias maling; dan pencurian dengan kekerasan. Pembagian ini didasarkan pada hukum pidana.

Dari tiga jenis pencurian itu, pencurian dengan pemberatan yang paling sering terjadi, mencapai 1.584 kasus dalam setahun.

Dalam Pasal 363 KUHP, pencurian dengan pemberatan didefinisikan sebagai "pencurian yang disertai oleh keadaan tertentu." Keadaan yang dimaksud antara lain jika yang dicuri adalah hewan, "pencurian saat bencana ... pada rumah kosong, dilakukan dua orang bersama-sama atau lebih, dilakukan dengan cara membongkar, memecah, atau memanjat."

Secara statistik, jumlah pencurian di Jakarta pada 2018 sebenarnya turun jika dibandingkan tahun 2017.

Penurunan paling tinggi pada kasus pencurian dengan kekerasan, yakni 30%. Secara keseluruhan, jumlah pencurian di Jakarta turun 24%.

Menurut Kanit Idik III Satreskrim Polres Metro Jakarta Pusat IPTU Dewa Ayu Santi Wiranti Rendang, penurunan jumlah pencurian di Jakarta karena polisi melakukan patroli. Patroli ini bernama Operasi Cipta Kondisi, yang dilakukan setiap malam, mengelilingi "wilayah-wilayah rawan" di Jakarta.

Lokasi yang selalu dikunjungi saat patroli adalah Senen, Johar Baru, dan Kemayoran karena ketiganya terhitung sebagai kecamatan padat penduduk di Jakarta Pusat.

Jakarta Pusat Paling Rawan Pencurian

Untuk melihat bagaimana sebaran kasus pencurian di tiap kecamatan di Jakarta, kami mengajukan permohonan data lebih rinci ke Polda Metro Jaya. Namun, permintaan ini ditolak.

Maka, kami mendatangi polres-polres di Jakarta satu per satu. Sayangnya, hanya tiga polres yang terbuka dan bersedia memberikan data, yakni Polres Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.

Di antara 26 kecamatan di tiga polres itu, Johar Baru dan Tanah Abang menjadi kecamatan paling rawan kasus pencurian. Keduanya ada di Jakarta Pusat.

Johar Baru rawan curanmor, sementara Tanah Abang rawan kasus maling selain pencurian motor.

Sepanjang 2018, ada 97 kasus pencurian motor di Johar Baru, sembilan kali lipat lebih banyak dari jumlah rata-rata kasus yang sama di tiap kecamatan.

“Jakpus ini wilayahnya padat penduduk, sasaran pelaku curanmor adalah daerah padat penduduk, bukan perumahan mewah. Kebanyakan kasus ranmor yang masuk ke kami, pasti motornya diparkir di jalan atau di trotoar,” jelas IPTU Dewa Ayu Santi Wiranti Rendang.

Rinaldi Ikhsan, kriminolog dari Center for Detention Studies, menerangkan bahwa untuk menganalisis bagaimana pandangan pelaku kejahatan dalam menilai tindakannya, ada yang namanya teori "pilihan rasional".

Pelaku kejahatan, kata Rinaldi, biasanya memiliki tujuan dalam tindakan dan ketertarikan atas sesuatu. Kontrak sosial sangat menentukan pelaku memutuskan dan menilai perkara baik atau buruk.

“Mengapa angka curanmor di Johar Baru tinggi? Mungkin pelaku dipengaruhi nilai dan norma yang ada, di mana sebagian pemudanya memang terbiasa melakukan tindak kriminal,” jelas Rinaldi.

Ia menekankan penilaian orang-orang di sekeliling pelaku akan memengaruhi penilaian pelaku atas sesuatu.

Paling Padat Belum Tentu Paling Rawan

Pihak Polres Jakarta Pusat dan Polsek Johar Baru mengatakan padat penduduk menjadi musabab marak kriminalitas, termasuk dalam kasus-kasus pencurian.

Berdasarkan data yang kami peroleh, kepadatan penduduk belum tentu berbanding lurus dengan angka pencurian.

Memang benar Johar Baru adalah wilayah padat penduduk. Namun, ia bukan yang terpadat. Johar Baru menjadi kecamatan paling padat keempat di Jakarta setelah Tambora, Grogol Petamburan, dan Kemayoran.

Tambora terletak di Jakarta Barat. Lingkungan di Tambora tak jauh beda dari Johar Baru. Penduduk tinggal di gang-gang sempit, di rumah-rumah yang tak punya pagar.

Tambora menjadi kecamatan paling padat di Jakarta tetapi tidak termasuk dalam sepuluh besar kecamatan yang rawan pencurian. Sepanjang 2018, hanya ada 8 kasus curanmor dan 7 kasus maling. Ia bahkan berada di bawah angka rata-rata kasus di kecamatan.

Data yang kami paparkan dalam laporan ini hanya berdasarkan kejadian yang dilaporkan ke polisi. Menurut IPTU Dewa Ayu, tidak semua korban mau melaporkan. Artinya, angka yang terjadi di lapangan sangat mungkin lebih banyak dari laporan itu.

Ia bercerita tentang satu kejadian ketika rekannya menemukan sepeda motor curian dari sekelompok anak muda yang sedang melakukan balap liar. Setelah diperiksa, rekannya menemukan satu motor curian. Polisi mendatangi si pemilik motor, menanyakan apakah ia kehilangan motor.

“Iya, benar motor saya hilang,” kata di pemilik motor, menurut penuturan IPTU Dewa Ayu.

“Udah bikin laporan ke polisi belum?”

“Belum.”

=========

Metodologi

Data dalam laporan ini dikumpulkan dari Polres Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Timur. Data tersebut lalu diakumulasi dan dianalisis. Kami mengajukan permohonan data ke Polres Jakarta Selatan dan Jakarta Utara, tapi permohonan ini ditolak.

Kami juga menggunakan data batas kecamatan DKI Jakarta dari BPBD DKI Jakarta dalam membuat peta. Kami memakai Flourish untuk membuat seluruh visualisasi interaktif dalam laporan ini. Data mentah yang dipakai dalam laporan ini dapat diakses di sini.

Baca juga artikel terkait PENCURIAN atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Hukum
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Fahri Salam